Guru SMA di Payakumbuh Dibekali Bimtek Digitalisasi Pembelajaran

Topsumbar – Tuntutan dunia pendidikan semakin tinggi. Di saat guru di tuntut menguasa teknologi secara maksimal, beragam kompetensi lain juga harus menyertai. Targetnya, guru harus siap menyambut masa depan yang lebih cerah.

Sasaran yang hendak di capai tersebut, tidak bisa dipandang sebelah mata. Kemajuan teknologi yang sangat cepat, tidak sebanding dengan kemampuan guru mengikutinya. Ketika hal tersebut di ikuti, atau di saat guru berkonsentrasi penuh mengikutinya, persoalan lain justru terjadi.

“Guru cenderung tidak mampu memahami karakter peserta didiknya karena terlalu konsentrasi pada pelajaran tanpa mempelajari karakter siswanya,” kata Ketua DPRD Sumbar Supardi, ketika Bimtek Digitalisasi Pembelajaran bagi Guru SMA sekota Payakumbuh, di Bukittinggi, Rabu (26/7).

Bacaan Lainnya

Supardi mengingatkan, jika guru hanya memiliki perhatian kepada pelajaran, lalu memahami karakter peserta didiknya terabaikan, maka di khawatirkan, justru akan menjadi bom waktu di kemudian hari.

Ia kemudian membeberkan hasil survei sebuah lembaga berkompeten, KPA. Katanya, sebuah SMK di Payakumbuh ditemukan sebuah hasil survei mengejutkan. Sebanyak 10 dari satu kelas di salah satu SMK, ternyata siswanya terlibat LGBT.

Kondisi ini, katanya, tentu memprihatinkan. Terhadap hal tersebut, maka, kata Supardi, setiap guru harus memiliki kemampuan untuk memahami karakter siswanya. Jangan di abaikan.

Membekali Guru, Supardi menyebutkan, makanya dalam Bimtek kali ini, juga diberikan bekal terkait psikologi. Bekal psikologi yang dimiliki guru diharapkan mampu menjawab kebutuhan tersebut.

Sejalan dengan kemajuan zaman, maka tingkat perangai siswanya juga berbeda. Perkembangan tersebut juga harus di ikuti kemampuan guru untuk mengetahui atau memahaminya.

Ia kemudian mengambil contoh kasus yang baru-baru saja terjadi di Limapuluh Kota. Seorang guru merekam muridnya yang sedang emosi. Murid tersebut mampacaruik-an (mengatai gurunya dengan kata-kata kotor). Video tersebut beredar secara luas. Beragam tanggapan muncul.

“Siapa yang salah, atau apa yang salah dari kejadian tersebut,” kata Supardi sembari menyebutkan, betapa memprihatinkannya kondisi pendidikan hari ini.

Lalu, katanya, dari apa dan siapa yang salah, kejadian tersebut harus dijadikan pelajaran berharga bagi semua. Semua komponen harus melakukan introspeksi diri.

Terkait tantangan dan kemampuan untuk mengikuti perkembangan teknologi, Bimtek yang berlangsung selama empat hari tersebut, membekali seluruh peserta untuk terampil menggunakan teknologi sehingga dapat menyikapi kebutuhan dalam menghadapi dan menjalani pembelajaran.

Kendati demikian, kata Supardi, bukan berarti sudah puas dengan penggunaan aplikasi yang sudah dikuasai, tetapi tolok ukurnya adalah bagaimana setiap guru memiliki motivasi untuk mengelola aplikasi tersebut. Jika tidak memiliko motivasi mengelolanya, maka akan selalu terbelakang, sebab teknologinya terus bergerak dan berkembang.

Supardi juga menyebutkan, sejumlah pembekalan yang sudah di berikan kepada guru SMA di Payakumbuh, khususnya melalui program Bimtek Digitalisasi Pembelajaran bagi Guru SMA sekota Payakumbuh, di harapkan menjadi motor penggerak peningkatan SDM guru dan sekaligus akan memberikan pembeda kualitas guru-guru di Payakumbuh dengan kota dan kabupaten lain.

Kolaborasi
Supardi yang juga pernah menjadi guru tersebut juga mengingatkan arti penting sebuah kolaborasi, khususnya kolaborasi antar sekolah, kolaborasi di sekolah mau pun kolaborasi sesama guru. Kolaborasi tersebut akan bermuara baiknya suasana antar guru, lingkungan sekolah dan antar sekolah.

Ajakan kolaborasi tersebut disampaikannya, sebab Supardi melihat dan merasakan masih tingginya tingkat persaingan antar guru.

“Jika persaiangan antar guru tersebut dibiarkan, atau Kepala Sekolah tak mampu mengakomodir atau menyelesaikannya, di khawatirkan suasana sekolah tidak akan kondusif,” kata Supardi sembari menyebutkan, kekuatan sesungguhnya adalah pada tim yang kuat.

Agus Hilaluddin, instruktur pada Bimtek tersebut menyebutkan, tingginya tuntutan terhadap tugas seorang guru, sesungguhnya sudah di ketahui dan di pahami orang sejak dahulu. Seorang guru adalah sosok yang selalu menjadi acuan, panduan dan teladan bagi setiap orang.

Menjawab pertanyaan wartawan di sela-sela kegiatan, Agus Hilaluddin menyebutkan, ada sedikit pergeseran yang membedakan guru dahulu dan sekarang.

“Masa lalu, mereka yang menjadi guru sudah di impikan sejak kecil. Sekarang, mayoritas banyak yang tidak, sehingga rasa yang ada pastilah berbeda,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Prov Sumbar Drs. Barlius, MM mendukung program yang berasal dari Pokir Supardi tersebut. Aplikasinya langsung menyentuh sasaran. Titik yang di sasar sangat membutuhkan peningkatan kapasitas SDM yang berhubungan langsung dengan tuntutan mereka hari ini dan masa datang.

Barlius juga mengatakan, komitmen Ketua DPRD Sumbar Supardi mewujudkan Kota Payakumbuh menjadi Kota Digital, khususnya di bidang Pendidikan, sangatlah besar.
“Beliau sangat fokusnya,” kata Barlius.

Bimtek Digitalisasi Pembelajaran bagi Guru SMA sekota Payakumbuh di laksanakan di Hotel Rocky Bukittinggi, 24 – Juli 2023. Di ikuti 200 peserta, terbagi dalam 4 angkatan. Peserta di bekali keterampilan terkait digitalisasi bahan ajar. Mereka di mentori oleh beberapa pakar untuk merancang bahan ajar digital, dan penggunaan aplikasi.(ton)

Pos terkait