Potensi Dosa Menceritakan Kebaikan dan Berhenti Menceritakan/Menyiarkan Keburukan Orang Lain

Kajian Jumat Oleh : Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Pembaca TOPSUMBAR yang berbahagia, jangan ragu dengan Alloh SWT, bagi yang belajar ilmu agama sedang berada pada jalan MENUJU SYORGA, sebagaimana hadist, artinya: “Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Pada saat ini media sosial adalah tempat berkumpulnya video tentang kebaikan dan keburukan orang lain, yang membuat tentu ada orang beriman dan yang menjadi sumber ada ustad, ulama, kyai dan lain-lain sehingga seakan-akan menyiarkan kebaikan orang lain dianggap bukan suatu dosa?

Tentu ada baiknya tetapi disisi lain ada dosa di dalamnya, bagaimana itu terjadi? Alquran dan hadist mengatur dan menjelaskan semuanya secara terang benderang.

MAJELIS YANG MEMBAWA KE SYORGA ADALAH MAJELIS YANG MEMPELAJARI ALQURAN DAN HADIST, BUKAN SEMUA MAJELIS ILMU AKAN MENGANTARKAN KE SYORGA.

Karenanya pada setiap kajian TOPSUMBAR, kita hanya MENYAJIKAN ALQURAN DAN HADIST DAN TIDAK DICAMPUR DENGAN BAHASA MANUSIA.

Rasulullah SAW bersabda artinya: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim).

Karenanya jangan membicarakan keburukan orang lain dalam majelis ilmu, jangan menyiarkan kebaikan orang lain yang akan menghabiskan kebajikannya dan melahirkan penyakit ria, jangan membuat cerita lelucon dan cerita narasi yang tidak bisa dijadikan amal soleh, tetapi bisa menjadi bahan GHIBAH dan membuat gosip dan kabar bohong. Sehingga majelis tersebut bisa menjadi tempat menyiarkan keburukan setelahnya. Majelis seperti ini adalah majelis sia-sia yang danggap beribadah tetapi melahirkan dosa tanpa disadari telah dilakukan bersama-sama.

MAJELIS ILMU ATAU CERAMAH YANG BERISI MENYIARKAN KEBURUKAN TERMASUK PADA MENYIARKAN KEBURUKAN

Sebagaimana firman Alloh SWT pada surat al-Nur ayat [18]: 19:
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيا وَالْآخِرَةِ ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat adzab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(Q.S al-Nur [18]: 19.

Menyiarkan keburukan adalah BENTUK KELUHKESAH disisi Alloh SWT sebagaimana disebutkan dalam alquran: ”Sesunguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir.” (QS. Al-Ma’arij ayat 19-21).

MAJELIS ILMU DAN CERAMAH YANG MENCERITAKAN KEBAIKAN ORANG LAIN SELAIN KEBAIKAN NABI MUHAMMAD SAW DAN YANG DISEBUT DALAM ALQURAN HADIST BISA TERJERUMUS KEPADA SUM’AH

Sum’ah berasal dari kata sama’a yang maknanya adalah memperdengarkan. Artinta, sum’ah adalah perbuatan berupa memperdengarkan kebaikan kepada orang lain. Memperdengarkan dapat dilakukan dengan MENCERITAKAN kebaikan ke orang lain, sebagaimana dalam surat al Baqarah ayat 264:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. …..”.

Dalam hadst rasulullah shallallahu alaihi wasallam memperingatkan umat Islam dalam haditsnya, “Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya.” (HR. Bukhari).

SERING PENCERAMAH DALAM MAJELIS MENDUKUNG SESEORANG CALON PEJABAT DAN BAHKAN IKUT JADI PENDUKUNG DAN TIMSES

Jika dukungan dan permintaan pilihan dilakukan di dalam menyampaikan dakwah adalah suatu yang keluar dari etika dakwah, karea dakwah hanya menyampaikan alquran dan hadist, sebagaimana hadist yang dipesankan kepada Abdurrahman Ibnu Samurah RA, “Janganlah engkau meminta jabatan. Sebab, jika engkau diberi kekuasaan tanpa memintanya, engkau akan ditolong untuk melaksanakannya. Tetapi, jika engkau diberi kekuasaan dengan sebab adanya permintaan daripadamu, maka engkau akan dipalingkan dari pertolongan Allah.” (HR Bukhari Muslim).

MATERI CERAMAH DAN DKWAH ISINYA MENYEBUT KEBAIKAN DAN KEBURUKAN MELAHIRKAN GHIBAH DAN BERPOTENSI BERBOHONG JIKA TIDAK ADA TERJADI.APALAGI KEJADIAN ZAMAN TERDAHULU ATAS ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

Sering menu video dan menu ceramah temanya adalah kebaikan orang lain, atau kajian akan membahas biografi orang lain atau pendapat orang lain, apakah materi itu bukan GHIBAH?

