Hukum Talak dan Mandi Junub dalam Hubungan Suami Isteri

Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

Kajian Jumat Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد

Kaum muslimin rahimakumullah.

Bacaan Lainnya

Pembaca Topsumbar yang berbahagia, mungkin kajian soal hukum tentang kewajiban suami isteri akan tersurat hanya NAFKAH LAHIR DAN NAFKAH BATHIN, sehingga setiap perkawinan diukur dari ketersediaan MATERI dan KEDUDUKAN ditengah masyarakat, apakah itu sudah cukup untuk bekal taat kepada Alloh SWT?

Dirasa belum, karena kebahagiaan dalam rumah tangga jika tidak berpedoman kepada hukum Alloh akan menjadi KEBAHAGIAAN DUNIA SEMATA tetapi Alloh tidak ridho, kenapa?

Karena dalam hubungan suami isteri perlu menjaga hukum Alloh sebagai akibat hubungan suami isteri tersebut. Sehingga doa terbaik dalam alquran bagi suami isteri adalah: Artinya: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al Furqan ayat 74).

HUKUM TALAK

Talak itu dibenci oleh Alloh tetapi bukan suatu yang HARAM, artinya ada alasan pembenar ketika talak dijatuhkan. Alasan pembenar itu alasan yang sah secara hukum untuk isteri dijatuhi talak, jadi bukan tanpa sebab.

Dalam hadist Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,  menyatakan, “Halal yang paling dibenci Allah adalah thalak.”( Hr Abu Daud).

Ketika suami isteri tidak ingin adanya talak MAKA JANGAN MELAKUKAN TALAK ATAU PERBUATAN YANG MEMICU JATUHNYA TALAK.

Talak antara suami isteri yang boleh dirujuk (dengan maaf dan kesadaran) adalah talak 2 kali, apabila sudah talak 3, maka tidak dapat dirujuk artinya SUDAH TERJADI PERCERAIAN secara islam, sehingga TIDAK HALAL lagi untuk menunaikan hak dan kewajiban sebagai suami isteri, hukum ini TIDAK BISA DISEMBUNYIKAN atau DITUTUP TUTUPI oleh pasangan suami isteri, atau dijadikan main main. Karena Alloh berfirman:
الطَّلَاقُ مَرَّتَانِ ۖ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ
“Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” [Al-Baqarah/2: 229].

KETENTUAN BOLEH MENTALAK/ PERCERAIAN

Ketika suami menceraikan isteri tanpa alasan TERMASUK PERBUATAN DHOLIM.
Alloh berfirman: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu, maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu ‘iddah itu serta bertakwalah kepada Allah, Rabb-mu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zhalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” [Ath-Thalaaq/65: 1].

Dan jangan pula MENGUCAPKAN TALAK UNTUK MAIN-MAIN/KASIH PELAJARAN dan sebagainya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ جِدُّهُنَّ جِدٌّ، وَهَزْلُهُنَّ جِدٌّ: النِّكَاحُ وَالطَّلاَقُ، وَالرَّجْعَةُ.
“Tiga hal yang bila dikatakan dengan sungguh-sungguh akan jadi dan bila dikatakan dengan main-main akan jadi pula, yaitu nikah, talak dan rujuk.” [ Hr Ibnu Majah, Abi Dawud, at-Tirmidzi).

JENIS PERBUATAN YANG TERMASUK TALAK DALAM HUBUNGAN SUAMI ISTERI

Pertama
Talak Sarih

Talak Sarih ialah talak yang diucapkan dengan kata-kata yang jelas maknanya untuk menceraikan. Misal: “Saya ceraikan kamu” atau “Kamu telah haram bagiku”.

Kedua
Talak Kinaya

Talak kinaya diucapkan dengan kata-kata yang belum jelas maknanya. Contoh: “Aku tidak bisa hidup denganmu lagi”. Atau pulanglah ke rumah ibumu, atau pergi dari rumah (mengusir isteri).

Kalimat ini sering terjadi ketika terjadi pertengkaran, dan kalimat itu sah sebagai talak, jika diucapkan berulang kali akan jatuh talak 3.

