Dosa Anak Kepada Orang Tua dan Dosa Orang Tua Terhadap Anak

Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

Kajian Jum’at Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Pembaca Topsumbar yang setia, dengan keimanan dan senantiasa merindukan kebenaran senantiasa tersampaikan ketika ada yang menggantinya dengan kesalahan dan menyembunyikan dibalik penampilan dan jabatan serta kepopuleran.

Bacaan Lainnya

Tentu ada orang tua yang berpendapat hanya ada dosa anak durhaka ke orang tua, tidak ada orang tua yang durhaka pada anak.

Tapi anggapan tersebut bisa menjadi suatu kekeliruan yang menyebabkan orang tua larut dalam dosa, sebab orang tua sekarang juga punya orang tua bukan? Maka ada kalanya menjadi anak, dan setelahnya menjadi orang tua (setelah menikah). Maka menjadi anak dan menjadi orang tua adalah hubungan yang permanen tidak bisa dipisahkan dari dunia sampai ke akhirat.

Karenanya Alloh SWT memerintahkan KEWAJIBAN bagi orang tua untuk MEMELIHARA dirinya dan keluarganya dari siksa api neraka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. Al-Tahrim : 6).

Bagaimana cara orang tua memelihara diri dan keluarga dari api neraka? Tentunya dengan cara JAUHI DAN JANGAN LAKUKAN PERKATAAN DAN PERBUATAN yang memasukkan ke neraka.

SIKSA BAGI ORANGTUA YANG TIDAK BERTANGGUNGJAWAB ATAS ANAK-ANAKNYA

Setiap kewajiban dari Alloh SWT akan dimintai pertanggungjawaban, sebagaimana dalam hadist: “Setiap kalian ra’in (penanggung jawab) dan masing-masing akan ditanya tentang tanggungjawabnya. Penguasa adalah penanggung jawab atas rakyatnya, dan akan ditanya tentangnya. Suami menjadi penanggung jawab dalam keluarganya, dan akan ditanya tentangnya.” (Muttafaq ‘Alaih).

Dengan demikian pertanggungjawaban orang tua atas diri dan keluarganya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Alloh SWT.

Kapan orangtua akan disiksa oleh Alloh SWT? Ketika hasil pengasuhan dan pendidikannya menjadikan ANAK MELAKUKAN LARANGAN ALLOH DAN TIDAK MELAKUKAN PERINTAH ALLOH SWT, seperti tidak mendirikan salat, berbuat zina dan maksiat, meminum khamar, berjudi dan perbuatan dosa lainnya.

Sebab Hukum Alloh SWT jelas, ORANG TUA YANG MENJADIKAN ANAK SEBAGAIMANA KEADAANNYA SEKARANG. Jadi orang tua TIDAK BISA CUCI TANGAN ATAS PERILAKU ANAKNYA YANG SALAH, sebab Rasulullah SWT bersabda:

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya? (HR. Bukhari).

ANAK DAN ORANG TUA AKAN MEMIKUL DOSA MASING-MASING

Orang tua berdosa karena MELALAIKAN TANGGUNGJAWAB, dan anak berdosa karena BERLAKU DURHAKA KEPADA ORANG TUA maka jika ada orang tua yang MENELANTARKAN ANAK DAN MELALAIKAN TANGGUNGJAWAB maka akan melahirkan ANAK BERPOTENSI DURHAKA KE ORANG TUA, karena kebaikan itu tidak berdiri sendiri demikian juga keburukan, tentu akan terjadi karena sebab tertentu dalam suatu keluarga.

Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلا عَلَيْهَا وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

“Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudaratannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. Al-An’am: 164) .

Demikian juga disebutkan dalam hadist; “Tidaklah seseorang berbuat dosa kecuali menjadi tanggung jawabnya sendiri, tidaklah orang tua berbuat dosa menjadi tanggung-jawab anaknya dan tidak pula anak berbuat dosa menjadi tanggung jawab orang tuanya. HR. Tirmidzi).

