Kesalahan-Kesalahan Orang Beriman Menyambut Bulan Ramadhan

Kajian Jumat Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد

Bacaan Lainnya

Kaum muslimin rahimakumullah.

Pada kajian kali ini pembaca “Topsumbar.co.id”  yang beriman akan diajak untuk melihat dan membaca kesalahan-kesalahan orang beriman ketika akan memasuki bulan romadhan, kesalahan itu terjadi karena kuatnya pengaruh TRADISI DAN KEBIASAAN SETEMPAT YANG DIBUDAYAKAN OLEH ORANG-ORANG BERIMAN.

BANYAK ORANG YANG BERPUASA HANYA DAPAT HAUS DAN DAHAGA.
Dalam suatu hadist Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
Artinya: Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja. (HR Imam Ahmad).

Hadist ini adalah kepastian atas nilai puasa seseorang bahwa tidak semua orang berpuasa diterima puasanya, tetapi hanya mendapatkan HAUS DAN LAPAR SAJA.

Maka agar terhindar dari puasa yang SIA SIA maka bertanyalah kepada orang yang memahami ilmu agama, sebagaimana perintah Alloh SWT:
فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَتَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui.” (Qs. an-Nahl: 43).

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِد اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهُ فِي الدِّيْنِ
“Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya ia dipahamkan dalam urusan agamanya.” (HR. Muttafaqun ‘alaih).

Dan orang yang paham agama tetapi bersikap tidak paham dan tidak mengamalkan ilmu agama yang dipahami dan diketahuinya maka dia ibarat perempuan, sebagaimana dalam firman Alloh SWT:

” Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. (Qs. an-Nahl: 92).

KESALAHAN-KESALAHAN DALAM MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

Pertama

Mendahului puasa ramadhan beberapa hari sebelum ramadhan

Hal ini dilarang oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi seseorang yang terbiasa mengerjakan puasa pada hari tersebut maka puasalah.” (HR. Tirmidzi).

Kedua

Berpuasa pada hari yang diragukan untuk berpuasa, termasuk MENDURHAKAI NABI MUHAMMAD SAW

”Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan maka dia telah mendurhakai Abul Qasim (yaitu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Ketiga

TIDAK SALAT TETAPI MENDIRIKAN PUASA RAMADHAN

Mengapa orang yang tidak salat tetapi berpuasa dikatakan suatu kesalahan? Hal ini karena yang diseru puasa ramadhan adalah orang beriman, maka orang beriman itu yang bertuhan kepada Alloh SWT dan menyembah Alloh dengan cara salat, MAKA KETIKA TIDAK SALAT MAKA OLEH RASULULLAH DISEBUT BUKAN ISLAM TETAPI KAUM KAFIR. Sebagaimana firman Alloh SWT dan hadist:

“Jika mereka bertaubat, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (QS. At Taubah: 11).

Dan hadist:  “Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan salat.” (HR. Muslim).

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai salat. BARANG SIAPA MENINGGALKANNYA MAKA DIA TELAH KAFIR.” (HR. An Nasa’i ,Tirmidzi ,Ibnu Majah dan Ahmad).

Maka barang siapa orang beriman dan orang islam meninggalkan salat maka dia berubah status menjadi kafir disisi Alloh sampai dia mendirikan salat lagi.

Keempat

Menjadikan Kebiasaan (tradisi bahkan kewajiban/keharusan) meminta Maaf disetiap menjelang ramadhan dan dihari idul fitri.

Hal ini perlu dipahami bahwa meminta maaf adalah adab (akhlak) orang beriman kepada sesama manusia karena ada kesalahan, tetapi ajaran agama adalah MEMAAFKAN ORANG LAIN, arti memaafkan adalah TIDAK PERLU MEMINTA MAAF DAN TIDAK PERLU DIUCAPKAN, arti lainya adalah memaafkan TIDAK ADA KESALAHAN ORANG DIPIKIRANNYA tetapi dia paham kenapa orang itu berbuat salah, bisa karena kurang ilmu.

Sebagaimana firman Alloh SWT: ”Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS Al-A’raf: 199).

ALKISAH

Suatu ketika masuklah seorang badui ke dalam masjid Madinah, dan sampai di dalam masjid dia buang air/kencing ditiang masjid dan pada waktu lain ada yang meludah di dalam masjid.

Melihat hal tersebut para sahabat seperti Umar langsung bertindak akan memenggal kepala badui itu, tetapi Rasulullah berkata “Biarkan dia, dia begitu karena tidak tahu, seandainya dia tahu maka tidak akan berbuat demikian” dan ambillah air siramlah air kencing dan ludahnya dari dalam masjid (diminta dibersihkan).

