Dev Merdeka: “Didi Kempot Orangnya Humble”

Dev Merdeka: Didi Kempot Orangnya Humble

Solo | Topsumbar – “Didi Kempot itu orangnya humble” ujar Dev Merdeka yang merupakan manajer Orkes Keroncong Swastika kepada Topsumbar.co.id malam ini Jumat (18/11) di Solo, Jawa Tengah.

Jawaban tersebut dilontarkan Dev Merdeka sesaat setelah penampilan OK. Swastika pada Malam Mangayubagyo dalam rangkaian Muktamar 48 Muhammadiyah-Aisyiyah.

OK. Swastika merupakan grup musik keroncong asal Solo yang sering mengiringi penampilan Didi Kempot (alm.) maupun Waljinah dalam aksi panggungnya hingga ke mancanegara.

Bacaan Lainnya

“Waljinah itu seperti ibu kandung sendiri bagi saya” lebih lanjut Dwi yang merupakan personil OK. Swastika menambahkan.

Malam Mangayubagyo berlangsung meriah di Gedung Edutorium UMS yang diisi dengan penyerahan Anugerah Kebudayaan oleh PP. Muhammadiyah kepada tiga orang seniman Solo.

Ketiga seniman asal Kota Solo tersebut adalah Hj. Waldjinah, Gesang (alm) dan Didi Kempot (alm).

Pada kesempatan ini juga, sedianya UMS akan memberi apresiasi kepada penggembira muktamar bernama Nurlita (79) yang datang dari Pematang Siantar, Sumatra Utara dengan bus tanpa didampingi keluarga maupun kerabat.

Namun karena Nurlita tidak datang, apresiasi untuk Ibu Nurlita akan diberitakan Rektor UMS Sabtu sore.

Dalam sambutan acara Rektor UMS Sofyan Anif mengajak peserta penggembira untuk menjaga kebersihan dalam muktamar ke48 Muktamar dan Aisyiyah muncul dalam Malam Mangayubagyo.

Sofyan Anif menyampaikan selanjutnya, saat pembukaan Muktamar ke48 di Stadion Manahan besok pasti banyak dari pengunjung muktamar tidak bisa masuk ke stadion.

Banyak videotron yang akan dipasang.di beberapa tempat di luar Stadion Manahan dan sekitarnya.

“Kami panitia karena keterbatasan tempat tidak bisa semua masuk ke Stadion Manahan, Kami mohon maaf sebesar-sebesarnya,” kata Rektor UMS.

Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam sambutannya menyampaikan, Malam Mangayubagyo merupakan tasyakuran, ucapan selamat datang bagi seluruh warga Muhammadiyah yang hadir di Kota Surakarta guna menghadiri Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah.

“Kami PP. Muhammadiyah sungguh tasyakur bin nikmah atas kehadiran peserta, peninjau, anggota muktamar penggembira serta anggota masyarakat yang jadi anggota muktamar,” terang Haedar Nashir.

“Insya Allah kehadiran warga Muhammadiyah dengan peran berbeda namun semua satu tujuan menyukseskan muktamar ke 48 yang bermartabat dan berkemajuan
Termasuk ajakan dan gerakan muktamar bersih,” tambah Haedar Nashir

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini juga menyampaikan, pada malam Mangayubagyo ini dijadikan penghargaan untuk 3 tokoh budaya terkenal yang mendunia.

“Seniwati budayawan ibu Waldjinah yang lagunya sepanjang masa baik jaman kolonial maupun milenial selalu jadi kenangan,” kata Haedar Nashir.

Kedua adalah Didi Kempot yang tidak asing lagi bagi keluarga Muhammadiyah.

Berikutnya Gesang yang masa masa remajanya aktif dalam gerakan kepanduan Hizbul Wathan.

“Penghargaan ini tidak seberapa di banding karya- karya dan pengkhidmatan dari tiga tokoh ini,” kata Haedar Nashir.

Mengenai pentas seni yang hadir di malam mangayubagyo ini, Haedar Nashir mengatakan, Muhammadiyah juga menikmati berbagai jenis pertunjukan.

“Kita juga menikmati seni pertunjukan dalam berbagai jenis, Muhammadiyah sudah akrab dengan budaya dan seni.

Seni itu boleh sepanjang tidak membuat kita jauh dari Allah, bahkan makin (membuat) kita larut (mendekat) dengan Allah karena Allah itu maha indah dan mencintai keindahan.

Dengan seni tumbuh kehalusan rasa dan Budi. Seni bagian dari irfani Muhammadiyah. Maka mari kita isi malam ini dengan tasyakur dan ta’aruf,” terang Haedar Nashir.

