Status Gunung Marapi Naik dari Waspada ke Siaga, Ini Penjelasan Lengkap Kepala PVMBG

TOPSUMBAR –  Status Gunungapi Marapi (2891 mdpl) secara administratif terdapat di dalam wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) naik dari level II (Waspada) ke Level III (Siaga).

Peningkatan kenaikan status tersebut diketahui dari press release Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 71.Lap/GL.03/BGV/2024, bertanggal 9 Januari 2024  yang ditandatangani atas nama Kepala Badan Geologi, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan.

Surat dengan prihal Penyampaian kenaikan tingkat aktivitas Gunung Marapi dari Level II ke Level III itu, ditujukan kepada Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BNPB), Gubernur Sumbar, Walikota Bukittinggi, Walikota Padang Panjang, Bupati Tanah Datar, dan Bupati Agam.

Adapun surat ini tembusannya kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Dalam Negeri, Menteri Perhubungan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kesehatan, Panglima TNI, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Plt. Kepala Badan Geologi, dan Kepala Bandara Internasional Minangkabau, Padang

Berikut penjelasan lengkap kepala PVMBG Hendra Gunawan. Ia menyampaikan evaluasi tingkat aktivitas G. Marapi, Provinsi Sumatera Barat, sebagai berikut:

I. Pendahuluan
Gunungapi Marapi (2891 mdpl) secara administratif terdapat di dalam wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.

Puncak gunungapi ini berada pada koordinat 0o 22’ 47,72” LS – 100o 28’ 16,71” BT.

Gunungapi Marapi dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi yang berada di Jl. Prof. Hazairin No. 168 Bukit Tinggi, Provinsi Sumatera Barat.

Gunungapi Marapi termasuk sering mengalami erupsi, erupsinya tercatat sejak tahun
1807 dengan masa istirahat terpendek kurang dari 1 tahun dan terlama 17 tahun (rata-rata
istirahat 3,5 tahun).

Karakter erupsi G. Marapi adalah eksplosif dan juga efusif. Titik erupsinya tidak selalu terjadi pada kawah yang sama, tetapi bergerak membentuk garis lurus dengan arah timur – baratdaya antara Kawah Tuo hingga Kawah Bungsu.

Namun sejak awal tahun 1987 sampai sekarang erupsinya bersifat eksplosif yang berpusat di Kawah Verbeek.

Aktivitas erupsi biasanya disertai suara gemuruh dengan produk erupsi dapat berupa abu, pasir, lapili dan terkadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik.

Periode erupsi terakhir dimulai pada tanggal 3 Desember 2023 pukul 14:54 WIB. Erupsi terjadi secara eksplosif dengan tinggi kolom erupsi sekitar 3000 meter di atas puncak (5891 mdpl) dan terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi 4 menit 41 detik.

Kolom erupsi teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur. Erupsi juga disertai dengan aliran piroklasik ke arah utara dengan jarak luncur sejauh 3 km dari puncak. Hingga saat ini aktivitas erupsi dan hembusan masih berlangsung.

II. Pengamatan Visual
Dari tanggal 1 – 8 Januari 2024, secara visual G. Marapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dengan tinggi sekitar 150-700 meter di atas puncak.

Erupsi teramati dengan tinggi kolom 700 meter di atas puncak dengan kolom erupsi berwarna kelabu.

Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah ke arah utara, timur laut, selatan, dan barat daya. Suhu udara sekitar 19-27,5°C.

III. Pengamatan Instrumental
Data kegempaan dalam interval waktu 1 – 8 Januari 2024 didominasi oleh gempa Hembusan.

Kegempaan selengkapnya terekam 8 kali gempa Erupsi/Letusan, 65 kali gempa Hembusan, 2 kali gempa Low Frequency, 1 kali gempa Vulkanik Dangkal, 11 kali gempa Vulkanik Dalam, 8 kali gempa Tektonik Lokal, 18 kali gempa Tektonik Jauh, dan Tremor Menerus dengan amplitudo 0.5-2 mm (dominan 1 mm).

Data deformasi dari Stasiun Tiltmeter Batupalano pascaerupsi utama 3 Desember 2023 memperlihatkan kecenderungan mendatar pada sumbu tangensial maupun sumbu radial.

Sementara untuk Stasiun Tiltmeter Puncak masih mengalami kerusakan terkena material erupsi 3 Desember.

IV. Evaluasi
Aktivitas vulkanik G. Marapi pada awal tahun 2023 didominasi oleh erupsi eksplosif yang berlangsung sejak 7 Januari 2023 hingga 20 Februari 2023 dengan tinggi kolom erupsi berkisar antara 75-1000 meter di atas puncak.

