Mengapa Orang Kampar dan Kerinci Menolak Identitas Minang?

Mengapa Orang Kampar dan Kerinci Menolak Identitas Minang? (Foto : Dok. Istimewa)
Mengapa Orang Kampar dan Kerinci Menolak Identitas Minang? (Foto : Dok. Istimewa)

TOPSUMBAR – Di antara hamparan budaya Nusantara, terdapat dua kelompok etnis yang menarik perhatian: Orang Kampar (Ocu) dan Kerinci (Kincai).

Meskipun bertetangga dengan Minangkabau, mereka memiliki identitas yang berbeda, menandakan kekayaan budaya Indonesia yang kompleks.

Sejarah dan Tradisi yang Berbeda

Orang Kampar: ritual penobatan Ninik Mamak.
Orang Kampar: ritual penobatan Ninik Mamak.

Secara geografis, Orang Kampar mendiami Riau, sedangkan Orang Kerinci bermukim di Jambi.

Bacaan Lainnya

Berbeda dengan Minangkabau yang memiliki sejarah kerajaan, Orang Kampar dan Kerinci lebih fokus pada perdagangan dan pertanian.

Asal-usul mereka pun berbeda. Cerita rakyat Minangkabau berpusat di Gunung Marapi, sedangkan Orang Kampar dan Kerinci memiliki asal-usul yang berakar pada wilayah masing-masing.

Perbedaan ini juga terlihat dalam tradisi. Orang Kampar memiliki ritual penobatan Ninik Mamak, sedangkan Orang Kerinci terkenal dengan tradisi Ngubat, sebuah ritual pengobatan tradisional.

Bahasa yang Unik dan Berbeda

Orang Kerinci: tradisi Ngubat.
Orang Kerinci: tradisi Ngubat.

Bahasa Kampar dan Kerinci memiliki kosa kata dan aksen yang berbeda dari bahasa Minang. Bunyi hurufnya pun berbeda, seperti bunyi /r/ yang diucapkan dengan halus dalam bahasa Kampar dan Kerinci, sedangkan dalam bahasa Minang, bunyi /r/ diucapkan dengan suara yang bergema.

Pengaruh bahasa Melayu dan Jawa lebih terasa dalam bahasa Kampar dan Kerinci, sedangkan bahasa Minang lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab dan Persia. Hal ini terlihat dalam penggunaan kata-kata serapan yang berbeda di antara ketiganya.

Lebih dari Sekedar Label

Meskipun berbeda dari Minang, Orang Kampar dan Kerinci memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang patut dilestarikan. Keunikan mereka menjadi bagian penting dari mozaik budaya Indonesia yang berwarna-warni.

Memahami perbedaan ini bukan untuk memisahkan, tetapi untuk menghargai keragaman dan identitas yang dimiliki oleh setiap kelompok etnis. Mereka adalah penjaga tradisi dan budaya, dan melestarikan warisan ini adalah tanggung jawab kita bersama.

(Fiyu)

Pos terkait