Sastrawan Sumatera Barat Eddy Pranata PNP Raih Anugerah Puisi Terbaik

Eddy Pranata, Sastrawan Asal Sumatera Barat.
Eddy Pranata, Sastrawan Asal Sumatera Barat.

JAKARTA, TOP SUMBAR — Bersaing dengan para penyair senior Indonesia dalam Lomba Cipta Cerpen dan Puisi Nasional 2019 yang diadakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Yayasan Hari Puisi, penyair asal Sumatera Barat Eddy Pranata PNP meraih anugerah puisi terbaik.

Pria kelahiran Padangpanjang 1963 ini dengan puisi “Matahari Jakarta yang Selalu Menyala” lolos sebagai 11 karya pemenang yang oleh ketua tim juri Maman S. Mahayana lomba yang juga bertepatan dengan Hari Puisi ini disebut sebagai ajang uji nyali sastrawan senior.

Kritikus sastra dari Universitas Indonesia UI tersebut, menyebut lomba ini selain diikuti masyarakat umum juga sastrawan senior banyak yang “turun gunung”, usai pengumuman dan penyerahan hadiah di Teater Kecil TIM Jakarta, kemarin (26/7) sore.

Selain nama Eddy Pranata PNP, Maman mengaku senang bahwa nama-nama sastrawan yang lolos sebagai 11 karya pemenang adalah tak asing di dunia sastra Indonesia.

Tampilnya nama-nama seperti Marhalim Zaini, Isbedy Stiawan ZS, Adri Darmadji Woko, Wayan Jengki Sunarta, Eddy Pranata PNP, Alex R. Nainggolan, Dadang Ali Murtono, “Artinya, ini juga sebagai indikasi lomba ini diminati dan mendapat tanggapan luar biasa,” imbuh dia dalam sambutan sebagai Ketua Yayasan Hari Puisi.

Lomba Cipta Cerpen dan Puisi digelar sekaligus rangkain Hari Puisi Indonesia 2019. Naskah yang masuk untuk puisi sebanyak 600-an, sedangkan cerpen sebanyak 235 karya. Pesertanya tersebar seluruh provinsi/daerah se-Indonesia.

Ke-11 pemenang puisi dan cerpen, masing-masing mendapatkan hadiah piagam dan uang pembinaan senilai Rp9.100.000.

Dewan juri lomba cipta cerpen adalah Maman S. Mahayana, Rida K. Liamsi, Ahmadun Yosi Herfanda. Sementara puisi digawangi Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM, Rida K. Liamsi

Berikut para pemenang untuk puisi.

1. Aku Mencarimu di Jakarta, Marhalim Zaini
2. Di Kota Tua Jakarta, Sulaiman Jaya
3 Kota Rindu di Pundak Waktu Jakarta, Ruhan Wan
4. Belok Kiri Jalan terus ke Kota Tua, Isbedy Stiawan ZS
5. Napak Tilas Ibu Kota, A’yat Khalilí
6. Septima Puisi Jakarta, Faris Al Faisal
7. Sebuah Lorong di Kota Tua, Alexander Robert Nainggolan
8. Merayakan Galungan di Jakarta, Wayan Jengki Sunarta
9. Matahari Jakarta yang Selalu Menyala, Eddy Pranata PNP
10. Muara Angke, Adri Darmadji Woko
11. Stasiun Sudirman, Ketut Sy. Abbas. (Yuni)

Pos terkait