Pesona Kerupuk Gambok, Buah Tangan Menuju Rantau

Pesona Kerupuk Gambok, Buah Tangan Menuju Rantau

TOPSUMBAR – Bagi masyarakat Sijunjung, tentu sudah tak asing lagi dengan Kerupuk Gambok nan melegenda.

Berasal dari Gambok, Nagari Padang Laweh Selatan, kini produksi kerupuk tersebut telah menyebar hingga Jorong Batu Balang, Nagari Limo Koto, Kecamatan Koto VII.

“Saat ini sekitar 200 orang lebih pelaku usaha yang membuat kerupuk sebagai usaha rumahtangga,” ungkap Samsinar (61), salah seorang pembuat kerupuk.

Bacaan Lainnya

Kerupuk Gambok berbahan dasar ubi kayu yang bersumber dari ladang milik petani di Batu Balang.

“Ubi diantar petani kerumah dengan harga seribu rupiah per kilo,” Samsinar menjelaskan.

Untuk lahan yang baru digarap biasanya menghasilkan ubi 50 kg per karung, jika berulang kali rata-rata produksi yaitu 30 kg per karung.

“Bahkan satu rumpun ubi bisa menghasilkan satu karung,” tukuk Samsinar.

Setelah ubi dikuliti, diparut, diberi bumbu dan rempah, kemudian dicetak, direbus lalu dijemur, ubi siap untuk dijual.

Sekarung ubi mentah, menurut Samsinar bahkan bisa menghasilkan produksi Kerupuk Gambok hingga 900 buah.

Kerupuk Gambok dijual disepanjang jalan antara Pasar Gambok hingga Batu Balang seharga Rp. 15.000,- per ikat.

Satu ikatnya berjumlah 50 buah yang siap untuk digoreng dirumah masing-masing.

Selama lebaran kali ini, Kerupuk Gambok dijadikan oleh-oleh dari kampung untuk dibawa ketanah rantau.

Citarasanya yang khas membuat Kerupuk Gambok tak pernah berhenti berproduksi.

“Sejak saya masih kanak-kanak, orang tua juga telah membuat kerupuk dan anak-anak saya hari ini juga pengrajin kerupuk,” ulas Samsinar.

Potensi besar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) itu ternyata juga mendapat perhatian dari pemerintah.

“Pengrajin kerupuk dicatat, dibina kemudian diberi bantuan mesin pemarut ubi,” tutur Samsinar.

Pengamatan topsumbar.co.id Kerupuk Gambok juga telah mengikuti perkembangan teknologi dan sudah hadir di Market Place.

Beberapa situs jual beli online telah memasarkan produk Kerupuk Gambok, bahkan tersedia juga COD (Cash On Delivery), pembayaran dilakukan setelah kerupuk nan kegendaris itu tiba dirumah.

Beda cara beda rasa, meskipun tersedia COD, kalau oleh-oleh tentu lebih lezat yang dibawa langsung dari pabriknya.

“Pengrajin juga telah kita latih tentang kewirausahaan dan pemasaran,” tutup Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Perkoperasian dan Industri Kecil Menengah, Ir. Yulizar, MP.

(AG)

Pos terkait