Pemberontakan Identitas Suku Anak Dalam di Dharmasraya, Tak Sudi Dipanggil Sanak Meski Bersuku Minang

Suku Anak Dalam di Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat (foto: Topsumbar.co.id)

Ciri-ciri Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) atau Komunitas Adat Terpencil (KAT)

Suku Anak Dalam atau (SAD) adalah bagian dari Komunitas Adat Terpencil (KAT), memiliki ciri-ciri yang mudah dilihat yaitu:
1. Terdiri dari kelompoj kecil, yang terisolir dan homogen
2. Mengandalkan hubungan kekerabatan
3. Tinggal ditempat yang sulit dijangkau cenderung terpencil
4. Menggunakan perlatan yang sederhana
5. Memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap alam.

Menariknya Suku Anak Dalam memahami cara pandang masyarakat terhadap pola hidup mereka yang terbelakang tersebut. Mereka mengaku sebagai orang Minangkabau yang melarikan diri ke hutan dimasa penjajahan Belanda.

Cerita yang dipercayai oleh penduduk suku anak dalam adalah, saat Belanda menjajah ranah Minang dimulai dari Luhak Nan Tuo, sebagian penduduk melarikan diri ke daerah pedalaman dan salah satunya adalah nenek moyang mereka.

Bacaan Lainnya

Panggilan “orang kubu” yang melekat di penduduk Suku Anak Dalam adalah dimana mereka ketahui bahwa nenek moyang mereka berasal dari Nagari Kubu Karambi, sehingga dari situlah panggilan orang kubu melekat pada mereka.

Kendati demikian mereka lebih suka dipanggil orang Minang, dari pada dipanggil SAD, KAT, Sanak atau kubu, sebab menurut pemaparan salah satu kelompok, mereka ingin dipandang sebagai orang biasa dan hidup menetap. Mereka tidak lagi ingin hidup nomaden (berpindah-pindah), karena hutan sudah tidak menyediakan apapun sebagaimana yang mereka harapkan.

Suku Anak Dalam hidup berkelompok (foto: Topsumbar.co.id)
Suku Anak Dalam hidup berkelompok (foto: Topsumbar.co.id)

Macam-macam Rumah Tradisional SAD

1. Rumah Godong

Rumah Godong ini merupakan rumah yang dibangun dari kayu dan berukuran 3 x5 meter, dengan waktu pembangunan 2 hingga 3 minggu. Kayu yang digunakan berupa kayu mesuai atau kayu baleh bayon sedangkan untuk lantai dibuat dari kayu meranti dan atapnya dari daun benal. Susunan dari Rumah Godong ini telah ditentukan sedemikian rupa.

2. Rumah Tanong

Berupa rumah dengan ukuran yang lebih kecil dengan lantai kayu yang dibelah-belah, dan tidak memiliki dinding beratap daun serdang, pada rumah ini lantai untuk istri dan suami dibedakan, dimana lantai untuk laki-laki lebih tinggi sedangkan lantai untuk istri lebih rendah. Sedangkan anak-anak mereka akan tinggal di bangunan lain didekat bangunan utama dengan bangunan anak laki-laki lebih tinggi.

3. Sengsudungon

Sengsudungon atau genah kemalongan merupakan tempat bermalam SAD ketika mereka pergi berburu dalam waktu lama ke tengah hutan.

Pemberontakan Identitas Suku Anak Dalam

Sebagai penduduk yang tergolong memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, Suku Anak Dalam sering merasa tidak suka dengan panggilan sanak yang disematkan oleh masyarakat kepada mereka. Dalam bahasa Minang, sanak berarti saudara yang berderajat sama, akan tetapi lain halnya dengan Suku Anak Dalam.

Mereka memandang panggilan sanak yang ditujukan oleh masyarakat mengandung makna yang bersifat negatif dan bersifat tidak manusiawi. Salah satu Suku Anak Dalam bernama bu Idar merasakan panggilan sanak yang mereka
terima berbeda makna dengan panggilan sanak di bahasa Minang.

Pemberontakan identitas ini direalisasikan oleh bu Idar agar mereka dapat diakui sebagai warga di nagari tersebut dan membuang seluruh label orang kubu yang melekat pada diri mereka. Usaha yang dilakukan bu Idar sendiri sudah cukup baik, ia telah fasih berbahasa Minang hingga bahasa Indonesia, juga telah menggunakan pakaian lengkap sebagaimana dengan yang digunakan oleh masyarakat zaman sekarang.

Untuk itu penyetaraan identitas ini menurut bu Idar sangat perlu untuk direalisasikan, mengingat mereka juga ingin hidup normal sebagaimana orang-orang pada umumnya. Selain itu mereka juga sudah menetap di satu tempat dan sudah tidak berpindah-pindah lagi.

Untuk itu bu Idar berharap untuk menghilangkan panggilan sanak atau orang kubu pada penduduk Suku Anak Dalam, karena menurut bu Idar, mereka juga dapat mensejajarkan diri mereka dengan orang-orang diluar sana, dan menghilangkan label-label yang bersifat negatif atau bahkan menghina yang ditujukan kepada mereka sejak lama.

(SR)

Pos terkait