Ulama Wajib Berdakwah Dengan Mentauladani Dakwah Rasulullah SAW

Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

Sukabumi | TopSumbar – Kajian Jumat Oleh : Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد

Kaum muslimin Rahimakumullah.

Bacaan Lainnya

Tentunya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang menjadi rutinitas ibadah kaum muslimin diseluruh dunia, adalah bagian dari bentuk kecintaan kepada Rasulullah SAW dengan mengulang belajar tentang dakwah dan perjuangan Rasulullah SAW dalam menyampaikan perintah Alloh SWT dan LaranganNya kepada umat sampai akhir zaman (kiamat).

Tetapi sering terjadi acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW tidak menyajikan bagaimana dakwah dan ketauladanan Rasulullah SAW dalam dakwah dan ibadah, sehingga peringatan maulid tidak menambah kepada ilmu dan amalan umat yang setiap tahun menyelenggarakan dan mengikuti acara maulid.

Bahkan dikalangan anak sekolah dirutinkan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, namun sering juga materi dan kajian maulid menyajikan materi materi yang tidak berkaitan dengan dakwah dan ketauladanan Rasulullah SAW, sehingga peringatan maulid perlu dikembalikan kepada spirit maulid yaitu mentauladani Rasulullah SAW dalam segala hal.

Tugas berat menyampaikan risalah Rasulullah SAW ada pada ULAMA yang merupakan bagian dari juru dakwah, sebab tidak semua juru dakwah dapat menyematkan titel ulama pada dirinya, ketika juru dakwah sudah sesuai cara dakwah dan ibadahnya dengan Rasulullah SAW maka ketika itu juru dakwah tersebut dapat disebut ulama, tetapi jika cara dakwah dan ibadahnya tidak sesuai dengan Rasulullah SAW maka belum bisa disebut ulama.

ULAMA MEWARISI ILMU AGAMA DARI RASULULLAH SAW BUKAN DARI DUNIA PENDIDIKANNYA

Untuk menjadi paham dengan ilmu agama, adalah HIDAYAH DARI ALLOH SWT, bukan dari banyaknya gelar dan title akademis atau mahir berbahasa arab dan bahsa kitab belum bisa menjamin seseorang PAHAM AKAN AGAMA, sebagaimana Rasulullah SAW dan sahabat TIDAK BERSEKOLAH TINGGI DAN TIDAK ADA TITEL AKADEMIS, tetapi MEMPUNYAI KEIMANAN YANG KUAT DAN AQIDAH YANG BAGUS.

Sebagaimana hadist yang Artinya, “Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya ia akan diberi pemahaman dalam agama dan diilhami petunjuk-Nya,” (HR At-Thabarani dan Abu Nu’aim).

Maka orang yang paham dengan ilmu agama itulah Ulama, dan pantas menjadi pewaris nabi, sebagaimana hadist “Ulama adalah ahli waris para nabi.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Bahkan dalam suatu hadist disebutkan: “Orang paling dekat dengan derajat kenabian adalah ulama dan pejuang. Ulama memberikan petunjuk kepada manusia atas ajaran yang dibawa para rasul. Sedangkan pejuang berjihad dengan senjata mereka atas ajaran yang dibawa para rasul,” (HR Ad-Dailami).

KEMULIAAN BAGI ORANG YANG BELAJAR ILMU AGAMA YANG SESUAI DENGAN SUNNAH RASULULLAH SAW

sering disampaikan, betapa mulianya orang yang memberi dan belajar ilmu, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua belajar ilmu bisa mendatangkan kemuliaan, tetatunya belajar ILMU AGAMA YANG BENAR yang dapat pahala dan hidayah dari Alloh SWT.

Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa berpindah tempat (dari satu tempat ke tempat yang lainnya, baik dengan berjalan kaki atau dengan menaiki kendaraan) dengan tujuan belajar (ilmu syariat) maka di ampuni dosa-dosanya (dosa-dosa kecil yang pernah dia lakukan) sebelum dia melangkah (dari tempatnya, jika niatnya karena Allah).” (HR Assyairazi dari Aisyah RA).

ORANG BERIMAN DAN BER ILMU DITINGGIKAN DERJATNYA DISISI MANUSIA DAN DISISI ALLOH SWT

Sehingga orang yang hanya berilmu saja tanpa ada Iman, derjatnya berada dibawah orang yang BERIMAN DAN BERILMU, tentunya ilmu tersebut ilmu agama yang sesuai dengan alquran dan Sunnah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Alloh SWT:” Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat, dan Dialah yang Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah:11).

TIDAK SAMA ORANG BERILMU DAN BERIMAN DENGAN YANG TIDAK BERILMU DAN TIDAK BERIMAN

Suatu pertanyaan besar dari Alloh SWT kepada makhluk, yaitu “katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui?” (QS.Az-Zumar: 9).

Tentu tidak sama, karenanya yang berilmu mengajar dan yang tidak berilmu belajar kepada yang berlmu. Bahkan Alloh SWT berfirman:”kami jadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Dan mereka adalah orang-orang yang yakin terhadap ayat-ayat kami” (QS.As-Sajdah: 24).

Dalam ayat lain Alloh SWT firmankan: “maka bertanyalah kalian kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kalian mengetahui.” (QS.An-Nahl: 43).

