Prospek Ekonomi Pertanian 2022

Catatan: Adpi Gunawan, SST (PP. Muda)

Setelah hampir dua tahun diterpa Covid-19, perekonomian Indonesia mulai terlihat geliat pertumbuhan yang positif pada dua kuartal terakhir tahun 2021.

Sektor pertanian tumbuh 1,31% (y-on-y) ada pada Q3-2021, meningkat signifikan dari 0,43% pada Q2-2021.

Sektor pertanian telah menjadi bantalan atau peredam (cushion) resesi, bahkan dapat menjadi andalan pemulihan ekonomi ke depan.

Demikian “kolom pakar” yang dimuat mediaindonesia.com tulisan Prof. Bustanul Arifin seorang ekonom Indef sekaligus Ketua Umum Perhepi pada Senin (20/12).

Bahkan, lanjut beliau, pada 2022 sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh sekitar 2%, dengan ekspektasi kinerja pada Q4 yang membaik sesuai konsistensi pola yang terjadi.

Fenomena Ruralisasi

Pandemi menyebabkan pertambahan tenaga kerja pertanian dan perdesaan yang cukup signifikan sehubungan dengan eksodusnya pekerja sektor industri dan jasa di perkotaan ke sektor pertanian dan perdesaan atau dikenal dengan istilah ruralisasi.

Apalagi Peraturan Menteri Desa, Pengelolaan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi memang telah mengakomodir penggunaan alokasi pembangunan di desa untuk sektor pertanian.

Prospek Pertanian Strategis

Sepanjang 2021 grafik penjualan CPO (Crude Palm Oil) terbilang menanjak, yang juga dinikmati petani sawit di Nagari Muaro Bodi-Kecamatan IV Nagari-Sijunjung, Jefrinaldi, mengatakan bulan lalu penjualan sawit TBS (Tandan Buah Segar) dijual seharga Rp. 2.500,-/kg.

Bahkan naiknya harga sawit juga berdampak pada naiknya harga minyak goreng yang dijual pengencer Rp. 20.000,-/kg di Pasar Sijunjung.

Jagung keringpun menuai cuan dengan mencetak rupiah sebesar Rp. 6.000,-/kg pada medio September lalu.

Cabai rawit bahkan lebih mahal dijual di pasaran, Rp. 48.000,-/kg bandingkan dengan cabai merah yang dijual Rp. 35.000,-/kg.

Meskipun BPS (Badan Pusat Statistik) dengan metode KSA (Kerangka Sampel Area) mencatat penurunan produktivitas padi dan jagung, namun petani, penyuluh, pengambil kebijakan tetap bergairah menjalankan fungsinya.

Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dewasa ini di era 4.0 adalah hal yang tak terelakkan penerapan teknologi guna mendukung akses informasi, teknologi maupun pasar.

Apalagi para penyuluh pertanian yang bernaung di BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) di hampir setiap kecamatan, bahkan Menteri Pertanian SYL (Syahrul Yasin Limpo) telah menggaungkan BPP sebagai Markas KOSTRATANI (Komando Strategis Pembangunan Pertanian) di tingkat kecamatan.

Progran SYL ini juga telah diaktualisasikan diantaranya melalui bantuan sarana prasarana paket IT yang bisa difungsikan juga untuk rapat virtual yang terhubung dengan AWR (Agricultural War Room) miliknya Kementan.

Dalam ekosistem inovasi mendukung jaringan kerja ekonomi pertanian (mengutip Prof. Bustanul Arifin), melibatkan ABGC (Academics, Business, Government, and Civil Society).

Tentu sebagai agent of change di bidang penyuluhan pertanian, kiranya kita berharap kepada institusi yang membidangi jaringan telekomunikasi milik pemerintah (government) yakni PT. Telkom bermurah hati juga di 2022 memasang jaringan telekomunikasi pada seluruh BPP apalagi BPP yang lokasinya di pinggir jalan negara dan jalan propinsi seperti BPP Kecamatan IV Nagari yang berada di pinggir Jalan Adinegoro (diambil dari nama Pahlawan Nasional asal Kota Sawahlunto)-Nagari Muaro Bodi-Kecamatan IV Nagari-Kabupaten Sijunjung. ***

Penulis merupakan Penyuluh Pertanian Muda di Kabupaten Sijunjung

Pos terkait