Daerah 3T di Sumatera Barat: Memerangi Ketidaksetaraan dan Memajukan Kesejahteraan

Daerah 3T Sumatera Barat (Foto : Capture Youtube Petualangan Alam Desaku)
Daerah 3T Sumatera Barat (Foto : Capture Youtube Petualangan Alam Desaku)

TOPSUMBAR – Dalam gemuruh alam Sumatera Barat yang memukau, terselip realitas yang tak bisa dipungkiri, yaitu daerah 3T Terdepan, Terluar dan Tertinggal, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari panorama provinsi ini.

Dibalik keindahan alamnya yang mendunia, Sumatera Barat juga tengah menghadapi tantangan yang besar dalam mengangkat kualitas hidup di daerah 3T.

Kali ini Topsumbar akan mengajak teman-teman Topers untuk menjelajahi perjalanan penuh tantangan dan peluang dalam menghadirkan kemajuan daerah 3T yang membentang dibumi Ranah Minang.

Bacaan Lainnya

Tiga wilayah di Sumatera Barat, yakni Kepulauan Mentawai, Solok Selatan dan Pasaman Barat, saat ini masuk kedalam daftar daerah yang tergolong kedalam kategori 3T. Data ini tercatat dan diakses melalui akamawa.unusa.ac.id, yang memberikan gambaran mengenai daftar-daftar wilayah tergolong 3T di Indonesia.

BACA JUGA : Wagub Sumbar: Mentawai Harus Segera Keluar dari Daerah 3 T

Dilansir dari salah satu tulisan wartawan Topsumbar, menjelaskan di Provinsi Sumatera Barat, masih terdapat 28 nagari/desa berstatus tertinggal, dari total 1.035 nagari/desa di Provinsi Sumatera Barat.

Hal ini dijelaskan secara lansung oleh Mahyeldi Ansharullah selaku Gubernur Sumatera Barat yang sedang menjabat saat ini,  status 3T yang diselipkan kepada 28 nagari/desa tertinggal ini menandakan bahwa daerah-daerah ini masih mengahadapi kesenjangan dalam hal perkembangan ekonomi, sosial dan infrastruktur.

Meskipun Sumatera Barat dikenal memiliki potensi alam yang kaya dan budaya yang beragam, akan tetapi tantangan geografis dan keterbatasan aksesibilitas dapat memperlambat kemajuan beberapa wilayah.

Selaku Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah dianggap memiliki tanggung jawab yang besar untuk memimpin upaya-upaya yang bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut.

Mahyeldi juga dikatakan telah menerima penyaluran dana bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) yang disalurkan melalui Bank Nagari, yang kemudian telah diserahkan kepada 15 nagari/desa yang termasuk dalam kategori nagari/desa tertinggal di Provinsi Sumatera Barat.

Dengan total dana senilai Rp. 150 Juta dengan masing-masing nagari/desa menerima 10 juta, yang diwakili oleh Wali Nagari Lubuk Ulang Aling Kabupaten Solok Selatan.

BACA JUGA : Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2022, BI Sumbar Salurkan Uang Rp5,9 Miliar ke Lima Pulau 3T

Pemberdayaan sumber daya yang tepat juga dapat digunakan sebagai faktor lainnya untuk mendukung peningkatan pemajuan wilayah-wilayah tertinggal, memperkuat layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, serta meningkatkan infrastruktur yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Apakah Desa 3T Dapat Maju Seperti Kota Padang dan Bukittinggi?

Desa-desa yang berstatus 3T cenderung menghadapi tantangan yang lebih besar dalam hal pembangunan dan perkembangan dibandingkan dengan kota-kota seperti Padang dan Bukittinggi. Kota-kota ini umumnya memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya, layanan publik, dan infrastruktur dibandingkan dengan desa-desa tertinggal.

Kota-kota cenderung menjadi pusat ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan dalam suatu wilayah. Daerah perkotaan biasanya memiliki infrastruktur yang lebih baik, aksesibilitas yang lebih mudah, serta lebih banyak peluang ekonomi dan pekerjaan. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi dan sosial di  cenderung lebih cepat dan berkembang secara signifikan.

Namun, desa-desa yang berstatus 3T sering menghadapi tantangan seperti akses terbatas terhadap pendidikan yang berkualitas, fasilitas kesehatan yang memadai, infrastruktur yang baik, dan peluang ekonomi. Keterbatasan ini bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan desa-desa tersebut. Oleh karena itu, pemerintah dan berbagai lembaga berusaha untuk memperbaiki kondisi di desa-desa 3T dengan memberikan dukungan dalam bentuk dana, program pembangunan, pelatihan, dan layanan dasar.

Meskipun demikian, ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kondisi di desa-desa 3T agar mereka dapat lebih terlibat dalam pembangunan dan perkembangan. Pemerintah dan organisasi masyarakat sipil bekerja bersama untuk meningkatkan akses pendidikan, kesehatan, infrastruktur, serta peluang ekonomi di desa-desa ini. Namun, perubahan tidak selalu terjadi dengan cepat karena tantangan struktural yang harus diatasi.

Dalam perjalanan menuju kemajuan dan kesejahteraan Sumatera Barat, daerah 3T seperti Kepulauan Mentawai, Solok Selatan, dan Pasaman Barat menjadi titik fokus yang memerlukan perhatian mendalam.

Dengan kepemimpinan Gubernur Mahyeldi Ansharullah, upaya-upaya positif telah ditempuh untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh desa-desa tertinggal. Meskipun perjalanan ini mungkin penuh tantangan, kesungguhan untuk mengurangi kesenjangan dan membawa perubahan positif telah menjadi pijakan yang kokoh.

Dengan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, kita dapat merangkul masa depan yang lebih cerah, di mana seluruh wilayah Sumatera Barat, baik kota maupun desa, dapat bersama-sama tumbuh dan berkontribusi dalam mewujudkan visi keberlanjutan dan kesejahteraan bagi semua

(SR)

Pos terkait