TOKOH/ORANG BERILMU YANG MENYESATKAN LEBIH MEMBUAT KERUSAKAN DARIPADA DAJJAL

Tentunya saat ini banyak tokoh dan orang yang jadi panutan, terkadang membawa paham dan ajaran yang menyesatkan umat dari Alquran dan Sunnah, maka hal ini lebih mebahayakan umat.

Sebagaimana hadist Dari Abu Dzar berkata, ”Dahulu saya pernah berjalan bersama Rasulullah ﷺ, lalu beliau bersabda, “Sungguh bukan dajjal yang aku takutkan atas umatku.”. Beliau mengatakan tiga kali, maka saya bertanya,” Wahai Rasulullah, apakah selain dajjal yang paling Engkau takutkan atas umatmu ?”. Beliau menjawab, para tokoh yang menyesatkan”. [HR. Ahmad )

Maka senantiasalah berdoa ketika tasyahud sebagaimana Hadits Rasulullah SAW mengatakan: “Apabila seseorang di antara kamu bertasyahud, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari 4 hal seraya mengucapkan. “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa Neraka Jahannam, Siksa Kubur, Cobaan Hidup dan Mati, dari perlindungan dari Fitnah Dajjal” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

KEBINASAAN AKAN TERJADI JIKA ULAMA MENJUAL ILMU AGAMA DEMI POPULARITAS DAN HARTA DUNIAWI (berdakwah sudah mempunyai nilai dan hitung-hitungan biaya)

Adanya umat yang memperhatikan juru dakwah sangat bagus untuk sekedar transport dan penggantian waktu yang habis untuk dakwah, tetapi ketika sudah terstruktur, dan punya manajemen sebagaimana pekerjaan rutin sebagai juru dakwah, maka akan muncul hitung-hitungan hasil dan akan berdakwah dimana yang besar bayarannya.

Maka ketika ada juru dakwah yang demikian ingatlah wahai juru dakwah dan umat Muhammad SAW, Rasulullah sudah sabdakan: ”Kebinasaan bagi umatku (datang) dari ulama su’, mereka menjadikan ilmu sebagai BARANG DAGANGAN yang mereka jual kepada para penguasa, masa mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. Allah tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan mereka itu [HR al Hakim].

TIDAK MASUK SYORGA JURU DAKWAH YANG MENJUAL ILMU AGAMA TETAPI MENAJDI AHLI NERAKA BAHKAN DI AKHIRAT AKAN MENJADI BUTA

Sebagaimana hadist Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, ”Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi jika ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka ia tidak akan mendapati wangi surga di akherat nanti [HR. Abu Daud , Ibnu Majah dan Ahmad ].

Pada hadist lain disabdakan: “Siapa yang makan dengan memperalat ilmu, Allah membutakan kedua matanya [atau wajahnya di dalam riwayat Ad Dailami], dan neraka lebih layak untuknya [HR Abu Nu’aim dan Ad Dailami].

LARANGAN MENERIMA IMBALAN/UPAH DARI MENGAJARKAN ALQURAN KEPADA ORANG LAIN

Sebagaimana hadist melarangnya: ”Bacalah Al-Quran dan janganlah kalian makan dari itu, dan jangan juga kalian memperbanyak kekayaaan dari itu,…..” (HR Imam Ahmad dan Imam Al-Baihaqi dalam Syuabul-Iman).

Pada hadist lain disebutkan Sahabat Ubai bin Kaab pernah berkata: “Aku pernah mengajarkan Quran kepada seseorang, kemudian aku diberikan sebuah busur (panah). Lalu aku kabarkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaih wa sallam, lalu beliau berkata: ‘jika kau mengambilnya, itu berarti kau telah mengambil SEBUAH BUSUR DARI NERAKA’, lalu aku kembalikan busur itu” (HR. Ibnu Majah)[9].

JANGAN BERATI UMAT YANG BELAJAR ILMU AGAMA DENGAN MESTI MEMBAYAR UPAH ATAS JEMPUTAN JURU DAKWAH YANG AKAN MENGAJARKAN ILMU AGAMA

Kebiasaan membayar juru dakwah yang sifatnya ditentukan, adalah sejenis UTANG JEMAAH kepada juru dakwah, itu dilarang Alloh SWT: “Apakah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan hutang?” (Al-Qolam 46).

Akan tetapi apabila sekedar untuk transport dan basa basi tidaklah suatu yang dilarang melainkan hal yang mubah bagi juru dakwah yang memerlukannya.

Tetapi jangan menjadi kebiasaan apalagi kewajiban mesti dibayar dengan jemputan sejumlah uang tertentu.

AKHIRNYA semua ilmu Alquran dan hadist sudah disamapaikan, agar tidak dihukum oleh Alloh SWT: “Barang siapa yang ditanya mengenai suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, niscaya ia akan dipecut oleh Allah SWT di hari kiamat nanti dengan tali pecut dari neraka” (HR Abu Daud, Turmudzi dan Ibnu Majah).

Marilah wahai para ulama dan juru dakwah tegakkan alquran dan sunnah dengan berdakwah ikhlas karena Alloh semata, InsyaAlloh balasannya dari Alloh suatu yang indah dan terbaik. Lebih baik dari pemberian yang diterima dari materi yang diterima ketika berdakwah.

NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pos terkait