Asal Usul dan Sejarah Nama Pucuak Parancih di Sumatera Barat, Ternyata Hadiah dari Pejabat Inggris

Emanuel Francis dengan medali "Singa Belanda"-nya (foto: Minang Lamo)

TOPSUMBAR – Siapa yang tak kenal dengan sayuran daun singkong, pucuk daun ketela pohon, sebagian juga menyebut pucuk daun ubi atau di Sumatera Barat populer dengan nama pucuak parancih.

Pucuak parancih biasanya diolah menjadi sayur dan dijadikan makanan oleh masyarakat Sumatera Barat. Daun pucuak parancih ini biasanya diolah menjadi gulai atau kalio, ditambah dengan jengkol, telur dan ikan teri, juga bisa diolah hanya dengan merebus dan dimakan dengan sambal lado.

Paling nikmat, pucuak parancih dimasak samba lado tanak, sejenis gulai yang dikeringkan kuahnya. Semakin sering dipanaskan, maka kalio pucuak parancih semakin nikmat.

Bacaan Lainnya

Jika diperhatikan daun pucuk parancih ini berbentuk seperti daun ganja, maka dari itu daun ini dijuluki ganja dari Sumatera Barat. Penanaman pucuak parancih ini sangatlah mudah, dengan cara diambil satu batang pucuak parancih lalu di potong-potong menjadi beberapa bagian, lalu ditancapkan ke tanah dengan meninggalkan sedikit ujungnya keluar, atur jarak antara tanaman agar tidak ada yang mati karena terlalu berdekatan, maka pucuak parancih pun akan tumbuh hidup.

Asal Usul Nama Pucuak Parancih

Pucuak parancih merupakan sayuran favorit masayarakat Sumatera Barat, nama pucuak parancih berasal dari nama francis yang di eja dan menjadi parancih dalam penyebutan Bahasa Minang.

Dahulunya, pucuak parancih atau daun singkong ini dibawa oleh seseorang yang bernama Emanuel Francis yang pernah menjadi Gubernur Sumatera Barat pada tahun 1834. Francis merupakan orang Inggris yang lahir di India dan kemudian menikah dengan orang belanda. Pada usainya yang cukup muda Francis sudah menjadi seorang pelaut dan juga pernah menjadi juru tulis di kantor dagang Inggris di Banten.

Karena pengalaman Francis di Sumatera Barat sudah cukup menurut Gubernur Jendral Hindia Belanda, Van den Bosch, akirnya Francis diangkat menjadi Gubernur Sumatera Barat.

Disaat terjadinya perang di antara Paderi dan Perang Diponogoro, Belanda sedang dalam posisi terjepit dan dengan cara yang lunak untuk menaklukan Sumatera Barat, dengan mengeluarkan plakat panjang yang merupakan pernyataan bahwa Belanda mengakui keberadaan pemerintah dan peradilan Sumatera Barat. Belanda pun berjanji kepada masyarakat Sumatera Barat tidak akan memungut pajak dan akan memberi gaji kepada para penghulu, plakat ini dikeluarkan agar kaum paderi yang telah bergabung dengan kaum adat tidak melakukan penyerangan kepada Belanda.

Francis begitu percaya terhadap isi plakat Panjang tersebut tanpa mengetahui itu hanya akal-akalan Batavia semata. Selama di Padang, Francis aktif melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan cara membawa singkong atau ubi ketela pohon untuk dibudidayakan di Padang, tetapi oleh masyarakat Padang daunya juga dimanfaatkan menjadi sayuran. Untuk mengingat bahwa tanaman tersebut diusahakan oleh Francis, maka masyarakat di Sumatera Barat menyebutnya sayur “prancis” atau “parancih”.

Pos terkait