Untuk korban yang meninggal dunia dimakamkan secara massal tidak jauh dari lokasi kejadian. Sementara untuk korban luka-luka dibawa ke rumah warga untuk diobati.
Karena, pasa masa itu tidak ada rumah sakit di area tersebut. Rumah Sakit hanya ada di Kota Padang dan Kota Bukittinggi saja.
Selang beberapa bulan, tepatnya pada tanggal 23 Maret 1945, kecelakaan kembali terjadi tidak jauh dari lokasi sebelumnya.
Tepatnya berada di perbatasan daerah Kelurahan Gantiang dan Nagari Aia Angek yang merupakan jalur pendakian perbatasan Nagari Panyalaian Kabupaten Tanah Datar dekat Kota Padang Panjang.
Kecelakaan Kereta Api tersebut hampir sama dengan kejadian sebelumnya. Jembatan yang dilewati oleh Kereta Api di lokasi itu juga putus.
Baca juga: Fakta dan Mitos Danau Singkarak, Ikan Bilih Hingga Minta Tumbal Setiap Tahun
Kejadian itu juga memakan korban hingga mencapai ratusan orang yang juga dimakamkan di lokasi pemakaman massal sebelumnya.
Bedanya hanya kedalaman lobang untuk kuburan massal kejadian kecelakaan kedua ini hanya sedalam 3 meter saja, sementara untuk sebelumnya digali dengan kedalaman 5 meter.
Untuk mengingat kejadian kecelakaan nahas tersebut, seorang ulama di daerah Padang panjang, Syekh Adam BB membangun sebuah tugu.
Tugu tersebut diberi nama Tugu Kecelakaan Kereta Api Padang Panjang. Pada bagian tugu tertulis waktu kejadian yaitu tanggal 25 Desember 1944 dan 23 Maret 1945.
Bentuk tugu disesuaikan seperti kepala lokomotif Kereta Api dengan bentuk seperti batu nisan dengan tinggi kurang lebih 2 meter.
Itulah ulasan tentang kecelakaan Kereta Api terparah di Sumatera Barat yang memakan korban hingga ratusan orang dan diklaim kejadian ini lebih parah dibanding tragedi Bintaro 1. (RC2)
Klaim DANA Kaget hari ini
Dapatkan informasi terbaru dari Topsumbar.co.id serta bagi-bagi DANA Kaget setiap hari di Grup Telegram Ini.
