Membingkai Sumatera Barat

Catatan: Adpi Gunawan

Dalam sepekan terakhir ini sebagai urang awak, kita tentu patut agak berbangga. Bagaimana tidak, Masjid Raya Sumatera Barat ditetapkan sebagai tujuh Masjid Desain Terbaik di Dunia oleh Abdullatif Al Fozan Award pada 20 Desember 2021.

Sehari sebelumnya, 19 Desember 2021 kita juga memperingati Hari Bela Negara sebagai hari besar nasional yang merupakan satu-satunya hari besar nasional yang sejarah lahirnya berada di luar Jawa.

Biasanya, Hari Kemerdekaan historinya di Jakarta, Hari Sumpah Pemuda di Jakarta, Hari Pahlawan di Surabaya, Hari Kartini di Jawa Tengah, Hari Pendidikan Nasional di Yogyakarta, Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta, serta Hari Lahir Pancasila di Jakarta.

Hari Bela Negara baru diakui sebagai hari besar nasional pada 2006 oleh Presiden SBY kala itu dengan Gamawan Fauzi sebagai Gubernur Sumbar, diangkat dari peristiwa PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) dengan Ibukota Negara di Bukittinggi dan bergerilya melintasi 8 kabupaten/kota di Sumatera Barat.

Tahun 2017 lalu rendang juga telah dinobatkan sebagai makanan terenak nomor 1 di dunia oleh CNN, meskipun pada 2011 berada di posisi ke-11 dan pada 2021 kembali ke posisi ke-11 pula.

Kemudian Nagari Tuo Pariangan di Kabupaten Tanah Datar juga ditetapkan sebagai Desa Terindah Didunia pada 2012 oleh majalah Travel Budget.

Darimano titik palito,
Dari telong nan batali,
Darimano niniak kito,
Dari lereng gunung Marapi.

Demikian orang tua-tua kita di kampung menyampaikan petuahnya, karena Pariangan adalah nagari tertua di Minangkabau.

Tulisan ini tidaklah hendak mengajak kita kepada sudut pandang rasisme maupun sukuisme, tetapi lebih kepada kebanggaan sebagai bagian dari suku bangsa yang mendiami nusantara guna memantik etos kerja dan positif thinking dalam berkepribadian.

Setelah lama tak terdengar kabarnya (atau barangkali penulis yang kurang menyimak), Bapak Gamazan Fauzi seorang yang pernah menjadi Gubernur Sumbar sekaligus pernah pula diberi amanat sebagai Menteri Dalam Negeri oleh Pak SBY, pada Rabu pagi (22/12) turun gunung menulis di hariansinggalang.co.id dengan judul “Terbaik Dunia, Lalu Apa Setelah Itu?”

Sangat relevan memang tulisan Gamawan Fauzi, salah seorang putra terbaik Sumbar kelahiran Alahan Panjang, yang juga pernah menjadi Bupati Solok dan terkenal akrab dengan awak media ini.

Kita tak boleh larut dengan nostalgia masalalu, segala bentuk penghargaan ini dari sisi moral membutuhkan tanggungjawab yang harus dipikul bersama guna merawat, melestarikan, melanjutkan dan tak kalah pentingnya adalah menimbulkan nasionalisme sekaligus sisi positif dalam bidang ekonomi hendaknya.

Nagari-nagari di seluruh kabupaten/kota se-Sumatera Barat tentu diharapkan juga terjaga lalu lari dan berpacu guna melahirkan inovasi-inovasi untuk taraf hidup masyarakatnya dalam menghadapi tantangan global dan mewujudkan SDG’s (Sustainable Development Goals).*)

Penulis merupakan pemerhati sosial dan berdomisili di Sijunjung

Pos terkait