Holtikultura Sumbar Saingi Pulau Jawa, Mentan Yasin Limpo Puji Perkembangan Produksi Selama Dua Tahun

Topsumbar — Pekan Nasional (Penas) Petani dan Nelayan XVI tahun 2023 di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) benar-benar membawa berkah bagi petani di Sumbar. Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo juga memuji perkembangan pertanian holtikultura di Sumbar, dalam dua tahun berhasil menyaingi jumlah produksi Petani Pulau Jawa.

“Saya kagum dengan langkah agresif Pak Gubernur dan Bupati dalam mendorong petani mengoptimalisasi lahan. Langkah itu begitu cepat, dalam dua tahun Sumbar bisa mengimbangi jumlah produksi petani di Jawa,” ungkap Mentan RI.

Ia menyebut, hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian untuk membangun dan memperkuat sentra baru di luar Pulau Jawa guna memenuhi kebutuhan nasional.

Bacaan Lainnya

“Oleh karena itu, saya bersama Pak Gubernur dan Bupati hadirkan konsepsi integrated farming. Jadi macam-macam jenis komoditi pertanian kita dorong ada dalam satu kawasan konsepsi yang tertata. Ini sangat dibutuhkan, tidak hanya Sumatera Barat, tapi juga untuk negara dalam rangka menghadapi climate change, El Nino,” tegas Syahrul Yasin Limpo.

Hal tersebut disampaikan Mentan RI saat Ia bersama Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah dan Bupati Solok, Epyardi Asda meninjau kawasan sentra pengembangan bawang merah nasional di Kabupaten Solok, sekaligus melakukan panen bawang bersama di Nagari/Desa Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Rabu (14/6/2023).

Menurut Mentan, kegiatan tersebut merupakan bentuk dukungan pemerintah terhadap pengembangan budidaya bawang merah di Indonesia, dalam rangka memastikan ketersediaan dalam negeri. Sehingga kebutuhan bawang merah di tengah ancaman El Nino atau perubahan iklim global menjadi tetap aman.

Ia menegaskan, panen ini memberikan harapan besar bagi ketersediaan bawang merah Indonesia yang biasanya selalu terjadi kelangkaan pada saat-saat menjelang hari besar keagamaan.

Sementara itu, Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah menyebut pihaknya sangat serius dalam mengembangkan sektor pertanian, itu dibuktikan dengan dukungan 10 persen APBD pada setiap tahunnya.

Menurutnya, Kabupaten Solok menjadi salah satu kawasan Pengembangan pertanian holtikultura di Sumbar, untuk menyokong kebutuhan lokal dan regional.

“Kami sangat serius dalam pengembangan produk holtikultura di Sumbar, Kabupaten Solok menjadi salah satu daerah yang menjanjikan untuk itu, bahkan hasil dari daerah ini telah mampu memenuhi kebutuhan provinsi tetangga seperti Aceh, Sumut, Riau, Jambi hingga Bengkulu,” ungkap Gubernur Mahyeldi.

Ke depan, ia mengatakan Pemprov Sumbar mendorong para petani untuk mulai mengembangkan pertanian organik di beberapa daerah termasuk Kabupaten Solok. Menurutnya, hal itu akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para petani untuk memperluas pasar, tidak lagi hanya domestik tapi ekspor.

“Selama ini kendala produk pertanian kita tidak bisa menembus pasar internasional karena masih menggunakan pestisida, sehingga tidak bisa diekspor. Akibatnya produk hasil pertanian itu hanya bisa dipasarkan di tingkat lokal dan regional saja, itulah alasan kenapa kita mendorong pengembangan pertanian organik,” katanya.

Sementara itu, Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto menambahkan pendampingan budidaya bawang merah telah dilakukan pada lahan seluas 12.000 hektar di Desa Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Luas tanam bawang merah di Solok dalam kirum waktu 7 tahun terakhir telah berkembang dengan pesat, semula hanya 5.000 hektar di tahun 2016, tapi kini sudah mencapai 12.000 hektar.

“Pertanian Holtikultura di Kab. Solok menunjukkam perkembangan pesat, tahun 2022 lalu produksinya telah mencapai 188.563 ton, berhasil menembus ranking 3 Nasional setelah Brebes dan Nganjuk. Sekitar 1.000 hektar bawang merah rutin dipanen setiap bulan. Dalam 2 minggu lagi akan ada panen juga, untuk membantu pengamanan pasokan Idul Adha,” sebutnya.

Prihasto menuturkan, lahan bawang merah di Kab. Solok memiliki keunggulan dibandingkan dengan daerah lain. Karakteristik lahan disini, rata-rata berupa lahan miring dan berlereng, dimana tanahnya subur, ketersediaan air cukup dan intensitas panas mataharinya juga cukup, sangat cocok untuk pertumbuhan bawang merah sehingga mampu berproduksi sepanjang tahun.

Ia menjelaskan, saat ini Kab. Solok telah memiliki varietas yang telah terdaftar di Kementerian Pertanian, bernama Solok Sumbar Sakato, terbukti adaptif dan memiliki produktivitas yang relatif tinggi.

Lebih lanjut Prihasto menyebutkan Kementan hampir setiap tahun mengalokasikan bantuan untuk mendukung pengembangan hortikultura di Kabupaten Solok. Alokasi bantuan kawasan bawang merah tahun 2023 ini seluas 83 hektar dan bawang putih 20 hektar.

“Selain itu adapula bantuan sarana pascapanen, sarana pengolahan, prasarana pascapanen serta sarana produksi pengembangan florikultura dan durian. Tahun lalu juga kita fasilitasi bantuan kentang,” ungkapnya.

(adpsb)

Pos terkait