KETIKA ORANG TUA MEMPUNYAI ANAK SOLEH, itu kebaikan buat diri anaknya, orang tua yang bangga dengan anak solehnya kuatir akan menjadikannya bisa berbuat dosa dengan ghibah atas anaknya, senantiasa memuji dan menceritakan anaknya kepada semua orang.

Dan dalam islam kebaikan anak soleh itu akan didapat orang tua ketika SANG ANAK MENGIRIMKAN DOA UNTUK ORANG TUANYA, tetapi ketika ada anak soleh tetapi lupa ke orang tua dan tidak berdoa karena sibuk dengan dirinya, juga tidak bermanfaat untuk orang tua.

Ingatlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di Haji Wada’:“Ingatlah, tidaklah seseorang berbuat kejahatan kecuali kejahatan itu ditanggungkan atas dirinya, kejahatan orang tua tidak bisa ditimpakan ke anaknya, dan kejahatan anak tidak bisa ditimpakan ke bapaknya.” (HR. Ibnu Majah).

KETURUNAN ORANG SOLEH TIDAK MENJAMIN UNTUK MENJADI BAIK

Maka walaupun orang tua ustad/buya/kiai bahkan keturunan orang soleh TIDAK JAMINAN untuk menjadi baik karena ada PROSES pengasuhan dan pendidikan ORANG TUA .

Sebab ketika jaman jahilyah kebiasaan manusia adalah MENGIKUTI KEBIASAAN NENEK MOYANG sebagaimana firman Alloh SWT: Dan apabila dikatakan kepada mereka: “IKUTilah apa yang telah diTURUNkan Allâh,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) NENEK MOYANG kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), WALAUpun nenek moyang mereka itu TIDAK MENGETAHUi suatu apapun, dan TIDAK mendapat PETUNJUK? (S.Al-Baqarah/2:170).

Di dalam hadist Rasulullah sabdakan: “Hendaknya kaum-kaum itu benar-benar berhenti dari membangga-banggakan nenek moyang mereka yang telah mati, sesungguhnya mereka adalah arang api neraka Jahannam. Atau, hendaknya mereka sungguh-sungguh lebih hina di sisi Allah daripada kumbang kelapa yang mengguling-gulingkan tahi (kotoran) dengan hidungnya. Sesungguhnya Allah telah melenyapkan daripadamu kemegahan jahiliyah dan kebanggaan dengan nenek noyangnya. Yang dipandang hanyalah apakah ia seorang Mu’min yang bertakwa, atau seorang durhaka yang nista. Manusia, semuanya adalah anak cucu Adam, dan Adam diciptakan dari tanah”. (H. R. Abu Daud dan At-Tirmidzi).

TIDAK ADA KEUTAMAAN SUATU BANGSA DIATAS BANGSA LAIN DI DUNIA INI
Sebagaimana hadist ketika pada pidato Haji Wada’ (perpisahan) Nabi tegaskan TIDAK ADA BEDA ANTARA ORANG ARAB DENGAN BUKAN ARAB dalam islam: “Wahai manusia, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu. Bapamu adalah satu. Ketahuilah, tidak ada keutamaan bagi bangsa Arab atas bangsa non-Arab, tidak pula non-Arab atas bangsa Arab, tidak pula orang Merah atas yang Hitam, tidak pula Yang Hitam atas yang Merah kecuali dengan takwa.”(H.R. Al- Baihaqi).

Melainkan yang membedakan manusia adlaah taqwa dan taqwa itu hanya Alloh yang tahu, sehingga taqwa tidak dapat dilihat dari cara berpakaian, cara ibadah atau banyak ibadah (bisa jadi karena ria dan ingin pamer atau dipuji manusia) karena RIA ITU DARI NIAT bukan dari perkataan dan perbuatan.