Sehingga perlu KEJUJURAN SUAMI ISTERI dalam hukum Alloh sebab berkaitan DENGAN KEHALALAN HUBUNGAN SUAMI ISTERI TERSEBUT jika sudah jatuh talak 3 karena pertengkaran maka TIDAK HALAL LAGI UNTUK BERHUBUNGAN SUAMI ISTERI.

Ketiga
Talak Muallaq

Talak Muallaq merupakan talak yang dikaitkan dengan syarat tertentu. Talak ini jatuh apabila syarat yang disebutkan suami terwujud. Misalkan suami mengatakan, “Engkau tertalak apabila meninggalkan rumah”. Maka bila istri benar-benar meninggalkan rumah,, jatuhlah talak.

Keempat
Talak dengan Ucapan

Talak yang disampaikan oleh suami pada istrinya secara langsung, dengan ucapan lisan dan di hadapan istrinya. Sehingga mendengar ucapan suami dengan jelas. Misalnya” sekarang juga kamu saya ceraikan” atau “sekarang kita putus hubungan”.

Kelima
Talak dengan Tulisan

Talak dengan tulisan, tentunya disampaikan oleh suami dalam bentuk untaian kata. Kemudian sang istri membaca dan memahami isinya.

Keenam
Talak dengan Isyarat

Talak selanjutnya disampaikan menggunakan isyarat dari suami yang tidak bisa bicara (tuna wicara). Sepanjang isyarat itu jelas dan benar sesuai yang dimaksudkan untuk talak. Sementara sang istri memahami isyarat tersebut.

Ketujuh
Talak dengan Utusan

Jenis yang terakhir ialah talak yang dijatuhkan suami melalui perantara orang lain yang dipercaya. Orang tersebut yang akan menyampaikan maksud bahwa suami mentalak sang istri.

ANAK DI RUMAH MINTA IJIN UNTUK MASUK KAMAR ORANG TUA

Karena pada waktu tertentu ada kala orangtua melepaskan pakaian dan tidak menutupi aurat dikamar secara sempurna, sehingga perlu diberikan akhlak dan etika kepada anak dan orangtua juga mesti menjaga akhlak dengan mengunci kamar dsb.

Sebagaimana firman Alloh SWT: Artinya : Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Surat An Nur Ayat 58).

HUKUM MANDI WAJIB DAN MANDI JUNUB/JENABAH

MANDI WAJIB

Ketika isteri/wanita mengalami haid, maka ada kewajiban setelah haid berhenti yaitu MANDI WAJIB, tata cara mandi wajib adalah sebagaimana hadist dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلَتِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ غُسْلِ الْمَحِيضِ فَقَالَ « تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ. ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا ». فَقَالَتْ أَسْمَاءُ وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا فَقَالَ « سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِينَ بِهَا ». فَقَالَتْ عَائِشَةُ كَأَنَّهَا تُخْفِى ذَلِكَ تَتَبَّعِينَ أَثَرَ الدَّمِ. وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ الْجَنَابَةِ فَقَالَ « تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ – أَوْ تُبْلِغُ الطُّهُورَ – ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ »
“Asma’ bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi wanita haidh. Maka beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu engkau bersuci, lalu membaguskan bersucinya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya tadi. Kemudian engkau mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya. Lalu Asma’ berkata, “Bagaimana dia dikatakan suci dengannya?” Beliau bersabda, “Subhanallah, bersucilah kamu dengannya.” Lalu Aisyah berkata -seakan-akan dia menutupi hal tersebut-, “Kamu sapu bekas-bekas darah haidh yang ada (dengan kapas tadi)”. Dan dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, maka beliau bersabda, ‘Hendaklah kamu mengambil air lalu bersuci dengan sebaik-baiknya bersuci, atau bersangat-sangat dalam bersuci kemudian kamu siramkan air pada kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mencurahkan air padanya’.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan hadist tersebut cara mandi wajib adalah dengan membasuh kelamin dengan air wangi dan membersihkan dengan kapas bekas darah haid dikelamin, lalu menyiramkan air ke kepala dan menggosok sampai ke akar rambut, setelah itu menyiramkan air ke seluruh tubuh dan bersihkan.