Alangkah indahnya akhlak nabi kita tercinta, begitu jemaah menggiringnya keluar masjid, sampai di luar masjid badui itu mengucapkan syahadat dan masuk islam karena akhlak nabi.

Kelima

BALIMAU ATAU PERGI MANDI-MANDI KE LAUT/DANAU/ATAU BERJALAN-JALAN MENJELANG MEMASUKI RAMADHAN BERSAMA KELUARGA DAN TEMAN-TEMAN

Di Sumatra Barat menurut https://www.liputan6.com , ketua Majelis Ulama Sumbar, Buya Gusrizal Gazahar mengatakan tradisi Balimau merupakan kebiasaan sebelum masuknya Islam. Sehingga tradisi mandi balimau seharusnya tidak dilakukan oleh masyarakat menjelang Ramadhan. Karena kalau mandi membersihkan diri itu bisa di rumah masing-masing.

Pada perbuatan pergi mandi-mandi dan pergi jalan-jalan menjelang ramadhan terbentang PINTU-PINTU DAN PELUANG BERZINA, padahal perzinahan dilarang oleh Alloh SWT untuk di DEKATI :

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (surat Al Isra ayat 32).

Keenam

MENGKHUSUSKAN BERZIARAH DAN MEMBERSIHKAN MAKAM/KUBURAN MENJELANG PUASA DAN IDUL FITRI

Ziarah kubur adalah ibadah tetapi ketika dikhususkan pada waktu tertentu menjadi suatu kesalahan yang MENYIMPANG DARI SUNNAH.

Kajian ini berkaitan dengan kajian sebelumnya tentang perbuatan bid’ah, maka suatu amalan yang dibiasakan tetapi Rasulullah tidak menkhususkan waktu demikian maka akan jadi perbuatan sia-sia.

Ciri perbuatan yang sia-saia dan menyalahi sunnah adalah:

BERAMAL MENYALAHI SUNNAH

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An Nur 24: 63).

MENGIRA BERBUAT BAIK KETIKA MELAKUKAN KESALAHAN DALAM IBADAH
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al Kahfi [18] : 103-104).

BERBUAT BID’AH SEPENINGGAL RASULULLAH YANG TIDAK DIKETAHUI OLEH ORANG BANYAK (tetapi orang alim mengetahuinya).

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari ).

MENGGANTI AMALAN SUNNAH DENGAN AMALAN TRADISI YANG DITENTUKAN WAKTU TERTENTU AGAR RUTIN DILAKUKAN, PADAHAL RASULULLAH TIDAK MERUTINKAN

“(Wahai Rabbku), mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR. Bukhari).

RASULULLAH SANGAT TAKUT BERBUAT BID’AH JIKA MENYIMPANG DARI PERINTAH ALLOH SWT

Sebagaimana dalam suatu hadist tentang SALAT TARAWIH DI MASJID SECARA BERJEMAAH TIDAK DILAKUKAN OLEH RASULULLAH SEBULAN PENUH, TETAPI HANYA BEBERAPA MALAM SAJA, SETELAHNYA NABI SALAT TARAWIH DIRUMAH, KENAPA? Alasannya takut menjadi WAJIB SALAT TARAWIH DI MASJID.

Sebagaimana hadist: Dari Aisyah RA, istri Rasulullah SAW, Rasulullah SAW melakukan salat (tarawih) di masjid pada suatu malam. Orang-orang bermakmum kepadanya. Malam berikutnya, Rasulullah SAW kembali salat tarawih dan jamaahnya semakin banyak. Pada malam ketiga atau keempat, jamaah telah berkumpul, tetapi Rasulullah SAW tidak keluar rumah. Ketika pagi Rasulullah mengatakan, ‘Aku melihat apa yang kalian perbuat. Aku pun tidak ada uzur yang menghalangiku untuk keluar menemui kalian, tetapi aku khawatir ia (salat tarawih) diwajibkan’,” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, Malik dan Ahmad).

Maka sikap ustadz yang memberikan kajian ramadhan JANGANLAH MENCELA ORANG YANG TIDAK KE MASJID DI BULAN RAMADHAN, karena semestinya ustad menyampaikan ajaran yang sebenarnya diajarkan oleh Rasulullah dalam ibadah tarawih, dan bagi yang ingin lebih baik itu lebih utama, sehingga yang salat dirumah belum tentu tidak dapat keutamaan, keutamaan lain insyaAlloh di dapatkan.

