Peran Diaspora Vietnam dalam Mendorong Kerja Sama Ekonomi Bilateral Vietnam-Polandia

Oleh: Taufiq Lamsuhur

Apabila anda berkunjung ke Ibukota Polandia, Warsawa, jangan lupa mendatangi pusat perbelanjaan Bakalaraska dan Mariwilska.

Bacaan Lainnya

Kedua pusat perbelanjaan ini unik karena di tempat ini bisa ditemukan dengan masif para pedagang keturunan Vietnam yang menjual berbagai produk kebutuhan masyarakat Polandia, baik yang sifatnya produk-produk Asia maupun produk-produk consumer lainnya.

Bahkan kalau kita perhatikan dengan baik-baik di kedua tempat ini, pedagang dengan wajah dan bahasa Vietnam jauh lebih banyak daripada pedagang Polandia asli.

Para pedagang Vietnam ini menawarkan berbagai produk mulai dari produk fabrikasi seperti ; sepatu, pakaian dan tas, dll, produk gastronomi/restoran khas Vietnam, salon kecantikan (pijat, spa, manicure, pedicure, dan pangkas rambut) dan toko kebutuhan sehari-hari (grocery) yang menawarkan berbagai produk bahan makanan Asia dan produk-produk Polandia.

Dalam hal kebutuhan sehari-hari tersebut, toko-toko Vietnam ini menyediakan berbagai produk dari negara Asia lainnya, seperti ; Tiongkok, Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina dan tentunya produk-produk asli Vietnam sendiri.

Yang menarik adalah bahwa hampir semua pedagang Vietnam ini berbahasa Polandia dengan lancar dan sebagian mereka juga lancar berbahasa inggris.

Sebenarnya tidak hanya di Bakalaraska dan Mariwilska saja para Diaspora Vietnam tersebar, di hampir semua kota-kota besar di Polandia (baca pusat kota), juga dengan mudah dapat ditemukan took-toko Vietnam, terutama dalam bentuk restoran yang menawarkan makanan khas Vietnam, terutama pho.

Sebenarnya berapa jumlah resmi Diaspora Vietnam di Polandia? Tidak terdapat angka yang pasti berapa jumlah Diaspora Vietnam di Polandia, namun diperkirakan jumlah mereka berkisar antara 30.000 – 50.000 jiwa (menurut Wakil Ketua Association of Vietnamese in Poland:Solidarity and Friendship, Thai Nguyen; 2014).

Para imigran Vietnam ini bergabung dalam berbagai organisasi di Polandia, seperti ; Vietnamese Poets Club, Community of Vietnamese Catholics, Vietnamese Women Club, Vietnamese football league, dan Vietnamese culture center.

Kedatangan para imigran Vietnam di Polandia berlangsung secara bertahap/gelombang. Eva Nowicka (2014:216) menyebutkan setidaknya terdapat 2 gelombang kedatangan imigran Vietnam ke Polandia dari para imigran tersebut.

Gelombang pertama terjadi tahun 1950-an, lalu 1960-an dan 1980-an. Saat itu pendatang dari Vietnam dikaitkan dengan kebijakan Pemerintah Polandia untuk membantu sesama negara komunis yang perekonomiaannya lebih tertinggal dari Polandia.

Gelombang kedua adalah orang-orang Vietnam yang datang ke Polandia setelah tahun 1990-an.

Kelompok ini ada 2 (dua) macam: ada yang datang karena didorong oleh keinginan bergabung dengan migran Vietnam yang telah berhasil di perantauan (baca Polandia) pada gelombang lebih awal dan terdapat kelompok yang betul-betul dalam rangka mengembangkan bisnis dengan Polandia atau dalam rangka sekolah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Para diaspora Vietnam inilah yang sekarang menjadi pendorong atau main driver dari kerja sama bilateral Vietnam-Polandia, khususnya untuk sektor ekonomi.

Volume perdagangan bilateral mencapai USD 3 milyar atau hampir 5 kali lipat dibandingkan volume perdagangan Indonesia-Polandia. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Vietnam yang paling tertinggi nilai volume perdagangan bilateralnya dengan Polandia.

Besarnya nilai kerja sama ekonomi Vietnam dengan Polandia dan juga negara-negara UE lainnya telah mendorong kedua pihak (Vietnam dan UE) menginisiasi dan merampungkan EU-Vietnam Free Trade Agreement (EVFTA).

Dirundingkan sejak tahun 2010, EVFTA rampung negosiasinya pada tahun 2015. Sempat mengalami ketelambatan proses ratifikasi oleh kedua belah pihak, akhirnya pada tanggal 8 Juni 2020 Parlemen Vietnam meratifikasi perjanjian tersebut. Secara resmi sejak 01 Agustus 2020.

EVFTA menghapus hampir 99% dari bea/cukai yang selama ini dibeban oleh satu pihak kepada pihak lainnya terkait dengan barang ekspor/impor.

Vietnam segera menghapus 65% dari bea-bea yang selama ini dikenakan pafa produk-produk negara UE, sementara sisanya akan dihapus secara bertahap dalam 10 tahun ke depan.

Dari sisi UE, sekitar 71% bea yang selama ini dikenakan kepada produk-produk Vietnam akan dihapus, sementara sisanya akan dihapus dalam 7 tahun ke depan secara bertahap.

Beberapa produk utama Vietnam yang akan menikmati keuntungan dari FTA adalah ; farmasi, produk pertanian, industri mesin dan industri otomotif (selama ini produk-produk ini dikenakan bea impor 8%).

Sebaliknya produk-produk negara UE yang mendapatkan keuntungan akses pasar adalah: daging, susu dan produk turunannya serta minuman anggur (wine), yang selama ini dikenakan tarif bea masuk 48-50%. EVFTA juga mengatur aspek services dan investasi.

Bagi Indonesia terdapat peluang dan tantangan yang perlu diantisipasi akibat mulai diberlakukannya EVFTA ini, baik dalam hal kerja sama ekonomi bilateral dengan Polandia, maupun dalam hal akses pasar ke negara-negara UE lainnya. ()

* Penulis:
Taufiq Lamsuhur
Counsellor Ekonomi pada KBRI Warsawa, Polandia
Pengamat Isu-isu Sosial

 

Pos terkait