Wali Kota Payakumbuh Jemput Bola ke Pusat Terkait Normalisasi Batang Agam

Pembangunan normalisasi sungai Batang Agam Payakumbuh.
Pembangunan normalisasi sungai Batang Agam Payakumbuh.

PAYAKUMBUH, TOP SUMBAR — Pada Rabu (02/01/2019) kemarin, dengan pesawat paling pagi kami sudah harus berangkat ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Tujuan, hendak ke Jakarta, Ibukota Negara. Pusat Pemerintahan dan juga
Pusat Keuangan serta Poros “Kue Pembangunan Nasional”. Tujuan lebih khusus ke Kementrian PUPR untuk “manjuluak” atau mengusulkan penambahan anggaran kegiatan Normalisasi Batang Agam untuk Tahun Anggaran 2020. Tanpa istirahat, pada hari itu juga kami langsung ke Kementerian PUPR. Usulan sudah harus masuk segera agar tidakterlambat. Dan, perjuangan tak sia-sia, Alhamdulillah usulan kita disetujui oleh Pak Dirjen.

Tujuan kedua adalah, kita ingin membuat embung yang ketiga sebagai sumber air kita di Kota Payakumbuh, setelah sebelumnya kita bangun dua embung di dekat Kubang Gajah dan Aur Kuning. Alhamdulillah juga disetujui oleh Kementrian PUPR melalui pak Dirjen untuk dibuat di Kawasan Baliak Kelurahan Payolansek, Kecamatan Payakumbuh Barat. Kita berharap, semoga dengan keberadaan tiga embung ini sumber air Kota Payakumbuh tercukupi, dan tentu tidak tergantung pada satu atau dua sumber lagi.

Target hari pertama, Done!!! Pada hari kedua, kami bertemu dengan senior di ITB, yaitu bapak Budi G Sadikin, Dirut Inalum. Saya datang bersilaturahim sekaligus ingin mendengar cerita beliau soal freeport yang belakangan memenuhi jagat media baik media cetak, elektronik dan medsos terkait divestasi sahamnya. Mungkin lain waktu akan saya ulas soal freeport, tapi ini adalah silaturahim biasa. Semoga tidak membuat kita terlalu tegang dengan hingar bingar jagat politik, terutama di Medsos karena saya lihat tidak saja di Jakarta, bahkan di skala Kota Payakumbuh hingar bingarnya juga terasa, bahkan juga bersileweran fitnah termasuk pada diri saya sendiri yang terus terang mengganggu
kredibilitas saya. Sudah sangat mengganggu dan keterlaluan.

Kita harus menyadari bahwa kerja keras kita tidaklah mudah karena memang kadang dihadapi oleh berbagai fitnah dan penolakan, yang alasannya tidak jelas, termasuk cerita senior kami tersebut sebagai Dirut Inalum terkait freeport. Dia katakan, saya ini merah putih kok dituduh pengkhianat bangsa!! Saya tahu dia sedang mengusahakan cara terbaik untuk mengambil freeport kembali, dan kami tahu sebagai alumni ITB punya semangat kerja yang luar biasa karena memang diajarkan begitu dalam kuliah terkait etos dan etika kerja. Bukan semangat hanya ketika dilihat pimpinan saja.

Sampai sampai keluar statement beliau kalau bangsa Indonesia itu harusnya kalau ada yang bagus didukung, bukan diiriin apalagi cuman asal beda. Namun itulah yang terjadi. Inilah Sikap yang membawa kita tidak pernah maju. Orang di Sumbar juga pada umumnya bisa jadi kurang maju karena perilaku seperti ini. Setiap ada pembangunan dicurigai,
setiap yang dibuat dituduh korup, setiap gerakan pemerintah nggak perlu didukung bahkan kalau perlu digagalkan. Terus kita mau jadi apa dong ? Padahal kita sudah melakukan berbagai perubahan kepada arah
yang lebih baik. Semoga kedepan kita bisa lebih baik.

Setelah bertemu di gedung energi dengan Dirut Inalum, saya balik ke Payakumbuh segera karena besoknya, Jumat sudah menunggu banyak kerjaan. Kami tidak sempat untuk berleh-leha walaupun bisa sehari lagi karena sudah setumpuk pekerjaan menunggu. Kadang saya bertanya pada diri sendiri karena setiap perjalanan dinas yang saya tanda tangani
atau via e-sppd bagi pegawai ke luar propinsi sepertinya para pegawai minta 3 hari atau lebih. Apa saja kerjanya sampai berlama-lama disana. Harusnya, siapapun kita, baik eksekutif maupun legislatif yang menggunakan uang rakyat untuk melakukan perjalanan dinas, jika urusan selesai, sesegeranya balik ke daerah agar terjadi efisiensi anggaran,
bukan berleha-leha menghabiskan uang rakyat.

Kecuali yang bersangkutan memang punya banyak urusan yang jelas capaiannya. Sikap efisien dan menjaga setiap rupiah agar bisa dipakai untuk kepentingan pembangunan belum menjadi tradisi kita. Semoga ini menjadi kesadaran bersama. (Toni)

Pos terkait