Mak Itam Sawahlunto: Sosok Legendaris dalam Sejarah Kereta Api Minang

Mak Itam Sawahlunto: Sosok Legendaris dalam Sejarah Kereta Api Minang. (Foto : Pixabay)
Mak Itam Sawahlunto: Sosok Legendaris dalam Sejarah Kereta Api Minang. (Foto : Pixabay)

Mak Itam, saksi bisu dimulainya pertambangan di Ombilin

Mak Itam adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang tambang batu bara di kawasan Ombilin, Kota Sawahlunto, yang kini telah diakui sebagai warisan dunia kategori budaya oleh UNESCO pada 6 Juli 2019. Cerita ini dimulai dari penemuan kandungan batu bara oleh seorang geolog Hindia Belanda bernama Willem Hendrik de Greeve pada tahun 1867.

Dalam laporan ilmiah berjudul “Sawahlunto Menyongsong Kota Tambang yang Berbudaya” yang ditulis oleh Andi Asoka pada tahun 2005, de Greeve menemukan cadangan batu bara yang sangat besar, mencapai 200 juta ton dengan kualitas lebih dari 4.500 kalori per kilogram batu bara, sehingga termasuk dalam kategori terbaik pada masanya. Cadangan ini terletak di sekitar aliran Batang Ombilin.

Penemuan ini mengawali pembangunan sarana dan prasarana oleh Pemerintah Hindia Belanda, termasuk pembangunan jalur kereta api untuk mengangkut batu bara dari kawasan tambang di Sawahlunto menuju Pelabuhan Emmahaven di Kota Padang, sejauh 150 kilometer, yang juga dikenal sebagai Teluk Bayur.

Bacaan Lainnya

Pemerintah kolonial menugaskan perusahaan kereta api Sumatra, atau Sumatra Staats Spoorwegen Westkust, untuk melaksanakan pembangunan jalur kereta ini. Proyek dimulai pada awal tahun 1891 dan melibatkan puluhan ribu pekerja, termasuk sekitar 20.000 narapidana dari berbagai penjara yang dimiliki oleh pemerintah kolonial. pembangunan jalur kereta ini diselesaikan pada 1 Januari 1894.

Jalur kereta ini tidak hanya melintasi dataran terbuka, tetapi juga menembus perbukitan Bukit Barisan melalui terowongan Lubang Kalam, yang memiliki panjang sekitar 825 meter dan berjarak sekitar 500 meter dari Stasiun Sawahlunto. Terowongan Lubang Kalam, yang dibangun antara tahun 1891 hingga 1894, menjadi jalur tercepat pada masa itu dari Sawahlunto menuju Muaro Kalaban. Kini, terowongan ini telah diakui sebagai cagar budaya Kota Sawahlunto.

Menurut pemerhati kereta api, Yoga Bagus Prayogo, dalam bukunya tentang sejarah lokomotif di Indonesia, Mak Itam adalah lokomotif uap spesial yang dilengkapi dengan gigi untuk mengatasi rute rel yang curam dan berkelok-kelok, seperti yang banyak ditemui di jalur Sawahlunto-Teluk Bayur.

Mak Itam memiliki tugas menaklukkan jalur kereta yang menawarkan pemandangan alam yang indah selama 10 jam nonstop. Lokomotif ini memiliki susunan roda 0-10-0, yang berarti terdapat 10 roda penggerak yang digerakkan bersama-sama oleh sebuah batang penggerak.

Kemampuannya untuk menarik hingga 40 gerbong batu bara dengan berat muatan hingga 130 ton dalam satu perjalanan menjadikan Mak Itam sebagai lokomotif yang sangat kuat. Lokomotif ini memiliki empat silinder, dua di antaranya digunakan untuk menggerakkan gigi-giginya.

Desmiarti, seorang warga kota Padang yang tinggal dekat dengan pintu kereta Teluk Bayur, masih mengenang dengan bangga saat Mak Itam melewati pintu kereta menuju pelabuhan. Jerit khasnya terdengar di seluruh kawasan pelabuhan. Saat ini, wanita berusia 66 tahun itu hanya bisa memandang Mak Itam dari balik jeruji besi Museum Kereta Api Sawahlunto, saat lokomotif itu terdiam untuk selamanya.

Kilas Balik Perjalanan Mak Itam

Jalur lintas lokomotif uap ini juga melibatkan penembusan perbukitan Bukit Barisan, dengan salah satu sorotan utamanya adalah terowongan Lubang Kalam. Terowongan sepanjang 825 meter ini merupakan sebuah proyek monumental yang dikerjakan antara tahun 1891 hingga 1894.

Lubang Kalam, begitu terowongan ini dikenal, menjadi akses tercepat dari Sawahlunto ke Muaro Kalaban pada masa itu. Terowongan ini terletak sekitar 500 meter dari Stasiun Sawahlunto dan menjadi bukti nyata dari ketangguhan dan kehandalan insinyur dan pekerja pada zaman itu.

Penting untuk dicatat bahwa Lubang Kalam telah diakui sebagai salah satu cagar budaya penting bagi Kota Sawahlunto, menunjukkan nilai sejarah dan arsitekturalnya yang sangat berharga bagi kota tersebut.

Pos terkait