SALAT SUNNAT BISA DILAKUKAN SETELAH SALAT SENDIRI DAPAT DILAKUKAN LAGI DENGAN CARA SALAT BERJEMAAH

Baik pada salat wajib maupun salat sunnat sebagaimana hadist:

“Pernah shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Masjid Al-Khaif. Saat beliau telah selesai salat ketika itu ada dua laki-laki yang datang belakangan yang tidak salat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berkata, “Panggil mereka berdua.” Lantas keduanya didatangkan dan mereka berdua dalam keadaan ketakutan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Apa yang membuat kalian tidak salat bersama kami?” Mereka berdua menjawab, “Wahai Rasulullah, kami sudah salat di rumah kami.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Jangan lakukan seperti itu. Jika kalian berdua salat di rumah kalian kemudian kalian berdua mendatangi masjid dan di situ sedang melaksanakan salat berjamaah, maka salatlah kalian berdua bersama mereka. Salat yang dikerjakan ulang ini dianggap sebagai salat sunnah.” (HR. An-Nasai dan Tirmidzi).

Misalnya telah salat sendirian, tetapi ada bertemu salat jamaah atau ada yang ingin diimami maka lakukanlah salat bersama berjamaah, karena itu akan jadi salat sunnat bagi yang sudah salat sendiri.

KEBAIKAN SALAT SUNNAT DIRUMAH BAGI LAKI-LAKI DAN WANITA

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ ، فَإنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ المَرْءِ في بَيْتِهِ إِلاَّ المَكْتُوبَةَ
“Salatlah kalian, wahai manusia, di rumah-rumah kalian, karena sebaik-baiknya salat adalah salat seseorang dirumahnya, kecuali salat wajib.” (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari dan Muslim).

KEBAIKAN SALAT BERJAMAAH ADALAH DITENTUKAN JUMLAH JAMAAH DAN ILMU ORANG YANG SALAT BERJAMAAH

Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Salat seorang laki-laki bersama seorang laki-laki lebih baik daripada salatnya seorang diri. Salat seorang laki-laki bersama dua orang laki-laki lebih baik daripada salat berdua saja. Jika jumlah jamaah lebih banyak, itu lebih disukai oleh Allah ‘azza wa jalla.” (HR. An-Nasai  dan Ibnu Majah).

SALAT BAGI WANITA LEBIH UTAMA DIKAMAR DALAM RUMAHNYA

Dalam hadist dari Ummu Humaid yang merupakan istri dari Abu Humaid As-Sa’idi, pernah mendatangi Rasulullah SAW lalu berkata: “Wahai Rasulullah, saya sangat ingin sekali salat berjamaah bersamamu.” Beliau menjawab:

Artinya: ‘Aku telah mengetahui hal itu bahwa engkau sangat ingin salat berjamaah bersamaku. Namun salatmu di dalam kamar khusus untukmu (bait) lebih utama dari salat di ruang tengah rumahmu (hujrah).

Salatmu di ruang tengah rumahmu lebih utama dari salatmu di ruang terdepan rumahmu. Salatmu di ruang luar rumahmu lebih utama dari salat di masjid kaummu. Salat di masjid kaummu lebih utama dari salat di masjidku ini (Masjid Nabawi).’

Ummu Humaid lantas meminta dibangunkan tempat salat di pojok kamar khusus miliknya, beliau melakukan salat di situ hingga berjumpa dengan Allah (meninggal dunia).” (HR Ahmad) dan Sebaik-baik masjid bagi para wanita adalah di bagian dalam rumah mereka.” (HR Ahmad).

Maka dengan hadirnya bulan ramadhan sambutlah dengan gembira dan suka cita dan berniat akan mengisi ibadah ramadhan dengan baik sesuai sunnah, sebagaimana hadist:

Artinya, “Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat atas kedatangan bulan Ramadhan sebagaimana riwayat Imam Ahmad dan An-Nasai dari Abu Hurairah RA. Ia menceritakan bahwa Rasulullah memberikan kabar gembira atas kedatangan bulan Ramadhan dengan sabdanya, ‘Bulan Ramadhan telah mendatangi kalian, sebuah bulan penuh berkah di mana kalian diwajibkan berpuasa di dalamnya, sebuah bulan di mana pintu langit dibuka, pintu neraka Jahim ditutup, setan-setan diikat, dan sebuah bulan di mana di dalamnya terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang luput dari kebaikannya, maka ia telah luput dari kebaikan yang banyak,’”( Riwayat Imam Ahmad dan An-Nasa’i).

Dengan uraian di atas marilah kita memperbaiki kualitas ibadah sesuai dengan sunnah, jangan larut dalam suatu amalan yang dari tahun ke tahun tidak ada perubahan menuju ke amalan sesuai sunnah, dan berat meninggalkan tradisi yang seakan akan dipahami sebagai amalan sunnah, padahal itu adalah cara ibadah yang dibuat-buat, sehingga menjadikan amalan sia-sia dan mendapatkan dosa dari Alloh SWT.

NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Sukabumi, Jumat, 17 Maret 2023)

Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum

Pos terkait