200 Melon Golden Apollo Tumbuh Subur di Kampung Apar dengan Sistem Dutch Bucket

200 Melon Golden Apollo Tumbuh Subur di Kampung Apar dengan Sistem Dutch Bucket
200 Melon Golden Apollo Tumbuh Subur di Kampung Apar dengan Sistem Dutch Bucket

TOPSUMBAR – Kampung Apar Inovation Center (KAIC) mulai mengembangkan budidaya melon Golden Apollo Hidroponik dengan Sistem Dutch Bucket. Sistem hidroponik Dutch Bucket System (DBS) merupakan metode tanam dengan aliran air dan bucket sebagai media tanamnya.

“KAIC mulai mengembangkan budidaya melon Golden dengan sistem Dutch Bucket sejak tahun 2022, sebelumnya menggunakan sistem irigasi tetes dengan media tanam cocopeat. Namun, karena ingin hasil yang lebih maksimal, maka muncul sistem baru Dutch Bucket,” ujar Ketua KAIC, Rasmiwati pada Selasa, 26 Maret 2024.

Rasmiwati mengatakan, Kelemahan dari sistem cocopeat adalah susah untuk mendapatkan bahan cocopeat, disamping itu juga tanaman melon rentan terhadap hama dan jamur.

Bacaan Lainnya

Sistem Dutch Bucket sangat efektif dengan menggunakan box atau hidrotone (media batu) yang fungsinya untuk penghematan air dan nutrisi dimana dialirkan melalui pipa-pipa.

Budidaya melon Golden dengan sistem Dutch Bucket yang dikembangkan oleh KAIC ini jumlahnya sebanyak 200 buah dimana tidak membutuhkan lahan yang luas bahkan bisa dilakukan di pekarangan rumah atau di dalam green house.

Mulai tahun 2022, KAIC menerima sponsor dari CSR Pertamina untuk pengembangan budidaya melon ini hingga sekarang. Harapannya dengan adanya budidaya melon ini, bisa membangun ekonomi masyarakat Kampung Apar kedepannya, dan memberi contoh kepada petani-petani lainnya.

Melon golden ini memiliki warna kulit luar kuning emas, daging buahnya berwarna putih dengan rasa yang lebih manis. Untuk harga, melon golden hidroponik ini dijual Rp.35.000 perkilogram. Rata-rata buah melon yang dihasilkan beratnya antara 2 hingga 3 kilogram.

Sekretaris Daerah Kota Pariaman, Yota Balad saat melihat langsung budidaya melon golden tersebut mengatakan bahwa, budidaya Melon Golden Apollo Hidroponik ini merupakan yang pertama di Kota Pariaman.

Ia mengapresiasi inovasi dari KAIC Desa Kampung Apar ini, dan ini dapat menjadi motivasi bagi masyarakat khususnya para petani melon di Kota Pariaman.

Yota balad menyampaikan, sebelumnya, KAIC juga mengembangkan Bank Sampah (rumah maggot), smart farming, dan ekonomi kreatif lainnya seperti produk jahelo sebagai produk unggulan, kapa snack, hasil keterampilan masyarakat seperti sulaman peniti dan rajutan.

(Zaituni)

Pos terkait