Palito Nyalo Ubah Paradigma Seni Budaya Minangkabau

PADANG, TOP SUMBAR–Kelompok seni dan budaya di Kota Padang terus berkembang sesuai zaman. Kelompok seni cenderung ditinggal oleh pewarisnya, dan jarang generasi penerus yang mau berkecimpung meneruskan. Akibatnya pewarisan seni tradisi dan budaya Minangkabau perlahan mulai punah. 

Hal inilah yang mengemuka saat pelatihan manajemen kelompok seni yang dilaksanakan oleh kelompok seni tradisi adat budaya Minangkabau Palito Nyalo di ujung tahun 2017 yang lalu. Kegiatan yang dilaksanakan di Kampung Wisata Budaya Pauh daerah Koto Panjang diikuti oleh 10 kelompok seni tradisi dan budaya se Kota Padang. Pelatihan ini dipandu oleh tiga narasumber yang berasal dari berbagai kalangan.

Dr. Pramono, Ketua Jurusan Sastra Daerah Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Unand memaparkan, persoalan kelompok seni tradisi di Kota Padang dan Sumatera Barat pada umumnya adalah ketidakmampuan kelompok dalam mengikuti perkembangan zaman saat sekarang. Pramono lebih jauh menjelaskan, hal tersebut tidak lepas dari lemahnya manajemen kelompok. Banyak kelompok seni tradisi di Kota Padang masih memiliki paradigma lama, baik dari tatacara pewarisan, maupun dalam tata kelola keuangan kelompok hingga minimnya terobosan untuk menarik perhatian minat generasi muda. 

“Untuk itu perlu kelompok seni tradisi dan budaya memperbaharui manajemen mereka. Kelompok seni dan budaya harus membaca psikologis dan keinginan generasi muda untuk kembali berminat dalam mempelajari seni tradisi dan budaya tersebut. Contoh sederhana, generasi muda sekarang menyukai hal yang bersifat seremonial, perlu kelompok membuat even dan acara sesuai keinginan mereka namun tidak meningalkan esensial nilai-nilai budaya. Seperti halnya even silat  di mall atau di tempat keramaian lainnya. Ataupun juga menjalin kerjasama dengan pihak sponsor sesuai program yang mereka miliki. Nah ini sekaligus dapat mengatasi kendala kesulitan keuangan dalam membuat even,” terangnya. 

Saparman, narasumber yang berasal dari Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat menitik beratkan kepada tatacara teknis pengajaran di kelompok. Kelompok tidak boleh kaku kepada tatacara lama dalam mengajar dan melatih. Pelatih seni dan budaya harus mampu menguasai teknik mengajar modern yang berbasis kepada psikologi anak. Anak-anak sekarang tidak dapat diajar atau dilatih dengan cara keras, namun dengan cara persuasif, terstruktur dan dijelaskan dengan logika. 

Saparman menambahkan, seorang pelatih seni dan budaya merupakan profesi sosial, namun dituntut sempurna. Karena dipundak mereka tertumpang program yang besar dalam melestarikan seni dan budaya. Untuk itu mereka harus dibekali dengan kemampuan mengajar yang mumpuni untuk mewariskan ilmu seni dan budaya tersebut. 

Hendri Usuf selaku praktisi seni tradisi di Kota Padang menitikan beratkan peran serta seluruh elemen masyarakat, pemerintah dan pihak swasta dalam menjaga keberlangsungan seni tradisi di Kota Padang. Keterlibatan orang tua, ninik mamak, lingkungan memiliki andil besar dalam mendukung program pelestarian seni tradisi di Kota Padang.

Terlebih dalam menyikapi fenomena generasi muda di Kota Padang saat ini yang cenderung menyukai kegiatan negatif yang berlawanan dengan tata cara adat budaya dan agama. Jika tidak didukung oleh ketiga elemen tersebut, apapun bentuk program yang dirancang dalam melestarikan seni tradisi dan budaya tidak akan berjalan dengan baik. 

Pelatihan manajemen kelompok seni tradisi yang dilaksanakan oleh kelompok Palito Nyalo tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Palito Nyalo dalam rangka menjaga keberlangsungan dan pewarisan seni tradisi dan budaya di kota padang. 

“Kami berharap dengan adanya pelatihan manajemen ini, kelompok seni tradisi di Kota Padang mampu menyikapi perkembangan zaman dan program pewarisan terus berjalan di Ranah Bingkuang ini,” terang Dasrul, Ketua Palito Nyalo. (H/Rl)

Pos terkait