Pemko Siapkan Langkah Percepatan Penurunan Stunting

Padang Panjang | Topsumbar – Pemko menyiapkan sejumlah langkah percepatan penurunan stunting. Ini sebagai tindak lanjut Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI) yang dicanangkan Pemerintah Pusat melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Langkah tersebut dibahas dalam rapat yang dipimpin Sekdako Sonny Budaya Putra, A.P, M.Si, Senin (21/3/2022), di Aula Kantor Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPEDA). Rapat juga dihadiri Ketua TP-PKK, dr. Dian Puspita Fadly, Sp.JP, Kepala Bappeda, Rusdianto, S.IP, MM dan pejabat terkait lainnya.

Sekdako Sonny menyampaikan, verifikasi dan validasi terhadap data Pencatatan dan Pelaporan Gizi Anak Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) dengan angka stunting 15,57% diperlukan. Begitu juga dengan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI), menetapkan angka stunting 20%.

Bacaan Lainnya

“Untuk membedakan mana yang betul-betul stunting dan tidak stunting, diperlukan pendataan verifikasi dan validasi. Dalam penanganan stunting harus tepat sasaran, tepat program, dan tepat anggaran. Kami berharap seluruh tim yang tegabung bekerja ekstra. Koordinasi berjalan dengan baik,” katanya, dilansir dari laman Kominfo Padang Panjang.

Dikatakannya lagi, dari data tersebut dilakukan pemetaan, langkah-langkah pencegahan sebelum terjadi maupun penanganan bila sudah terjadi.

Sementara itu, Dokter Dian mengatakan, pencegahan stunting merupakan hal yang sangat penting. “Di sinilah tugas BKKBN bersama Generasi Berencana (GenRe). Anak-anak GenRe, anak-anak PIK-R menjadi wadah informasi pada teman-temannya. Karena salah satu penyebab stunting adalah pengetahuan ibu yang kurang. Kedua, anak menikah dini. Ketiga, jarak anak terlalu dekat, berimbas terhadap konsumsi gizi ibu dan anak. Kemudian, memberikan penyuluhan penguatan pemantauan pada 1.000 HPK ( Hari Pertama Kehidupan),” tuturnya.

Dokter Spesialis Anak, dr. Yunira Yunirman, Sp.A menuturkan, yang diprihatinkan dari stunting bukan hanya sekadar mengejar tinggi bada, tetapi perkembangan kognitif anak. “Yang nanti menjadi beban keluarga. Kalau tinggi mungkin bisa bertambah,” ujarnya.

(AL)

Pos terkait