MANUSIA TERBAIK BUKAN DARI KETURUNAN TETAPI DARI KETAQWAAN SESEORANG ,SEHINGGA TIDAK ADA TAQWA TAQWA KETURUNAN

Hal ini Alloh SWT yang menetapkan hukumnya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13).

ALLOH TIDAK MEMULIAKAN ORANG DARI PANGKAT/JABATAN/KEKAYAAN DAN KECANTIKAN/KETAMPANAN KARENANYA JANGAN MEMUJI SIFAT MANUSIA KARENA ITU DAPAT MENIMBULKAN KESOMBONGAN SEHINGGA LUPA DIRI.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim).

Maka tiada berguna pangkat/jabatan/kekayaan dan kecantikan disisi Alloh swt apabila tidak disertai perilaku taqwa.

DILARANG MENIKAHKAN WANITA BAIK-BAIK DENGAN LAKI-LAKI TIDAK BAIK, SEHINGGA JANGAN MENCARI WANITA SOLEH KETIKA PERILAKU TIDAK BAIK

Ketentuan ini dimaksudkan agar setiap orang berusaha untuk menjadi soleh dan berbuat baik, karena ketika terjadi perkawinan wanita soleh dengan laki laki tak baik atau sebaliknya, yang terjadi satu sama lain AKAN SLAING MERUSAK, karena bedanya antara BUMI DENGAN LANGIT tidak dapat dipersatukan.

Sebagaimana firman Alloh SWT: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (Q.S. An-Nur:26).

MENIKAHLAH KARENA AGAMA DAN PILIHLAH SESEORANG KARENA BAIK AGAMANYA (bukan karena kekayaan,pangkat dan kecantikan/ketampanan).

Hal ini dikarenakan pangkat hanya sementara, kekayaan hanya sementara dan KECANTIKN
AN/KETAMPANAN hanya sampai Tua, sifatnya sementara dan manfaatnya juga sementara, sedangkan AGAMA adalah sumber ridho Alloh dan petunjuk serta pembimbng jalan ke syorga.

Sebagaimana hadist: “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad SAW. telah berkata: Wanita umumnya dinikahi karena 4 (empat) hal: hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Karena itu, pilihlah yang memiliki agama, kalian akan beruntung.” (H.R. Bukhari).

KETIKA HARI KIAMAT AKAN PUTUS HUBUNGAN NASAB

Hubungan sesama manusia AKAN BER AKHIR ketika hari kiamat, HUBUNGAN SUAMI DENGAN ISTERI, HUBUNGAN BAPAK/IBU DENGAN ANAK, HUBUNGAN ATASAN DAN BAWAHAN DAN HUBUNGAN PERTEMANAN KETIKA KIAMAT BERDIRI SEMUA TERPUTUS, jadi jangan mengira akan membawa HUBUNGAN SESAMA MANUSIA KE AKHIRAT, yang dibawa adalah KEBAIKAN SELAMA HIDUP DIDUNIA SEMATA. Karena diakhirat itu belum tentu dengan siapa Alloh memberi persaudaran karena itu KEHIDUPAN BARU.

Hal ini Alloh SWT yang tetapkan hukumnya:”Apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada lagi pertalian nasab [keturunan] di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya”. (Q.S. Al-mukminun 101).

Sehingganya jangan bersedih yang ditinggalkan suami atau isteri atau bercerai dengan orang yang dicintai, karena itu semua takdir Alloh manusia hanya MENERIMA DAN MENJALANI, katika SEDIH DAN TIDAK TERIMA itu menentang Alloh SWT.

DOA ORANG TUA LANGSUNG DITERIMA DAN DIKABULKAN ALLOH SWT, JIKA DOANYA BAIK ATAUPUN BURUK

Perilaku Durhaka seorang anak ke orang tua, akan dibalasi langsung oleh Alloh SWT yaitu ketika ORANG TUA BERDOA, doa orang tua itu bisa dengan kata-kata, sikap apalagi dengan SUMPAH SERAPAH atau menyesali dan mencaci maki anak dengan perkataan buruk itu adalah doa, maka hati hatilah orang tua berkata dan bersikap atas anak, demikian sebaliknya.

