Isak Tangis Wisuda ke-88 UIN Imam Bonjol Padang, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab Jadi Lulusan Terbaik

Top Sumbar – Saya mengenal kak Ica (Annisa Khairunnisa) secara dekat, sejak pertama menginjakkan kaki di UIN Imam Bonjol Padang, kebimbangan segera menyergap saya. Sebab di antara teman sekelas dulu, sangat sedikit yang melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri, apalagi saya dari jurusan MIA, masuk ke Sastra Arab bukanlah proses yang mudah.

Ketika saya masuk semester lima, kak Ica masuk ke kelas kami sebagai asisten dosen, ibu Prof. Dra. Hetti Waluati Triana, M.Pd., Ph. D., dalam mata kuliah Manahij ila Ilm-Lughah. Beliau dengan gamblang menjelaskan kepada kami tentang metode penelitian yang harus dilakukan oleh setiap mahasiswa, sekaligus menjawab ketakutan kami akan skripsi.

Minggu, (20/11/2022) saya ikut menghadiri prosesi wisuda ke-88 Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang. Awalnya hanya untuk tujuan liputan saja, namun ketika nama Annisa Khairunnisa, S.Hum, terpanggil sebagai lulusan terbaik angkatan ke-88, ada secercah rasa bangga bagi saya yang juga sedang menempuh pendidikan di program study yang sama, Bahasa dan Sastra Arab.

Bacaan Lainnya

Pada mulanya saya mengambil jurusan ini, memang sangat gamang akan dunia kerja nantinya. Apa yang akan dikerjakan setelah lulus? Yang sudah pasti adalah pengangguran. Namun anggapan Itu tertepis sudah saat kak Ica maju dan menyampaikan orasinya tentang semangat mahasiswa, rasa cinta akan almamater dan sederet prestasi lainnya. Perempuan tegar dengan ipk 3,99 tersebut benar-benar telah menampar banyak orang tentang anggapan jurusan dengan prospek kerja yang kecil.

Lima menit kak Ica menyampaikan orasinya, isak tangis sudah pecah di antara wisudawan dan wisudawati, tak pelak juga membuat para orang tua, dosen, dan semua yang hadir ikut tersentuh dengan kalimat-kalimat yang dituturkan.

“Saya berdiri di sini bukan berarti lebih hebat dari kawan-kawan sekalian, namun hanya sebagai wakil dari kawan-kawan sekalian hari ini,” ujar perempuan tegar tersebut.

Terakhir, saat orasi selesai dan kak Ica memeluk dan berterima kasih kepada orang tuanya, saat itulah tangis benar-benar pecah. Rangkulan dan pelukan benar-benar membuat hadirin mengusap mata lantaran haru. Sungguh luar biasa sekali.

(Haris)

Pos terkait