Dan apabila sebelum mandi telah berwudhuk dan selama mandi tidak menyentuh kelamin, maka tidak perlu wudhuk lagi, tetapi jika menyentuh kelamin (membatalkan wudhuk) maka perlu mengambil wudhuk buat salat.

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ لاَ يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berwudhu setelah selesai mandi.” (HR. Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majah dan , Ahmad).

MANDI JUNUB

Hadist dari Aisyah radhiallahu ‘anha,

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
Dari Aisyah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengguyurkan air ke seluruh badannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada hadist lain disebutkan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَتْ مَيْمُونَةُ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ ، فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ ، فَغَسَلَ مَذَاكِيرَهُ ، ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالأَرْضِ ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ
Dari Ibnu Abbas, bahwa Maimunah mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu beliau menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Selanjutnya, beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua kakinya (di tempat yang berbeda).”  (HR. Bukhari dan Muslim).

Juga dalam riwayat yang lain:
«تَوَضَّأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُضُوءهُ لِلصَّلاَةِ، غَيْرَ رِجْلَيْهِ، وَغَسَلَ فَرْجَهُ وَمَا أَصَابَهُ مِنَ الأَذَى، ثُمَّ أَفَاضَ عَلَيْهِ المَاءَ، ثُمَّ نَحَّى رِجْلَيْهِ، فَغَسَلَهُمَا، هَذِهِ غُسْلُهُ مِنَ الجَنَابَةِ»
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudlu seperti wudlu beliau untuk shalat tanpa membasuh kedua kakinya. Beliau membasuh kemaluan dan apa yang mengenainya dari kotoran. Kemudian beliau mengguyurkan air ke badan beliau. Kemudian memindahkan kedua kaki beliau, lalu membasuh keduanya. Inilah cara mandi beliau karena janabah.” (HR. Bukhari).

Juga ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
كُنَّا إِذَا أَصَابَتْ إِحْدَانَا جَنَابَةٌ ، أَخَذَتْ بِيَدَيْهَا ثَلاَثًا فَوْقَ رَأْسِهَا ، ثُمَّ تَأْخُذُ بِيَدِهَا عَلَى شِقِّهَا الأَيْمَنِ ، وَبِيَدِهَا الأُخْرَى عَلَى شِقِّهَا الأَيْسَرِ
“Jika salah seorang dari kami mengalami junub, maka ia mengambil air dengan kedua tangannya dan disiramkan ke atas kepala, lalu mengambil air dengan tangannya dan disiramkan ke bagian tubuh sebelah kanan, lalu kembali mengambil air dengan tangannya yang lain dan menyiramkannya ke bagian tubuh sebelah kiri.” (HR. Bukhari).

Dengan adanya ketentuan Talak perlu dijaga oleh suami isteri agar jangan sampai mengucapkan talak atau berlaku hal yang jatuhnya talak sebab akan menyebabkan tidak halalnya hubungan suami isteri (dosa zina dalam perkawinan) dan lakukanlah mandi wajib dan mandi Junub dengan benar agar suci, dan APABILA TIDAK SESUAI dengan hadist ketentuan mandi wajib dan mandi Junub tentu TIDAK SAH mandi junubnya, akibatnya TETAP BERHADAST, sehingga salat tidak sah.

Bagi yang selama ini mandi wajibnya sama saja dengan mandi biasa apalagi mandi junubnya, maka alangkah baiknya untuk diubah sesuai ketentuan hadist sehingga menjadikan diri suci.

Seperti mandi hanya dengan menyiramkan air mulai dari kepala ke tubuh atau berenang untuk mandi wajib dan mandi junub, dengan cara begini BELUM TERPENUHI SYARAT DAN RUKUN MANDI JUNUBNYA.

NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Sukabumi, Jumat, 25 November 2022)

Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum

Pos terkait