Gelaran pentas seni budaya Malam Mangubagyo diawali pertunjukan Musik keroncong dari kelompok Swara Bhaskara yang menghadirkan lagu Derap Berkemajuan dan Solo Diwaktu Malam ciptaan Mus Mulyadi.

Usai penampilan OK. Swara Bhaskara, dilangsungkan pemberian Anugerah Kebudayaan kepada tiga maestro musik keroncong yaitu Waldjinah, Gesang Martohartono (Gesang) dan almarhum Didi Kempot.

Penghargaan kepada Waldjinah, almarhum Gesang (diwakili keluarga) dan almarhum Didi Kempot (diwakili istri) disampaikan oleh Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Selain penghargaan, UMS melalui Rektor Sofyan Anif menyerahkan dana pendidikan kepada tiga keluarga tokoh yang memperoleh penghargaan dengan masing-masing berjumlah Rp 20 juta.

Penghargaan dan dana pendidikan diterima langsung oleh Waldjinah, Yani Effendi, keponakan Gesang serta Saputri, istri almarhum Didi Kempot.

Setelah itu pembawa acara menyampaikan informasi UMS ingin memberikan apresiasi kepada Nurlita (79), penggembira yang datang sendirian ke Kota Solo tanpa ada yg menemani dari Pematang Siantar, Sumatra Utara.

Namun setelah ditunggu beberapa saat Nurlita ternyata tidak hadir di gedung Edutorium sehingga apresiasi dari UMS belum dapat diberikan.

Rektor UMS, Sofyan Anif di hadapan hadirin menyampaikan, Nurlita naik bus sendirian tanpa ada pengantar datang ke Kota Solo.

“Hari ini kalau beliau hadir, UMS memberi apresiasi kepada beliau karena niatnya yg tinggi sekali jauh hanya naik bus datang ke muktamar.
Batang kali bapak ibu ada yg menemukan ibu nurlita. Terakhir kami menerima kabar Ibu Nurlita sudah berada di Solo,” kata Rektor UMS.

Acara kemudian dilanjutkan penampilan penyanyi cilik yang pernah dibuatkan lagu oleh almarhum Didi Kempot, Arda yang menyanyikan lagu Banyu Langit karya almarhum Didi Kempot.

Sebelum Arda tampil, hadir keatas panggung menyanyikan lagu Keroncong berjudul Malioboro, Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah, Umi Saudah.

Umi Saudah sebelumnya juga tampil diatas panggung bersama ketua PP Aisyiyah,Siti Noordjannah Djohantini, mendampingi kehadiran Waldjinah ke atas panggung untuk menerima penghargaan sembari keduanya menyanyikan lagu Lelo Ledong.

Malam Mangayubagyo diakhiri penampilan yang sangat menghibur penonton dari grup Letto yang menyanyikan 10 lagu yang dua diantaranya dinyanyikan bersama Tantri “Kotak”.

Ditemui usai malam mangayubagyo, Sofyan Anif mengatakan, sebenarnya Nurlita sudah berada di Kota Solo, hari ini tadi di UMS, istirahat di Fakultas Ilmu Kesehatan.

“Tapi beliau pindah ke SMA Muhammadiyah 2 Surakarta, menurut Kepala Sekolah, beliaunya sudah sare (tidur)” ujar Rektor UMS.

Terkait apresiasi dari UMS kepada Nurlita, Sofyan Anif menyampaikan akan diberikan kepada yang bersangkutan pada esok hari.

“Besuk sore kita akan berikan apresiasi kepada Ibu Nurlita di (gedung) Siti Walidah.

Disinggung apakah UMS juga akan mengantar pulang Nurlita, Sofyan Anif mengatakan akan menghubungi Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU) agar pihak UMSU bisa mengantar pulang Nurlita.

“Nanti saya akan telpon Rektor UMSU untuk mengusahakan bisa mengantarkan pulang Bu Nurlita,” ujar Sofyan Anif.

Kota Solo telah melahirkan banyak legenda, khususnya dibidang seni.

“Cikal yang bakal melanjutkan tradisi keroncong ini sudah banyak” lebih lanjut Dwi menambahkan.

OK. Swastika beralamat di Jl. Kana No. 2, Mangkubumen, Surakarta.

OK. yang didirikan oleh Sapto Haryono ini, sekarang beranggotakan Didi pada bass, Irfan, Danis pada biola, Sapto pada saxophone dan fluit, serta Moren. (Gun)

Pos terkait