Branding gagal dari taste of Padang

Catatan oleh: Yesi Isnaini Rachmah

Branding merupakan sebuah proses dan upaya komunikasi yang dilakukan oleh pemilik brand maupun organisasi untuk membesarkan sebuah nama, baik produk, daerah maupun wisata dan lainnya yang memiliki berbagai tahapan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan arti dari kata atau kalimat yang digunakan untuk memperkenalkan sebuah nama tersebut.

Dalam branding, jangan sampai terjebak dengan kata-kata yang dipilih sehingga memiliki makna ganda. Branding harus dipikirkan bagaimana produk tersebut sangat menjual kepada masyarakat. Karena bagaimanapun branding ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat agar perhatian mereka teralihkan.

Peran komunikasi menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam melakukan sebuah branding. Artinya komunikasi disini tidak saja hanya membentuk sebuah kesadaran dari masyarakat saja, tetapi juga kesetiaan terhadap produk yang dibranding tersebut sehingga memberikan ingatan yang kuat di alam bawah sadar masyarakat mengenai produk tersebut. Hal ini karena, dalam sebuah branding, masyarakat harus mampu melihat dan merasakan brand produk tersebut.

Selain komunikasi yang baik, kerjasama yang baik juga dibutuhkan dalam mengenalkan sebuah branding. Untuk itu, dibutuhkan adanya kekompakan antara berbagai kalangan, mulai dar akademisi, pemerintah, komunitas pelaku bisnis, media massa yang ikut mengkampanyekan dan konten-konten kreatif yang menarik.

Setelah kerjasama yang baik dilakukan dalam sebuah branding, perlu juga dipikirkan tentang bagaimana sebuah branding dicintai kepada masyarakat, sehingga memberikan emosi positif yang memberikan pandangan yang nyaman dari masyarakat sehingga mereka bisa memberikan jiwa raga mereka terhadap produk yang dibranding tersebut.

Taste of Padang merupakan sebuah branding dari berbagai wisata yang ada di daerah Sumbar. Dalam pembuatan dan menyebarluaskan branding ini, pemerintah menggunakan dana yang cukup besar, yaitu hingga Rp1,6 Miliar. Harga yang tidak murah untuk sebuah branding ini masih sangat dipertanyakan hasilnya. Masyarakat tidak terlihat sadar akan branding ini sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah yang di branding tersebut.

Taste of Padang cukup menjadi pro kontra diantara kalangan pegiat pariwisata di Sumatra Barat. Brand ini dianggap gagal karena beberapa alasan. Pertama, brand ini tidak diterima dengan baik oleh masyarakat, karena brand ini sama sekali tidak bisa menjual, masyarakat tidak tertarik untuk tau apakah itu Taste of Padang. Kedua, Taste of Padang, tidak mencerminkan berbagai kabupaten yang ada di Sumatera Barat, kata Padang justru mengkampanyekan masyarakat bahwa Sumatera Barat itu hanya Padang. Masyarakat yang selama ini hanya mengenal Padang dari pada Sumatera Barat justru dibuat membenarkan hal tersebut, bukannya memperbaiki mindset masyarakat tentang Sumatera Barat. Hal inilah yang menjadikan Taste of Padang ini termasuk branding yang gagal, tidak mewakili apa yang dikenalkan kepada masyarakat.

Kata Padang sebaiknya bisa diganti dengan Sumatera Barat atau Sumbar. Ini lebih mewakili berbagai kabupaten yang ada di Sumatera Barat, karena wisata yang dikenalkan bukan hanya yang ada di Padang saja, tapi seluruh wisata yang ada di Sumatera Barat yang sedang dibangun oleh pemerintah. Dengan begini, identitas Sumatera Barat akan semakin kuat, mengingat banyaknya biaya yang telah dibuang untuk branding ini.

Ada baiknya, pemerintah bisa duduk bersama dengan berbagai kalangan untuk membuat kesamaan makna yang kuat dari sebuah branding Taste of Padang, karena branding ini cukup menjadi penentu dari identitas sebuah produk yang tidak terkesan buru-buru dalam mengambil keputusan sehingga membentuk kata sepakat.

Branding gagal dari taste of Padang ditulis oleh Yesi Isnaini Rachmah mahasiswa Magister Komunikasi Universitas Andalas.

Pos terkait