Inflasi Padang Panjang Turun Dari 1,28 Persen Menjadi 0,24 Persen

Padang Panjang | Topsumbar – Inflasi Kota Padang Panjang terhadap Juli lantas mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Dari 1,28% terhadap Juni, turun menjadi 0,24%.

“Penurunan berikut dipicu oleh merasa turunnya harga terhadap beberapa komoditas pangan strategis. Diantaranya cabai merah, bawang merah, minyak goreng dan daging ayam ras,” sebut Kabag Perekonomian dan Sumberdaya Alam Setdako, Putra Dewangga dilansit Topsumbar.co.id berasal dari laman Kominfo Padang Panjang, Rabu (3/8).

Dikatakan Putra, inflasi Padang Panjang sebagai kota non-IHK mengacu kepada inflasi kota IHK (Indeks Harga Konsumen-red) terdekat, yaitu Kota Bukittinggi.

Bacaan Lainnya

Pada Juni lalu, sebutnya, 12 komoditas berasal dari 45 komoditas pangan strategis yang dipantau, mengalami kenaikan harga dan memberikan andil terhadap stabilitas harga pangan di Kota Padang Panjang. Yaitu beras kualitas I, daging sapi, daging ayam broiler, telur ayam ras, cabai hijau, cabai rawit, cabai merah, bawang merah, ikan asin, teri, sawi bola, wortel dan seledri.

“Tujuh komoditas di Padang Panjang mengalami penurunan harga yang merubah stabilitas harga pangan. Di antaranya, gula pasir, daging ayam kampung sedang, telur ayam kampung, bawang putih, buncis, minyak goreng kemasan sederhana, dan minyak goreng curah,” sebutnya.

Sedangkan terhadap Juli, tiga komoditas berasal dari 45 komoditas pangan strategis yang dipantau mengalami kenaikan harga dan merubah stabilitas harga pangan. Yaitu, daging ayam kampung besar, kacang kedele dan sawi bola.

“Sebanyak 18 komoditas mengalami penurunan harga dan punyai andil dalam stabilitas harga pangan. Yaitu daging ayam broiler, daging ayam kampung kecil, telur ayam ras, cabai hijau, cabai rawit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, kacang hijau, kacang tanah, ikan asin, teri, buncis, wortel, seledri, bawang bombai, minyak goreng kemasan sederhana, minyak goreng kemasan premium dan minyak goreng curah,” rincinya.

Ditambahkannya, kenaikan inflasi di Sumatera Barat khususnya di Kota Padang Panjang dipicu bersama tingginya permintaan terhadap bulan Ramadan dan Idulfitri terhadap Mei lantas sampai Iduladha terhadap Juli kemarin.

Kemudian, tingginya tingkat inflasi berlangsung gara-gara kenaikan harga cabai merah di Padang Panjang dan Sumatera Barat.

“Kenaikan harga bahan pangan ini disebabkan oleh biaya memproduksi berasal dari product pangan yang meningkat gara-gara curah hujan ekstrem sejak Mei sampai akhir Juli yang menyebabkan kenaikan harga makanan dan minuman. Sehingga merubah tingkat inflasi secara keseluruhan dan tetap banyak faktor lainnya,” bebernya.

Terkait bersama suasana demikian, ia menyarankan sehingga dilaksanakan koordinasi dan sinergi bersama Dinas Pangan dan Pertanian untuk pemantauan terhadap perkembangan memproduksi pangan di Kota Padang Panjang secara lebih intensif.

“Melakukan koordinasi dan sinergi antarpemerintah tempat dalam menanggulangi ketersediaan pangan, merawat ketersediaan komoditi pangan di pasar dan pengendalian distribusinya. Serta jalankan koordinasi bersama Pertamina untuk pengendalian harga dan ketersediaan BBM sehingga tidak terganggunya kegiatan distribusi pengangkutan barang komoditi,” tutupnya.

Pos terkait