Pasca Gempa Maroko, Delegasi Sumatera Barat pada Konferensi Internasional Geopark UNESCO di Marrakesh dalam Keadaan Aman

TOPSUMBAR – Delegasi Sumatera Barat (Sumbar) yang mengikuti Konferensi Internasional Geopark UNESCO di Marrakesh Maroko dilaporkan dalam keadaan aman.

Hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang anggota delegasi Sumbar, Ridwan dihubungi Topsumbar.co.id via seluler, Minggu (10/9/2023).

Ia menyebutkan saat ini delegasi Sumbar sedang diperjalanan menuju Casablanka menjauh dari titik gempa.

“Kami meninggalkan Marrakesh menuju Casablanca via darat dengan lama perjalanan 3,5 jam,” ungkap dia.

Ridwan menjelaskan, keikutsertaan delegasi Sumbar di konferensi Internasional geopark UNESCO di Marrakesh Maroko diwakili utusan geopark Silokek Sijunjung.

“Pada konferensi tersebut geopark Silokek Sijunjung mengirimkan 3 (tiga) orang peserta yang sekaligus mewakili delegasi Sumbar, yakni Benny Dwifa Yuswir, Afrineldi, dan ia sendiri,” jelasnya.

Ridwan menuturkan pasca terjadi gempa, delegasi Sumbar sempat tidur malam di pinggir kolam renang masih di lokasi konferensi. Sebab gedung tempat berlangsungnya konferensi mengalami kerusakan.

Konferensi Internasional geopark UNESCO sejatinya berlangsung pada 7-11 September 2023. Namun, penutupannya dipercepat menjadi tanggal 9 September 2023.

Konferensi ditutup oleh Sekretaris Global Geopark Network Mr. Guy Martini.

“Acara penutupan sekaligus pemberian sertifikat statis Unesco Global Geopark kepada beberapa geopark di dunia termasuk dari Indonesia, yaitu Ijen, Raja Ampat, Merangin Jambi, dan Maros Pengkep,” tutur Ridwan.

Diberitakan sebelumnya,  Maroko diguncang gempa 6,8 magnitudo pada Jumat (8/9) dengan pusat gempa sekitar 72 km (45 mil) barat daya kota Marrakesh.

Guncangan gempa ini terasa hingga kota Rabat, yang berjarak sekitar 350 km dari pusat gempa. Juga Casablanca, Agadir dan Essaouira.

Gempa bumi di Maroko ini dinilai yang paling mematikan di negara itu dalam lebih dari enam dekade. Sejak Agadir hancur akibat gempa berkekuatan 6,7 skala Richter pada tahun 1960. Gempa kala itu, menewaskan lebih dari 12 ribu orang.

Gempa terjadi bersamaan dengan pelaksanaan Konferensi Internasional Geopark UNESCO ke-10 yang berlangsung di Marrakesh Maroko.

Marrakesh adalah kota besar terdekat dari pusat gempa.
Di Marrakesh banyak bangunan runtuh dan kerusakan parah terutama terjadi di beberapa bagian Medina, yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO.

Masjid bersejarah, yaitu Masjid Jemaa el Fnaa, dilaporkan mengalami runtuh sebagian.

Sementara itu, korban tewas akibat gempa Maroko dilaporkan terus bertambah. Data terbaru menyebutkan korban tewas akibat bencana alam itu telah lebih 2 ribu jiwa.

Kementerian Dalam Negeri Maroko mencatat pada Minggu pagi (10/9/2023), korban tewas mencapai 2.012 orang, 2.059 orang terluka, termasuk 1.404 orang dalam kondisi kritis.

Korban tewas tersebar di provinsi dan kotamadya al-Haouz, Marrakesh, Ouarzazate, Azilal, Chichaoua, dan Taroudant.

“Angka kematian tertinggi akibat gempa ini, tercatat di Provinsi Al Haouz dan Taroudant. Korban jiwa di Marrakesh, jauh lebih sedikit, meskipun kota tua yang dilindungi Unesco itu rusak parah,” jelas Kementerian Dalam Negeri Maroko, dikutip dari BBC, Minggu (10/9/2023).

(AL/AG)

Pos terkait