Ronggeng Pasaman: Kesenian yang Tampil di Kancah Internasional

Hai Topers, selamat datang kembali di seri petualangan budaya. Sebelumnya semoga kita selalu dalam keadaan sehat wal afiat ya, Topers. Amin.

Setelah kita menilik kesenian Batombe di Solok Selatan, berdoa Sambareh di Pariaman, hari ini kita akan berkunjung ke sebuah negeri yang terkenal memiliki ronggeng, lho. Apakah kita akan berlayar ke pulau Jawa? Eit, tentu saja tidak, Topers, karena ternyata di Kabupaten Pasaman juga ada ronggeng. Penasaran kan gimana ceritanya? Yuk kita let’s go!

Pada masa pendudukan Jepang, orang-orang Jawa dibawa dengan kapal besar ke pulau Sumatera. Mereka dipaksa bekerja di tambang batu bara, membangun rel kereta api, dan sebagian lagi dipaksa menanam cengkeh, karet dan teh yang saat itu sangat laku di pasar dunia. Sebagian dari mereka ada yang bekerja di Ombilin Mijnen (tambang batu bara Ombilin) membangun rel kereta api Sawahlunto-Padang, dan tak sedikit yang dipaksa berkebun di daerah Pasaman.

Bacaan Lainnya

Pasaman yang memiliki tanah yang subur pun mendapatkan tempat tersendiri dalam sejarah. Masyarakatnya yang ramah berbaur dengan para pendatang dari pulau Jawa tersebut. Dari sinilah akulturasi kebudayaan tersebut mulai terjalin, Topers.

Selain membawa adat dan kebiasaannya, masyarakat dari pulau Jawa juga turut membawa kesenian mereka, salah satunya adalah Ronggeng. Ayo, penasaran kan, gimana sih ronggeng Pasaman itu?

Setelah ditelusuri, ternyata kesenian Ronggeng ini banyak ditemukan di Nagari Muaro Kiawai, Pasaman Barat. Seorang ronggeng adalah orang yang mahir dan ahli dalam berpantun. Selain itu, dia juga harus bersedia berpenampilan seperti perempuan dan biasanya memiliki “paga diri” (ilmu batin). Paga diri pada masa dulu sangat diperlukan untuk memastikan keamanan ketika sedang tampil.

Seiring berjalannya waktu, ronggeng kemudian diadaptasi sesuai dengan adat dan kepercayaan yang ada di Pasaman. Ronggeng pun mengalami modifikasi sesuai adat masyarakat setempat seperti bahasa syair yang umum menggunakan tutur bahasa Minangkabau dan Mandailing.

Tahu tidak, Topers, ronggeng Pasaman biasanya dimainkan oleh minimal sembilan orang yang terdiri dari satu orang ronggeng, tiga orang penampil pria dan lima pemain musik. Seorang ronggeng berperan mendendangkan pantun-pantun dalam pertunjukan.

Adapun alat musik yang digunakan adalah biola, gitar, rebana, dan tamborin. Gambaran komposisi pemain dengan alat musiknya yaitu satu orang pemain biola, dua orang pemetik gitar, satu orang pemukul rebana, dan satu orang lagi pemukul tamborin. Pemain musik bertugas mengiringi pemantun dan penampil laki-laki yang bersahut-sahutan mendendangkan pantun-pantun yang dilagukan.

Dalam pertunjukannya, seorang ronggeng didampingi setidaknya tiga penampil pria. Satu dari tiga penampil bertugas membalas pantun yang dilontarkan ronggeng, sementara dua orang lainnya mendampingi sambil menari. Dari dulu hingga sekarang, kesenian ini makin marak ditampilkan pada acara-acara adat dan agama, Topers.

Untuk prestasinya juga tidak main-main, Topers. Tahun 2011 bersama Tari Pilin Salapan, Ronggeng Pasaman mengikuti ajang Internasional di Malaka dibawah naungan group Sumarak Rumah Gadang Pasaman Barat. Ajang ini sangat bergengsi karena diikuti sekitar 30 negara di Asia dan Timur Tengah dan berhasil menjadi lima besar. Benar-benar luar biasa ya, Topers. Salut deh sama Ronggeng Pasaman.

Selain itu, kekhasan kesenian ini adalah tidak ditemukan di kabupaten atau kota lainnya di Sumatera Barat, sehingga hal itu menjadi nilai khas tersendiri dibandingkan kesenian lainnya. Ayo, siapa yang belum pernah nonton Ronggeng Pasaman?

(Haris)

Pos terkait