Musibah Pinjaman Paylater: Bikin Susah dapat Kerja, KPR Ditolak, Beasiswa pun jadi Korban

Musibah Pinjaman Paylater Bikin Susah dapat Kerja, KPR Ditolak, Beasiswa pun jadi Korban
Musibah Pinjaman Paylater Bikin Susah dapat Kerja, KPR Ditolak, Beasiswa pun jadi Korban (foto ilustrasi: Topsumbar.co.id/pexels)

Perempuan yang akrab disapa Kiki itu membeberkan bahwa nilai pinjamannya ada yang sebesar Rp 300.000 hingga Rp 400.000. Meskipun terbilang kecil, pinjaman-pinjaman yang kemudian menjadi tunggakan itu membuat credit score seseorang menjadi buruk.

“Terus kemudian mereka kadang mau melunasi tunggakannya sudah tutup. Kadang-kadang jadi masih gantung, mau dihubungi susah dan lain-lain. Jadi itu mesti hati-hati, itu nyata di sekitar kita,” pungkas Kiki.

3. Sulit mendapatkan beasiswa

Bacaan Lainnya

Kiki menambahkan credit score buruk juga akan menyulitkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dan beasiswa. Sejumlah lembaga beasiswa dan perusahaan memerhatikan riwayat kredit para calon karyawan dan pencari beasiswa.

“Itu bahayanya gitu, jadi ya masyarakat harus siap,” kata Kiki.

Hutang Milelial dan Gen Z karena Paylater

Generasi milenial dan sebagian generasi Z tercatat sebagai penyumbang terbesar kredit bermasalah atau (nonperforming loan/NPL) DPD30+ pay later per April 2023.

PT Pefindo Biro Kredit atau IdScore mencatat rasio NPLpay later telah mencapai 9,7% atau di atas batas aman rasio NPL 5%. Secara nilai hingga bulan keempat tahun ini sebesar Rp3,28 triliun atau naik 72,6% dari tahun ke tahun (yoy).

Berdasarkan umur, rentang usia 20-30 tahun menyumbang 47,78% terhadap NPL pay later. Kemudian diikuti usia 30-40 tahun (lebih dari 20%), 40-50 tahun, dan kurang dari sama dengan 20 tahun.

Sebaran NPL berdasarkan usia tersebut sejalan dengan pengguna NPL yang sebagian besar atau 50,11% berusia 20-30 tahun.

Kemudian rentang usia kedua terbanyak atau 28,2% adalah 30-40 tahun, 40-50 tahun (11,7%), kurang dari sama dengan 20 tahun (6.86%).

Selanjutnya usia 50-55 tahun dan lebih dari sama dengan 55 tahun, masing-masing, menyumbang 1,92% dan 1,54%.

Menurut Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu tren buruk NPL di produk paylater merupakan dampak dari kemudahan masyarakat mendapatkan pembiayaan dari layanan tersebut.

“Rata-rata pengajuan BNPL cukup mudah karena tidak menggunakan scoring seperti layaknya kartu kredit,” katanya.

Pos terkait