Pemberontakan Identitas Suku Anak Dalam di Dharmasraya, Tak Sudi Dipanggil Sanak Meski Bersuku Minang

Suku Anak Dalam di Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat (foto: Topsumbar.co.id)

TOPSUMBAR – Suku Anak Dalam atau lebih dikenal dengan sebutan SAD merupakan sebutan lain untuk
mendeskripsikan sekelompok masyarakat yang hidup jauh dari permukiman modern, mereka tinggal dan memenuhi kebutuhan hidupnya di hutan.

Suku Anak Dalam atau SAD ini memiliki banyak sebutan di kalangan masyarakat umum. di Jambi disebut dengan orang rimba, orang talang mamak jika di Riau dan ada juga yang menyebut sebagai orang kubu.

Secara resmi pada tahun 1989 pemerintah menyebut kelompok ini sebagai masyarakat terasing, hal ini menggambarkan kondisi masyarakat yang hidup terisolasi, memiliki keterbatasan dalam komunikasi dan bersifat tertinggal apabila dilihat dari segi ekonomi, politik, agama, sosial budaya serta ideologi.

Bacaan Lainnya

Di Provinsi Sumatera Barat, Suku Anak Dalam ini masih banyak ditemukan di Kabupaten Dharmasraya. Tepatnya di Nagari Banai dan Koto Ranah. Pada 7 Februari 2018 lalu, sebanyak 25 orang Suku Anak Dalam yang berdomisili di kawasan Nagari Koto Ranah, Kecamatan Koto Besar, Kabupaten Dharmasraya ikut menyambut kedatangan Presiden RI dan Ibu Negara Ny. Hj. Iriana Jokowi.

Dalam kunjungan Presiden RI bersama anggota kabinet kerja dan pejabat negara waktu itu, para Suku Anak Dalam ini menyampaikan niatnya untuk bertemu langsung dengan orang nomor satu di Indonesia.

Koentjaraningrat dalam buku yang ditulisnya (1993:10), Menyarankan sebutan ini diganti menjadi masyarakat yang diupayakan berkembang. Tulisan ini bersumber dari buku berjudul Suku Anak Dalam (SAD) di Kabupaten
Dharmasraya Sumatera Barat yang ditulis oleh Rois Leonard Arios, Ernatip dan Efrianto, yang diterbitkan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, cetakan pertama November 2019.

Dilansir dari Wikipedia Senin, (21/08/2023). Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Barat, dengan luas wilayah sebesar 2.961,13 Km2, kabupaten ini dulunya pernah dijadikan ibu kota dan diketahui juga menjadi pusat pemerintahan kerajaan Melayu.

Pos terkait