Menikmati Tahu Siksa Saat MiGor dan Kedelai melangit

Catatan: Kamsul Hasan, SH, MH

Minyak goreng alias MiGor, membuat masyarakat sulit menjangkaunya. Meski HET sudah ditetapkan Rp 14 ribu tetapi harga di pasar melangit.

Ada harga Rp 14 ribu per liter, tetapi ga ada stoknya. Bila ada persediaan harganya mencapai Rp 20 ribuan atau 40 persen di atas HET.

Bacaan Lainnya

Pedagang pasar mengaku tidak bisa ikuti harga pemerintah karena stoknya kosong. Kalau pun ada harga belinya di atas Rp 14 ribu.

Harga Rp 14 ribu per liter kini mulai tersedia pada aplikasi belanja online. Itu pun belinya dibatasin maksimal 2 liter.

Sejumlah ibu yang sedang ngerumpi di Cafe Teras Mamih, Tebet Barat mengaku tidak jadi beli MiGor pada e-commerce.

“Lha, beli dua liter Rp 28 ribu, ongkirnya Rp 18 ribu. Jadi, hitungannya Rp 23 ribu per liter, enak beli yang Rp 20 ribu seliter,” ujar mereka.

Belum tuntas soal MiGor, kini masyarakat kesulitan mencari tahu tempe. Pengrajin tahu tempe mengeluh karena kedelai harganya naik terus.

Manusia harus berebut kedelai dengan babi yang diternak RRC. Itu yang menyebabkan harga kedelai impor dari AS terus naik.

Begitulah nasib bila andalkan impor, harga ikut pasar global. Indonesia menurut Kemendag hanya mampu mengisi 10 sampai 20 persen kebutuhan domestik, sisanya impor.

*Tahu Siksa*

Apakah tahu siksa akibat dua komoditas mengalami kenaikan. Tahu digoreng dengan hanya sedikit minyak ?

Menurut Pak Rob, tahu siksa, sering juga disebut tahu potek sudah lama ada. Pedagangnya berasal dari Serpong – Parung, perbatasan antara Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor.

Dulu hampir setiap malam ada yang lewat di Mangga Besar, Jakarta Barat. Sekarang sudah jarang, setelah kereta api melarang pedagang pikulan.

Disebut tahu siksa karena tahu berwarna kuning itu digoreng gunakan sedikit minyak. Ada suara khas dan kepulan asap karena penggorengan panas, seperti disiksa.

Tahu asli buatan Gunung Sindur, Serpong – Parung juga disebut “tahu potek” karena makannya panas-panas, jadi sepotek demi sepotek.

Pedagangnya khas gunakan pikulan dan “lampu sempor”. Harga jualnya bervariasi sampai Rp 2.000.

Selain kedelai dan MiGor juga mahalnya ongkos angkutan dari Parung ke Ciputat lalu Ciputat – Kebayoran Lama.

Jakarta, 21 Februari 2022

Kamsul Hasan merupakan Ketua Bidang Kompetensi PWI Pusat, Dosen IISIP, Jakarta dan Mantan Ketua PWI Jaya 2004-2014

Pos terkait