Gunung Marapi Erupsi Lagi! Simak Sejarah Gunung yang Dulu Hanya Sebesar Telur Itik

Orang Minangkabau Ternyata Berasal dari Lereng Gunung yang Dulunya Hanya Sebesar Telur Itik. (Foto : Topsumbar.co.id)
Orang Minangkabau Ternyata Berasal dari Lereng Gunung yang Dulunya Hanya Sebesar Telur Itik. (Foto : Topsumbar.co.id)

Sumbar dan Banjir Bandang

Sumber lain menceritakan tentang Sumatera Barat yang pernah mengalami banjir besar.

Sultan Maharajo Dirajo dan rombongannya mencari tempat aman di puncak Gunung Marapi.

Saat air surut, tiga cekungan daratan, yaitu Luhak nan Tigo, muncul. Mereka menetap di sini. Luhak nan Tigo mencakup Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Limapuluhkota.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA : Bu Tolong Ifi Bu, Kisah Haru Zhafirah Korban Erupsi Gunung Marapi, Begini Kondisinya Sekarang

Cerita lain yang berasal dari https://www.jpnn.com/ menyebutkan bahwa pada sekitar 320 Sebelum Masehi, Raja Alexander menginstruksikan ketiga putranya untuk berlayar ke timur.

Di kaki Gunung Marapi terdapat tiga cekungan daratan, yaitu Luhak nan Tigo.

Luhak nan Tigo terdiri dari Luhak nan Tuo di Kabupaten Tanah Datar, Luhak nan Tengah di Kabupaten Agam, dan Luhak nan Bungsu di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Sejarah ini menjadi dasar bagi petuah adat Minangkabau yang menyatakan bahwa nenek moyang orang Minang berasal dari puncak Gunung Marapi.

Nagari Pariangan, sebuah desa di lereng Gunung Marapi, mendapat predikat sebagai salah satu desa terindah di dunia.

Mitos tentang asal mula orang Minangkabau telah lama berkembang turun temurun. Salah satu mitos yang populer mengatakan orang Minang berasal dari Gunung Marapi di Kabupaten Tanah Datar.

Berdasarkan Tambo, kita tahu asal-usul nenek moyang orang Minang. Tambo menjelaskan struktur dan aturan adat Minangkabau yang menjadi landasan budaya Minangkabau hingga kini.

Menurut Tambo, nenek moyang orang Minang berasal dari lereng Gunung Marapi. Kita kenal Nagari Tuo Pariangan di Kabupaten Tanah Datar sebagai nagari tertua di Sumatera Barat.

Cerita ini mengajarkan kejujuran, karena penceritanya selalu memastikan bahwa dia menyampaikan fakta, bukan kebohongan.

(HT/Fiyu)

Pos terkait