Karena Rasulullah SAW bersabda: “Tiga orang yang tidak akan tertolak (doanya), yaitu: doa orang tua bagi anaknya, doa orang yang berpuasa, dan doa musafir.” (HR Al-Baihaqy).

BENTUK KEDURHAKAAN ANAK KE ORANGTUA

Pertama
MEMBUAT HATI ORANG TUA SEDIH

Sebagaimana hadist: “Siapa membuat kesedihan hati ibu dan ayahnya, maka dia telah durhaka kepada keduanya,” (HR. Thabrani dari Ja’far bin Muhammad As Sholah).

Kedua
TIDAK BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

Sebagaimana hadist Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.“ Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

SIKSA ATAS PELAKU ANAK YANG DURHAKA KEPADA ORANGTUA

Pertama
TIDAK AKAN MASUK SYORGA SAMPAI ORANG TUANYA RIDHO

Sebagaimana hadist Dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar” [Hadits Riwayat Ahmad].

Karenaya sebagai orang tua MAAFKAN SALAH ANAK jangan biarkan dia jadi anak durhaka karena salahnya, dan sebaliknya sebagai anak JANGAN MEMBUAT PERILAKU yang tergolong DURHAKA, karena WALAUPUN RAJIN IBADAH TETAPI DURHAKA KE ORANG TUA, maka TIDAK AKAN MASUK SYORGA DAN ALLOHPUN TIDAK RIDHO.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, ”Ridha Rabb terletak pada ridha kedua orang tua dan murka-Nya terletak pada kemurkaan keduanya.” (Riwayat Ath Thabarani).

Hal ini berarti semua hubungan sesama manusia, hubungan sama suami isteri, hubungan anak dengan orag tua dan hubungan pertemanan tidak menjadikan Ridho Alloh SWT atasnya, tetapi RIDHO ALLOH terletak pada ridho ORANG TUA, maka selagi hidup RAIHLAH RIDHO ORANG TUA begitu ketika setelah ORANGTUA MENINGGAL.

Kedua
DISEGERAKAN SIKSAAN ATASNYA DIDUNIA

Durhaka termasuk memutuskan silaturahim, maka dalam hadist Dari Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata. “Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini dan Allah juga akan mengadzabnya di akhirat yang pertama adalah berlaku zhalim, kedua memutuskan silaturahmi” [Hadits Riwayat Bukhari , Abu Dawud , Tirmidzi, Ibnu Majah,. Ahmad dan , Hakim).

Ketiga
ALLOH SWT TIDAK SUDI MELIHATNYA APALAGI BERTEMU

Sebagaimana hadist dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Telah berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat yakni anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki dan kepala rumah tangga yang membiarkan adanya kejelekan (zina) dalam rumah tangganya” [Hadits Riwayat Hakim, Baihaqi, dan Ahmad].

Dengan uraian diatas ingatlah manusia itu akan selalu merugi apabila TIDAK SALING NASEHAT MENASEHATI DENGAN KEBENARAN sebagaimana Alloh SWT jelaskan dalam firmanNya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr: 1 – 3).

Maka siapa saja yang melihat keburukan tetapi tidak MENGINGKARI nya (malah setuju dengan tertawa atau diam) maka dia TELAH BERDOSA KARENANYA sebagaimana hadist: “Jika engkau mengetahui adanya sebuah kesalahan (dalam agama) terjadi dimuka bumi, orang yang melihat langsung lalu mengingkarinya, ia sama seperti orang yang tidak melihat langsung (tidak dosa). Orang yang tidak melihat langsung namun ridha terhadap kesalahan tersebut, ia sama seperti orang yang melihat langsung (mendapat dosa)” (HR. Abu Daud no.4345, dihasankan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud).

NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Sukabumi, Jumat, 20 Januari 2023)

Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum

Pos terkait