Selanjutnya erupsi berhenti dan aktivitas kegempaan lebih didominasi oleh gempa Tektonik Lokal dan Tektonik Jauh.

Namun demikian jenis gempa vulkanik masih terekam meskipun dalam jumlah yang relatif rendah, yang mengindikasikan masih tetap ada dorongan magma/fluida dari kedalaman.

Pada 3 Desember 2023 pukul 14:54 WIB kembali terjadi erupsi yang tidak didahului oleh
peningkatan gempa vulkanik yang signifikan.

Tercatat gempa Vulkanik Dalam (VA) hanya terekam 3 kali dari tanggal 16 November – 2 Desember 2023 dengan baseline RSAM (Real Seismic Amplitude Measurement) relatif mendatar.

Data tiltmeter juga menunjukkan
pola mendatar pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial.

Pascaerupsi 3 Desember 2023, erupsi lanjutan masih berlangsung hingga saat ini.

Jumlah erupsi harian cenderung menurun namun sebaliknya jumlah gempa Low Frequency dan Vulkanik Dalam (VA) cenderung meningkat yang mengindikasikan pasokan magma dari kedalaman masih terjadi dan cenderung meningkat.

Hal ini juga terlihat dari grafik
baseline RSAM yang masih di atas normal dan data tiltmeter yang cenderung mendatar.

Adanya aktivitas erupsi yang teramati secara visual dan masih terekamnya gempa erupsi dan gempa hembusan yang disertai dengan tremor menerus menunjukkan aktivitas G. Marapi masih tergolong tinggi.

Data dari satelit Sentinel juga menunjukkan bahwa laju
emisi (fluks) gas SO2 yang dihasilkan dari aktivitas G. Marapi saat ini tergolong tinggi.

Kehadiran magma di dalam/dasar kawah yang terindikasi sejak teramatinya pancaran sinar api di puncak G. Marapi pada tanggal 6 Desember 2023 malam hari dan teramatinya
lontaran material pijar pada erupsi-erupsi berikutnya menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tipe erupsi/letusan dari tipe freatik menjadi tipe magmatik.

Kondisi tersebut di atas dapat berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi tekanan di
dalam tubuh gunungapi yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi dengan energi yang
meningkat dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi.

Oleh karena itu potensi/ancaman bahaya G. Marapi juga dapat menjadi lebih luas, yaitu:

▪ Jika pasokan magma dari kedalaman terus berlangsung dan cenderung meningkat
maka erupsi dapat terjadi dengan energi yang lebih besar dengan potensi/ancaman bahaya dari lontaran material vulkanik berukuran batu (bom), lapili, atau pasir diperkirakan dapat menjangkau wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi/Kawah Verbeek.

Sedangkan untuk potensi/ancaman dari abu erupsi dapat menyebar lebih luas/jauh yang tergantung pada arah dan kecepatan angin.

▪ Material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng G. Marapi
dapat menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan.

Oleh karena itu terdapat potensi
bahaya dari aliran/banjir lahar pada lembah/aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak G. Marapi.

▪ Terdapat potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan
H2S di area kawah/puncak G. Marapi.

V. Kesimpulan dan Rekomendasi
▪ Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka tingkat aktivitas G. Marapi dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung dari tanggal 9 Januari 2024 pukul 18:00 WIB, dengan rekomendasi yang
disesuaikan dengan potensi/ancaman bahaya terkini.

▪ Sehubungan dengan tingkat aktivitas G. Marapi pada LEVEL III (SIAGA), maka direkomendasikan:

1. Masyarakat di sekitar G. Marapi dan pendaki pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 km dari
pusat erupsi (Kawah Verbeek) G. Marapi.

2. Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Marapi agar selalu mewaspadai potensi/ancaman
bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.

3. Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.

Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.

4. Seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di masyarakat, tidak
menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya.

Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.

5. Pemerintah Daerah Kota Bukit Tinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung atau dengan Pos Pengamatan G. Marapi di Jl. Prof. Hazairin No.168 Bukit Tinggi untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas G. Marapi.

6. Masyarakat, instansi pemerintah, maupun instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan aktivitas maupun rekomendasi G. Marapi melalui aplikasi android Magma Indonesia, website Magma Indonesia (www.vsi.esdm.go.id atau https://magma.esdm.go.id), dan media sosial PVMBG (facebook, twitter, dan instagram).

Tingkat aktivitas G. Marapi akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi
perubahan aktivitas yang signifikan.

Tingkat aktivitas dan rekomendasi G. Marapi ini tetap
berlaku selama surat/laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan.

“Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih,” tutup Hendra Gunawan.

(AL)

Pos terkait