Deta dan Tingkuluak, Penutup Kepala Masyarakat Sumatera Barat

Deta dan Tingkuluak, Penutup Kepala Masyarakat Sumatera Barat. (foto: Dok istimewa)
Deta dan Tingkuluak, Penutup Kepala Masyarakat Sumatera Barat. (foto: Dok istimewa)

TOPSUMBAR – Secara umum, kebiasaan menutup kepala dengan kain yang bentuk ini sudah menjadi tradisi di banyak negara di dunia, khususnya di Asia Tenggara.

Hampir seluruh negara di Asia Tenggara mempunyai tradisi menutup kepala dengan kain yang terbuat dari bahannya sendiri.

Keunikan corak dan bentuk khas penutup kepala ini juga menunjukkan ciri budaya dan tingkat peradaban masing-masing suku di negara tersebut.

Di negara-negara di dunia, penutup kepala telah menjadi identitas sosial, ras, budaya, dan agama, seperti yang diungkapkan Fariz Fazul.

Oleh karena itu, bentuk lipatan kain, pola tenun dan ukiran serta cara penggunaan kain tersebut semuanya sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat.

Bahan-bahan yang digunakan sengaja dipilih dari bahan-bahan yang terdapat di lingkungan alam negara tersebut agar dapat dianggap sebagai simbol budaya masyarakat setempat.

Di beberapa negara dan daerah, penutup kepala bahkan telah menjadi industri bagi masyarakat untuk membuat souvenir dan memorabilia (cendera hsti).

Selain itu, hampir semua bentuk dan desain penutup kepala di berbagai budaya memiliki nilai dan makna tersendiri sebagai simbol budaya.

Kain penutup kepala juga mempunyai berbagai macam nama seperti ada yang disebut tandak, tanjak, kuluk, tengkolok, justar, songkok, getam, kerudung, segulung, blangkon, udeng, ikat kepala (destar), singguluang, saluak, tikuluak dan deta.

Dalam masyarakat adat Minangkabau Sumatera Barat, kain penutup kepala dibedakan menjadi dua nama, untuk membedakan kain penutup kepala yang digunakan wanita dengan kain penutup kepala yang digunakan pria.

Kain penutup kepala perempuan disebut tikuluak dan kain penutup kepala laki-laki disebut deta.

Selain itu, kain penutup kepala ini juga dapat menjadi tanda kewibawaan, kehormatan, kejayaan, status dan jati diri pemakainya.

Dr. Indra Utama Pensyarah Senior Fakulti Seni Gunaan & Kreatif, Universiti Malaysia Sarawak menyebut penutup kepala pada adat Minangkabau sebagai jati diri.

Penutup kepala merupakan simbol ketaatan orang-orang Minang terhadap adat istiadat di semua lapisan masyarakat.

Hal ini terlihat pada pembagian peran dan tugas antara perempuan dan laki-laki.

Peran tersebut berdampak pada perilaku dan sikap berpakaian sehari-hari.

Dibawah ini, Topsumbar jelaskan perbedaan tentang Deta dan Tingkuluak, yuk disimak!

Pos terkait