Siswa SMPN 6 Terus Berinovasi, Setelah Rachel, Thermal Gate dan Kartu Elektronik. Kini Ciptakan Screening Penciuman Digital

Siswa SMPN 6 Kota Padang Panjang terus berinovasi. Kurun waktu satu setengah tahun terakhir berhasil meluncurkan tiga inovasi

Pertama pada Juli tahun 2020 lalu melakukan terobosan mengembangkan perangkat bernama “Remote Area Community Hotspots for Education and Learning,” (“R.A.C.H.E.L.”).

RACHEL adalah sebuah perangkat eletronik sebagai solusi proses belajar mengajar daring tanpa paket data internet di masa tatanan normal baru pandemi Covid-19, pada Juli 2020 lalu.

Bacaan Lainnya

Tidak perlu paket data internet, lewat RACHEL, siswa SMPN 6 hanya perlu mendekati perangkat yang di pasang dibeberapa titik di lingkungan mereka tinggal. Dengan demikian, mereka dapat mengunduh bahan pelajaran yang diberikan guru maupun mengupload kembali bahan yang dikerjakan.

Caranya hanya mengaktifkan Wifi dan memilih jaringan dengan Kode RPI. Setelah Wifi aktif, lewat Goggle Browser maupun Opera, siswa lalu mengakses 10.10.10.10. Maka, pembelajaran daring lewat RACHEL SMPN 6 bisa diaktifkan, baik dengan gadget maupun laptop.

“Bahan-bahan dari guru berupa video pembelajaran, modul diinput ke dalam, sehingga anak-anak tinggal mendekati alat tersebut. Buku elektronik sudah di dalam, anak tidak perlu ke sekolah. Buku tinggal di Unduh, video tinggal Unduh, tugas tinggal Unduh,” Ungkap Kepala Sekolah SMPN 6, Muji Siswanto, M.Pd, Senin, (13/07/2020).

Sukses dengan perangkat Rachel, pada Januari 2021 lalu siswa SMP 6 kembali dengan terobosan terbaru, yaitu pemakaian alat Termal Gate dan Kartu Elektronik yang diluncurkan bersamaan dimulainya pembelajaran tatap muka, semester genap di SMPN 6, Senin, (11/01/2021).

Peluncuran pemakaian Thermal Gate dan Kartu Elektronik saat itu dilakukan Ketua Komisi III DPRD kota Padang Panjang, Yudha Prasetya, Kadinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Padang Panjang, M. Ali Tabrani, serta dihadiri oleh anggota Komisi III DPRD, Kasubag Umum dan Kasi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang Panjang.

Kepala SMPN 6 Padang Panjang, Muji Sirwanto dalam paparannya mengatakan, Thermal Gate dan kartu elekronik dibuat dan di rakit oleh TIM IT SMPN 6 Padang Panjang di bawah komando Bapak Muhammad Irsyad Ibn Rusydi .

“Pembuatan dilakukan selama libur semester ganjil pada bulan Desember 2020,” ujar Muji dihubungi Topsumbar.co.id, Selasa, (12/01/2021).

Diterangkan Muji, pembuatan Thermal Gate dan kartu elekronik berawal dari keinginan warga SMPN 6 Padang Panjang untuk mengantisipasi pengukuran suhu tubuh yang harus antri karena keterbatasan thermo gun.

“Begitu pula dengan kartu elektronik yang berguna untuk memudahkan siswa mengambil absensi, sebagai kartu pelajar dan juga sebagai kartu pustaka,” terang Muji.

Sedangkan cara penggunaan atau pemakaian Thermal Gate, sebut Muji, adalah dengan mendekatkan lengan kepada sensor. Maka alat tersebut membaca suhu tubuh dan menginformasikannya di layar display. Berapa ukuran suhu tubuh seseorang, begitu juga dengan alarmnya.

“Apabila suhu tubuh seseorang 37°C, maka alarm akan berbunyi beberapa kali. Hal tersebut menandakan siswa atau warga sekolah tersebut sedang tidak sehat dan tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan di sekolah,” sebutnya.

