Mengenal Lebih Dekat Kelompok Islam Tatar di Polandia

Oleh: Taufiq Lamsuhur *

Dalam kunjungan kerja ke Kota Bialystok bulan Februari 2020, tepatnya pada tanggal 25 Februari, kami berkesempatan berkunjung ke kota kecil Kruszyniany yang menjadi salah satu pusat masyarakat muslim di Polandia.

Di sini terdapat salah satu masjid tertua di Polandia yang dibangun pada abad ke-18 (satunya lagi terdapat di Bohoniki). Diperkirakan masjid ini didirikan pada tahun 1679 setelah kawasan ini diberikan hak khusus oleh Raja Polandia John III Sobieski.

Bacaan Lainnya

Sebagai orang Islam dan psikologis sesama Islam adalah bersaudara, muncul rasa keterikatan dengan Masjid Kayu Kruszyniany dan rasa ingin tahu bagaimana praktek sholat dan puasa serta ibadah-ibadah lainnya di masjid tersebut dan bagaimana pula pola hidup masyarakat di sekitar masjid.

Setelah bicara-bicara dengan salah seorang tetangga yang tinggal di dekat masjid, yang bersangkutan menyebutkan akan memanggil “Ismail” yang biasanya menjadi pemandu jika ada yang mengunjungi masjid.

Tidak beberapa lama kemudian, Ismail datang dan mulai memandu kami memasuki masjid kayu yang didomininasi oleh warna hijau tersebut dan bercerita mengenai sejarah Suku Tatar, pembangunan dan eksistensi mesjid serta situasi kontemporer dari Suku Tartar saat ini.

Ismail dengan penuh antusias memulai ceritanya dengan aspek sejarah dari masyarakat Tatar, yang disebutkan lebih dekat kepada salah satu kelompok suku bangsa di Turki dan uniknya kelompok ini memiliki rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang kuat dengan Suku Tatar yang ada di beberapa negara di sekitar Polandia, yaitu : Lithuania, Belarusia dan beberapa pecahan negara Uni Soviet lainnya.

Bangunan masjid tidak begitu besar, sekitar 12 meter x 13 meter. Masjid memiliki 2 (dua) menara dan juga 2 (dua) pintu terpisah, untuk membedakan alur masuk jamaah wanita dan pria.

Interior masjid dipenuhi dengan beberapa tulisan kaligrafi yang ditempel di dinding masjid. Terdapat juga mihrab untuk posisi imam dan sebuah mimbar untuk para khatib yang hendak menyampaikan khutbah.

Lantai masjid dihiasi berbagai karpet khas Turki dan juga beberapa sajadah terlihat terhampar di beberapa bagian masjid.

Dari sisi dalam masjid, juga terlihat adanya perbedaan tempat sholat bagi perempuan dan pria. Perempuan terletak di bagian belakang masjid dan hanya dibatasi oleh sekat ruangan yang sengaja dibangun.

Sementara itu, pada bagian belakang masjid juga terdapat lantai 2 (dua) seperti halnya balkoni yang dapat memuat 2 (dua) shaf jamaah pria.

Terkait dengan ritual keagamaan, rupanya Masjid Kruszyniany tidak lagi mengumandangkan azan 5 (lima) waktu karena tidak banyak lagi orang muslim di sekitar mesjid.

Mereka telah banyak pindah ke kota-kota besar di Polandia untuk mencari kerja karena dorongan faktor ekonomi.

Namun pada saat lebaran (Ied Fitr dan Ied Adha), sebagian mereka mudik dan selama beberapa hari kegiatan masjid kembali normal, termasuk shalat berjamaah dan shalat Jumat.

Diakhir penjelasannya mengenai masjid, Ismail juga menyampaikan bahwa muslim tidaklah mayoritas di kota kecil Kruszyniany karena terdapat juga kelompok masyarakat Yahudi, Kristen Katolik dan Kristen Kartodoks yang semuanya hidup berdampingan penuh harmoni.

Istilah Tatar sendiri adalah salah satu suku dari bangsa Mongolia, yang di masa Raja Jengis Khan menyebar kemana-mana hingga ke dataran Eropa.

Sementara itu, agama Islam sendiri mulai masuk ke Polandia pada abad ke-14, dibawa oleh para tentara Turki, yang berkembang di wilayah perbatasan Lithuania, Rusia, Ukraina dan Polandia. Sehingga saat ini istilah Tatar tidak bisa juga dilepaskan dari budaya Turki.

Bangsa Eropa seringkali mengkonotasikan suku atau bahasa Tatar sebagai bagian dari budaya Islam Turki yang berkembang di daerah perbatasan Rusia dengan Eropa Tengah.

Berdasarkan sensus tahun 2002, terdapat sekitar 3.000 populasi Suku Tatar di Polandia dan biasanya mereka memiliki 2 (dua) nama, nama Polandia dan juga nama Islam, meskipun lebih sering digunakan adalah mana Polandia.

Ryzwanowicz, Tataranowicz dan TaterczyƄski adalah nama-nama belakang yang juga sering digunakan.

Dalam konteks kenegaraan Polandia, kelompok Muslim Tatar dikenal sebagai kelompok masyarakat yang memiliki kekuatan fisik dan strategi berperang yang hebat dan suku Tatar telah memiliki asosiasi kemasyarakatan yang diakui oleh negara Polandia sejak tahun 1925.

Namun perkembangan berikutnya tidak pernah lagi tercatat aktivitas yang signifikan dari asosiasi ini, terutama pada masa Perang Dunia Kedua dan periode komunisme di Polandia.

Pada tahun 1992, asosiasi masyarakat Tatar Polandia kembali mendaftarkan diri sebagai salah satu komunitas di Polandia secara hukum.

Selanjutnya pada tahun 1994, dimulailah inisiasi pembentukan Islamic Center di Kruszyniany dan baru terealisasi pembangunan gedung dan kompleknya pada tahun 2015.

Islamic Center ini diresmikan pada tanggal 16 November 2015. Mesjid di Kruszyniany sendiri saat ini merupakan salah satu cagar budaya yang dikelola oleh National Heritage Board of Poland, sehingga aspek pemeliharaan dan pengelolaan mendapat bantuan dari Pemerintah Polandia.

Bagi anda yang berminat berkunjung ke Kruszyniany maka sebaiknya berkunjung di musim panas karena di daerah ini juga terdapat festival budaya tahunan Sabantuj yang menampilkan kebudayaan khas suku Tatar dalam bentuk tarian, permainan, kuliner dan fashion. ()

*Penulis:
Taufiq Lamsuhur
Consellor Ekonomi pada KBRI Warsawa
Pemerhati Isu-Isu Keislaman (tulisan ini merupakan pandangan pribadi penulis, tidak merefleksikan pandangan istitusi kelembagaan tertentu).

Pos terkait