Hujan Turun, Lisda Hendrajoni Tiba di Langgai, Antara Kehangatan dan Tantangan

TOPSUMBAR – Dari cerita masyarakat Langgai, turunnya hujan hari itu tidak terasa asing. Hujan selalu turun setiap ada tamu yang datang ke jorong tersebut.

Joni, warga Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantiah, menjelaskan bahwa masyarakat sudah terbiasa dengan hujan saat ada tamu dari luar datang.

Menurut mitos yang masih hidup di tengah masyarakat Langgai, setiap kedatangan tamu dari luar (orang asing) selalu diiringi oleh hujan.

Bacaan Lainnya

Pada sore itu, hujan turun bersamaan dengan kedatangan Rombongan Anggota DPR RI Lisda Hendrajoni dari Fraksi Nasdem, yang juga merupakan Caleg DPR RI Partai Nasdem Sumatera Barat 1, ke jorong tersebut.

Perjalanan menuju Jorong Langgai di Nagari Gantiang Mudiak Utara tidaklah mudah. Sebelumnya, harus melalui jalan yang kondisinya cukup baik dari Nagari Ampalu Gantiang Mudiak Selatan Surantih.

Dari Ampalu, melewati jembatan gantung berwarna kuning dengan panjang kurang lebih 140 meter. Tantangan perjalanan dimulai dari sini menuju Jorong Langai.

Jembatan tersebut merupakan yang terpanjang kedua di Sumbar setelah Jembatan Sungai Dareh. Di bawah jembatan itu, terdapat aliran sungai yang lebar dan mengalir dengan deras.

Jembatan hanya dapat dilalui mobil satu jalur, sehingga harus antri mobil satu per satu. Sensasi was-was muncul saat melintasi jembatan yang bergoyang dan terasa seolah-olah akan jatuh.

Setelah melewati jembatan, perjalanan dilanjutkan melalui medan yang cukup berat, sepanjang puluhan kilometer.

Kondisi jalan tanah berlumpur dengan tanjakan dan penurunan terjal di daerah perbukitan menghadirkan ancaman serius bagi pengendara.

Di sepanjang jalan, terdapat jurang dengan aliran sungai deras dan perbukitan rawan longsor.

Beberapa bagian jalan juga memiliki badan jalan yang terputus-putus akibat beton jalan yang sudah puluhan tahun dan rusak, meninggalkan batu kerikil tajam.

Jelang Jorong Langgai, harus melewati Jorong Batu Bala dengan jalan yang dipenuhi kerikil tajam. Di jorong ini, terdapat rumah penduduk yang cukup padat.

Beberapa rumah terlihat permanen dengan lantai keramik, sementara rumah lain masih berdindingkan papan dan beralaskan tanah.

Di Jorong Batu Bala, puluhan ternak sapi dilepas di tengah jalan oleh peternak. Kehadiran ternak sapi ini memaksa pengendara untuk bersabar, menunggu pemiliknya menggiring sapi-sapi ke pinggir jalan.

Jorong ini merupakan salah satu penghasil sapi terbesar di Sumbar, dilengkapi dengan aktivitas pengeringan gambir yang terlihat di pinggir jalan.

Setelah melewati jorong ini, perjalanan dilanjutkan menuju Jorong Langgai di Nagari Gantiang Mudiak Utara. Kondisi jalan di sepanjang jorong ini sama, berlumpur dan penuh dengan kerikil tajam akibat rusaknya beton jalan.

Joni, warga Langgai, menyampaikan bahwa saat hujan turun, badan jalan menuju Langgai menjadi berlumpur, menyulitkan akses warga.

Kondisi ini memperpanjang waktu tempuh dari Langgai ke Pasar Surantih menjadi 3 jam.

Menurut Joni, jalan yang mulus merupakan impian masyarakat yang belum terwujud. Akses jalan yang lancar diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Langgai.

Tidak hanya akses jalan, masyarakat Langgai juga mengalami keterbatasan akses informasi dari luar karena daerah tersebut termasuk titik blank spot tanpa akses internet.

“Kondisi itu menyulitkan masyarakat mendapatkan informasi dari luar,” terang Joni.

Langgai memiliki potensi luar biasa, tidak hanya dalam sektor pertanian, perkebunan, tetapi juga pariwisata. Perjalanan di jorong ini memungkinkan melihat perbukitan hijau yang asri di kedua sisi jalan, hamparan sawah hijau, aliran sungai jernih dengan batu-batu besar di pinggirnya, dan ladang-ladang gambir, kebun durian, karet, dan sawit di kaki gunung.

Penduduk Langgai berjumlah sekitar 3.069 jiwa atau sekitar 678 kepala keluarga, semua memiliki usaha berladang untuk bertahan hidup.

Jali Annur, salah satu warga Langgai, menyebutkan bahwa penghasilan utama masyarakat Langgai berasal dari ladang gambir.

Saat ini, harga gambir berkisar antara Rp45 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram, tergantung pada kualitasnya.

“Selain gambir, ada juga durian, padi, nilam, dan hasil ladang lainnya. Semua ini dijual ke Pasar Surantih yang berlangsung setiap hari Minggu. Selain itu, di sini juga terdapat ikan garing dan mungkuih yang bisa diambil bebas kapan saja,” tambah Jali Annur.

Rombongan Lisda Hendrajoni tiba di Jorong Langgai pada siang menjelang sore. Meski hujan deras menyertai kedatangan mereka, ratusan warga tetap menantikan kedatangan Lisda Hendrajoni di jorong tersebut. Meskipun terhujan, warga dengan antusias mendengarkan sosialisasi dan menyampaikan aspirasi mereka.

Sementara hujan semakin deras, rombongan harus bergerak keluar karena masih ada satu titik lagi untuk bersosialisasi. Namun, di perjalanan, mereka dihadapkan dengan hujan dan tiga titik longsor yang cukup signifikan.

Di awal titik longsor, tim rombongan bersama warga dan pemuda setempat bahu-membahu membersihkan material longsor dan pohon yang menghalangi jalan. Warga sangat bersemangat membantu rombongan agar perjalanan dapat dilanjutkan.

Andi, salah satu pemuda Langgai, menyatakan kebanggaannya bahwa daerahnya dikunjungi oleh pejabat. Namun, mereka juga berharap agar daerah mereka mendapatkan perhatian lebih lanjut.

“Kami akan membantu Bapak dan Ibu. Sekarang saja sudah kami bantu, apalagi nanti. Ini tanda bahwa kami tidak akan membiarkan rombongan,” ungkap Andi.

Lisda Hendrajoni menyampaikan terima kasih kepada warga dan pemuda Langgai. Dia berharap upaya bersama ini akan memberikan kemudahan dalam menjalankan aktivitas dan mewujudkan aspirasi yang telah disampaikan. “Amin ya Rabbal Alamin,” pungkasnya.

(Re)

Dapatkan update berita terbaru dari Topsumbar. Mari bergabung di Grup Telegram Topsumbar News Update, caranya klik link https://t.me/topsumbar kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Pos terkait