Begitu juga dengan penggunaan kartu elektronik yang berfungsi sebagai kartu absensi, kartu pelajar dan kartu pustaka.

“Siswa hanya mendekatkan kartu tersebut ke alat sensor yang terhubung langsung dengan PC, sehingga guru mengetahui kehadiran dari siswa/i di SMPN 6 Padang Panjang,” tutupnya saat itu.

Kini, di pertengahan tahun 2021 atau persisnya Juli 2021, sebagai persiapan pembelajaran tatap muka, siswa SMPN 6 di bawah komando guru pembimbing Bapak Muhammad Irsyad Ibn Rusydi kembali melahirkan inovasi yang disebut alat Screening Penciuman Digital.

Alat ini digunakan untuk mendeteksi indra penciuman dari siswa yang akan mengikuti pembelajaran tatap muka.

Alat ini telah diujicobakan pada Rabu, (28/7/2021) bertempat di Puskesmas Bukit Surungan dengan disaksikan langsung petugas Puskesmas.

“Kita berharap dengan adanya alat ini, bisa menjadi pendeteksi awal Covid-19. Dengan dilakukannya uji coba pertama ini, kami berharap mendapat banyak masukan dari berbagai pihak dalam penyelesaian alat,” ujar Kepala SMPN 6, Muji Sirwanto, M.Pd saat diwawancara Kominfo dikutip Topsumbar.co.id

Muji juga berharap alat screening penciuman digital ini bisa digunakan juga untuk sekolah-sekolah lain, kantor dan lembaga lain yang ada di Kota Padang Panjang.

“Alat ini sangat bagus, untuk mendeteksi bagi orang yang OTG, apalagi untuk yang indra penciumannya sudah kena. Kita juga berharap dengan sudah mantapnya alat ini, juga bisa menjadi contoh untuk yang lain dalam penanganan Covid-19,” tutur Kepala Puskesmas Bukit Surungan, Yusri Yanti, S.Tr.Keb yang turut menyaksikan uji coba.

Guna mengetahui lebih lanjut bagaimana cara kerja alat screening penciuman digital tersebut, Topsumbar.co.id berkesempatan wawancara Kepala SMPN 6, Muji Sirwanto, M.Pd, Rabu, (28/7/2021).

Disebutkan Muji, dalam pembuatan alat screening penciuman digital dibutuhkan sejumlah alat, servo juga, dan alat robotik.

Sebelum siswa masuk ke dalam ruangan, siswa harus menginjak pegas. Pegas yang diinjak akan membuka layar pada server.

Kemudian pas layar terbuka, saat siswa masuk langsung dalam sepersekian detik tercium bau apa saja yang ada di ruangan itu .

Kemudian di kaki siswa ada tiga buah pegas. Nantinya siswa menjawab pertanyaan dengan menginjak pegas di kaki.

Siswa akan ditanya ini bau apa. Ada kopi, ada jeruk, ada strawberry dan lain-lain.
Nah, bila jawaban siswa salah. Bearti penciumannya bermasalah.

“Jadi pas saat siswa masuk ruangan, alat ini telah menyemprotkan bau. Saat masuk itu siswa tinggal menebak saja lagi ini bau apa begitu,” ujar Muji.

Kemudian sebut Muji, bagi siswa yang salah menebak bau, siswa langsung disuruh pulang ke rumah.

“Karena pasti ada yang salah dengan penciumannya. Atau bisa jadi termasuk orang tanpa gejala (OTG),” sebut Muji.

Terakhir ketika ditanyakan apakah alat screening penciuman digital itu telah dipatenkan dalam bentuk mendaftarkan ke Dirjen Hak Kekayaan Intelektual atau HAKI, Muji menjawabnya belum.

Alat ini sebut Muji, masih uji coba tahap pertama dan akan dilanjutkan ujii coba tahap kedua.

“Nah, bisa jadi selama uji coba akan ada perbaikan-perbaikan dan tambahan-tambahan alat dan bila nanti sudah lengkap barulah dipatenkan,” sebut Muji.

“Namun terkait paten, kami tidak bisa bekerja sendiri. Melainkan ada support dari pemerintah kota,” pungkas Muji.

(AL)

Pos terkait