Pembudidayaan Maggot, Potensi Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat di Solok Selatan

TOPSUMBAR – Wali Nagari Gunuang Bungkuak, Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Doni Iskandar membawa beberapa warganya untuk melakukan studi tiru ke Rumah Maggot Solok Selatan.

“Alhamdulillah, kunjungan kami ke rumah Maggot Solok Selatan memberikan kami wawasan tidak hanya tentang cara budidaya Maggot, tetapi juga strategi pemasarannya,” ujar Doni Iskandar.

Pengawas Rumah Maggot Solok Selatan dan pengurus pusat Duta Petani Andalan, Attila Madjidi, menjelaskan bahwa budidaya Maggot merupakan peluang bisnis yang sangat menjanjikan saat ini. Selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi, budidaya Maggot juga memberikan kontribusi positif dalam pemanfaatan limbah organik dan pemberdayaan masyarakat.

Bacaan Lainnya

“Atas dasar itulah, usaha ini tidak memerlukan investasi besar karena Black Soldier Fly (BSF) dapat bertahan hidup tanpa memakan makanan padat, hanya butuh cairan,” papar Attila Madjidi.

Attila juga menjelaskan bahwa proses perkawinan antara Maggot berlangsung 2-3 hari setelah pasangan betina kawin, dan betina akan segera meletakkan telurnya. Setelah itu, betina akan mati, sementara jantan akan hidup sebentar setelah kawin.

“Pemberian pakan kepada larva Maggot hanya diperlukan pada tahap awal, saat mereka masih berusia 1-18 hari,” tambahnya.

Potensi luar biasa ini, tambah Attila, harus diakui oleh peternak unggas dan pembudidaya ikan sebagai alternatif pakan. Bahkan, masyarakat rumah tangga juga bisa terlibat sebagai mitra dalam budidaya Maggot.

Dia menambahkan bahwa menurut laporan dari INTP Fakultas Peternakan, IPB University, Prof. Dr. Nahrowi menekankan bahwa Maggot dapat menjadi opsi pakan ternak yang dapat menggantikan meat bone meal (MBM). MBM sendiri sering digunakan dalam pakan ternak seperti unggas, ikan, dan babi. Selama ini, MBM sering diimpor dari luar negeri, yang mengakibatkan harga yang mahal, sedangkan kebutuhan Indonesia akan MBM mencapai 800 ribu ton setiap tahun.

“Karena itu, dibutuhkan generasi muda yang tekun dan bekerja keras untuk memahami peluang usaha Maggot ini, serta perhatian dari pemerintah mulai dari tingkat daerah,” tegasnya.

Dia juga memberikan apresiasi kepada Ketua kelompok rumah Maggot Solok Selatan, Rafit Amelindo, yang sebelumnya memiliki latar belakang yang berbeda, tetapi kini telah mengembangkan budidaya Maggot dengan sangat baik dan tekun.

“Rafit Amelindo adalah contoh nyata bagaimana seseorang dapat berubah dari masa lalu yang sulit menjadi pengusaha yang sukses, dan bahkan menjadi pembicara tentang keahliannya dalam budidaya Maggot,” ungkapnya.

Ketua rumah Maggot Solok Selatan, Rafit Amelindo, menceritakan bahwa mereka memulai usaha ini pada awal tahun 2020.

“Pada awal tahun 2020, ketika saya berada di Medan, Sumatera Utara, saya dihubungi oleh anggota DPRD Solok Selatan, David Taster, yang mengajak saya untuk mempelajari budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF) dari salah satu kenalannya,” kenangnya.

Dia melanjutkan bahwa setelah mempelajari budidaya Maggot, hidupnya berubah sepenuhnya, dan sekarang ia sepenuhnya fokus pada budidaya Maggot.

“Memulai usaha yang halal memang tidak mudah. Ada banyak tantangan, bahkan cemoohan, dan seringkali diabaikan oleh orang lain. Namun, saya selalu termotivasi oleh Pak Datuak Attila Madjidi untuk tetap semangat,” tegasnya.

“Alhamdulillah, Allah SWT Maha Pemurah. Pekerjaan mengelola sampah untuk pakan Maggot akhirnya mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk Bupati Solok Selatan, Pak Khairunas,” tambahnya.

Dia juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung budidaya Maggot di Solok Selatan, termasuk rekan-rekan anggota kelompok, Bupati Solok Selatan, Kadis, Supreme Energi, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

“Terakhir, kami dari kelompok Maggot Nagari Gunuang Bungkuak akan memberikan pendampingan, semoga dapat berpartisipasi dalam lomba Maggot yang akan diadakan oleh Pemerintah Provinsi Sumbar pada tahun 2024 mendatang,” ujar Rafit Amelindo.

(KMS)

Pos terkait