Tentu ghibah karena ada terjadi pada orang lain, karenanya jika dalam ceramah yang boleh diceritakan kebaikan adalah KEBAIKAN DAN KEBURUKAN YANG DICERITAKAN DALAM ALQURAN DAN HADIST SAJA.

Ghibah itu dosa, yaitu menceritakan kebaikan orang, menceritakan keburukan orang yang terjadi, dan jika tidak terjadi dosanya dua Ghibah dan berbohong.

Sebagaimana dalam alquran:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan prasangka karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa. Janganlah kamu sekalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sekalian berghibah( menggunjing) satu sama lain. Adakah seseorang di antara kamu sekalian yang suka makan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang.” [QS: 49 (al Hujurat) ayat 12.].

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya: “Tahukah kamu, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab; ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ‘Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.’ Seseorang bertanya; ‘Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? ‘  Beliau berkata: ‘Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya. (Riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, dan Darimi).

Sebagaimana hadist: ”Wahai orang-orang yang beriman dengan lidahnya, tetapi iman itu belum masuk ke dalam hatinya, jangan sekali-kali kamu bergunjing terhadap kaum Muslimin, dan jangan sekali-kali mencari-cari aib-aib mereka. Karena siapa yang mencari-cari aib kaum Muslimin, maka Allah akan membalas pula dengan membuka aib-aibnya. Dan siapa yang dibongkar aibnya oleh Allah, niscaya Dia akan menodai kehor-matannya dalam rumahnya sendiri.” (HR Ahmad).

Jika orang baik imannya DIA TIDAK MAU JADI TOPIK PEMBICARAAN KEBAIKAN, KARENA KEBAIKAN YANG DICERITAKAN ITU AKAN MERUSAK PAHALANYA BAHKAN MELAHIRKAN RIYA. PENYAKIT HATI SUMBER ORANG ALIM MELAKUKAN KESALAHAN DAN DOSA SECARA INTELEKTUAL

Setiap manusia akan mengidap penyakit hati yang berbeda-beda sebagaimana hadist:
Artinya: “Ketahuilah, di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, baiklah tubuh seluruhnya, dan apabila daging itu rusak, rusaklah tubuh seluruhnya. Ketahuilah olehmu, bahwa segumpal daging itu adalah kalbu [hati],” (H.R. Bukhari).

TIDAK SATUPUN BISA MENENTUKAN SESEORANG SEDANG BERPENYAKIT HATI, tetapi akan diketahui dari kata dan perbuatannya, diantara penyakit hati itu adalah:

Pertama
PENYAKIT KEIMANAN, YAITU BERIMAN SELAIN KEPADA ALLOH SWT

Bahwa beriman kepada selain Alloh SWT adalah suatu PENYAKIT HATI, sebagaimana firman Alloh SWT: ”Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. (QS. At-Taubah ayat 125).

Kedua
MEMILIKI PIKIRAN DAN RASA DENGKI KEPADA ORANG LAIN

Sebagaimna Alloh firmankan pada surat Al-Falaq ayat 5: “Dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.”

Ketiga
MEMILIKI RASA HASUT DALAM DIRI

Sebagaimana hadist Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu”. (HR. Abu Dawud).

Keempat
MEMILIKI RASA SOMBONG DALAM HATI

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra ayat 37).

Kelima
SUKA MENYANGKA/MEMPREDIKSI.MENDUGA TENTANG ORANG LAIN YANG TIDAK TAHU KEBENARANNYA

Sebagaimana firman Alloh SWT: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.” (Surat Al-Hujurat ayat 12).

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam juga pernah menyinggung perilaku cinta dunia dalam haditsnya. “ … ‘Akan datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan,’ Sahabat bertanya, ‘Apakah lantaran pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit, Wahai Rasulullah?’. Dijawab oleh beliau, ‘Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam kelemahan jiwa,’ Sahabat bertanya, ‘Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, Ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Cinta dunia dan takut mati’,” (H.R. Abu Daud).

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah majelis ilmu hanya diperintahkan untuk membicarakan alquran dan hadist dan jika ada kisah dan cerita adalah yang ada disebut dalam alquran dan hadist, agar tidak merusak syahadat umat kepada Alloh dan rasulullah, karena jika dikisahkan dan diceritakan di majelis ilmu kisah manusia atau kebaikan manusia kuatir akan menghabiskan kebaikan orang tersebut karena disebut-sebut dan yang menceritakan telah ghibah, dan jika tidak pasti diketahui terjadi itu suatu kebohongan, sehingga menceritakan kebaikan akan melahirkan dosa apalagi yag diceritakan keburukan orang lain.

NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Sukabumi, Jumat, 25 Agustus 2023)

Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum

Pos terkait