Tari Payung, Keindahan, Makna, dan Sejarah Seni Pertunjukan Minangkabau

Tari Payung, Keindahan, Makna, dan Sejarah Seni Pertunjukan Minangkabau. (Foto : Dok. Istimewa)
Tari Payung, Keindahan, Makna, dan Sejarah Seni Pertunjukan Minangkabau. (Foto : Dok. Istimewa)

TOPSUMBAR – Tari Payung adalah salah satu bentuk seni tari tradisional yang berasal dari Minangkabau.

Tarian ini memiliki sejarah panjang dan makna mendalam, serta menggunakan properti khas berupa payung.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih detail mengenai Sejarah Tari Payung, Makna dan Filosofi, Properti yang digunakan, serta Asal Mula tarian ini.

Bacaan Lainnya

Sejarah Tari Payung

Sejarah Tarian ini tidak bisa dipastikan dengan pasti, tetapi ada catatan sejarah yang mengungkapkan perkembangan tari ini.

Tari Payung awalnya dipentaskan sebagai bagian dari seni drama bernama “toonel” yang dipengaruhi oleh kelompok seniman dari Semenanjung Malaya selama masa penjajahan Belanda.

Di dalam pertunjukan drama toonel, Tarian  digunakan sebagai kesenian pelengkap.

Pada tahun 1920, Tarian semakin terkenal dan mendapat sambutan positif di masyarakat Bukittinggi.

Tarian ini awalnya ditata oleh Muhammad Rasyid Manggis dan kemudian dilanjutkan oleh Siti Agam, yang juga berperan dalam mengubah tari ini.

Siti Agam menjadi seorang yang sangat dihormati di Minangkabau dan merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam memperjuangkan peran perempuan dalam seni, termasuk dalam drama toonel.

Makna dan Filosofi Tari Payung

Tarian ini menceritakan kisah cinta dan kasih sayang, khususnya kisah remaja atau muda-mudi. Properti yang digunakan dalam tari ini memiliki makna mendalam:

1. Payung: Digunakan oleh penari pria untuk melambangkan perlindungan antara suami dan istri dalam rumah tangga. Penari pria melakukan gerakan memayungi penari wanita.

2. Selendang: Merupakan properti penari wanita yang melambangkan ikatan cinta yang suci dan penuh dengan kesetiaan. Selendang juga menggambarkan kesiapan untuk membangun rumah tangga.

Pos terkait