Suara Perempuan Pertama: Rohana Kudus dan Perjuangannya dalam Media Soenting Melajoe

Rohana Kudus dan Perjuangan dalam Media Soenting Melajoe ( Foto : Captured Youtube Haluan Media)
Rohana Kudus dan Perjuangan dalam Media Soenting Melajoe ( Foto : Captured Youtube Haluan Media)

Dalam halaman-halaman koran yang dipimpinnya, Rohana Kudus tidak hanya memusatkan perhatiannya pada realitas kaum perempuan di wilayah Melayu, tetapi juga menjelajahi nasib perempuan di berbagai belahan dunia. Dengan penuh tekad, ia menjadikan ruang jurnalismenya sebagai wadah yang tidak hanya mengangkat isu-isu gender, tetapi juga melintasi batas-batas geografis, mengungkapkan suara-suara perempuan dari berbagai negara.

Lebih dari itu, koran tersebut menjadi panggung bagi gagasannya yang revolusioner bahwa perempuan juga memiliki peran dalam organisasi pergerakan dan arena politik. Rohana dengan gigih mengusung gagasan bahwa perempuan memiliki kapasitas untuk berkontribusi dalam dunia politik dan mampu memberikan dampak nyata dalam perubahan sosial.

Hasil dari perjuangannya tidak bisa diabaikan. Pada 17 Agustus 1974, dua tahun setelah ia meninggal dunia, pengabdian dan dedikasinya diakui oleh Pemerintah Daerah Sumatra Barat dengan memberikan gelar ‘Wartawati Pertama’ kepada Rohana Kudus. Penghargaan ini menjadi pengakuan atas peran dan pengaruh besar yang ia miliki dalam dunia jurnalistik Indonesia.

Bacaan Lainnya

Gusti Asnan, seorang sejarawan dari Universitas Andalas di Padang, pernah menyuarakan pandangannya bahwa Rohana Kudus pantas dianggap sebagai pahlawan nasional dari Kabupaten Agam. Ini karena perjuangannya tidak hanya memengaruhi perempuan Minang, melainkan juga mencakup seluruh perempuan di Indonesia. Dedikasinya terhadap perempuan dan jurnalisme telah membuka jalan bagi perubahan sosial yang lebih luas dan inklusif.

Dengan membangun koran “Soenting Melajoe” sebagai platform pencerahan dan katalis perubahan, Rohana Kudus telah mengukir namanya dalam lembaran sejarah Indonesia. Ia adalah contoh gemilang dari perempuan yang tak hanya memahami pentingnya kata-kata, tetapi juga memberikan suara bagi mereka yang seringkali terpinggirkan.

Dengan semangatnya yang tak kenal lelah, Rohana Kudus membawa perubahan dalam pandangan masyarakat terhadap perempuan dan mengilhami generasi-generasi berikutnya untuk berani berbicara dan beraksi.

Kisah Rohana Kudus mengingatkan kita bahwa dalam setiap lembaran sejarah terdapat sosok-sosok pemberani yang merintis jalan menuju kesetaraan dan keadilan. Warisan intelektual dan semangatnya dalam menjembatani kesenjangan gender dan sosial tetap menjadi panduan berharga bagi perjuangan kita saat ini.

Sebagai perempuan pertama yang mendirikan koran di Indonesia dan dengan cinta yang menggerakkan pena, Rohana Kudus melampaui batas-batas konvensional, membuka jalan bagi suara-suara yang sebelumnya tak terdengar. Kita berhutang budi padanya karena telah membuka jalan bagi kemajuan, dan dengan mengenang perjuangannya, kita mengukuhkan tekad untuk meneruskan tongkat estafet perubahan menuju masa depan yang lebih inklusif dan penuh harapan.

(SR)

Pos terkait