Komunitas Gubuak Kopi Rilis Album dan Halaman Karya “Mandanga Ota Urang”

Screen capture laman proyek seni Lapuak-Lapuak Dikajangi #3 Mandanga Ota Urang
Screen capture laman proyek seni Lapuak-Lapuak Dikajangi #3 Mandanga Ota Urang

Mandanga Ota Urang adalah bahasa Minangkabau yang berarti mendengar “obrolan orang-orang”. Karya ini merupakan proyek bunyi hasil residensi daring Theo Nugraha dan 10 kolaborator anaik muda Solok yang difasilitasi komunitas Gubuak Kopi dalam rangkaian proyek seni Lapuak-Lapuak Dikajangi #3. Sebuah studi tentang nilai-nilai tradisi melalui proyek seni media yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi, sejak tahun 2017. Proyek ini dikuratori oleh Albert Rahman Putra, dan sudah dimulai sejak 5 September 2020 lalu, dengan tema kuratorial “Merayakan Silaturahmi di Normal Baru”.

Dalam prosesnya para partisipan bermain-main dengan perangkat media sosialnya, membuat pemetaan bunyi di sekitarnya, dan berbagi melalui fitur voice note pada chat group media sosial Instagram. Dalam chat group tersebut, data audio muncul sebagai grafik-grafik. Fenomena grafik dan audio ini dikembangkan oleh Theo untuk dikomposisi ulang sebagai karya video musik baru.

Para kolaborator diberi kebebasan untuk memilih bunyi dalam kerangka kerja soundmap untuk mendata, dan mengindentifikasi soundscape sekitar mereka. Kemudian para partisipan menggunakan pendekatan field recording untuk metode perekamannya. Dalam pengoalahan bunyi, mereka mencoba kemungkinan dan temuan eksperimentasi bunyi di media sosial sehari-hari dalam mengalami bunyi di kota mereka berasal.

Bacaan Lainnya

Hasil proyek bertajuk “Mandanga Ota Urang” ini dibagi menjadi 3 bagian dalam satu halaman website: gubuakkopi.id/theonugraha . Halaman ini disajikan sebagai presentasi publik project dan aktif pada Sabtu, 12 September 2020, pukul 20.00 WIB. Tiga bagian tersebut adalah: 1) audiovisual komposisi soundscape “Mandanga Ota Urang”; 2) Peta grafik bunyi sosial media dalam bentuk tangkapan layar instagram; 3) field recording para partisipan selama proses pengumpulan data yang dirangkum sebagai
album di platform bandcamp.

Koloborator “Mandanga Ota Urang”: Zekalver Muharam ( @miyako____chan ), Muhamad Riski ( @muhrisky15 ), Biahlil Badri ( @m.biahlil_badri ), Septian Fernandus Sinaga ( @septianfernandus30 ), Ade M.S ( @adhe_gooners94 ), Selamat Mulyadi ( @mulyadi020116 ), Muhammad Adam Yusuf ( @adam.yq ). Q, Fatir M. Akbar ( @akbar_fatir10 ), Agung Yusuf ( @agung_yusuf ), Volta A. Jonneva ( @volta_jonneva ).

Selain Theo Nugraha dalam proyek seni Lapuak-lapuak Dikajangi #3 terdapat 5 seniman lainnya yang juga segera mempresentasikan karyanya, antara lain:

Taufiqurrahman, yang biasa disapa Kifu, designer dan seniman visual asal Palu; Siska Aprisia, penari, koregrafer, dan pegiat budaya asal Pariaman dan kini berdomisili di Yogyakarta; Avant Garde Dewa Gugat a.k.a AGDG, komposer dan sound artist asal Padangpanjang; Robby Ocktavian, pegiat budaya dan seniman performans asal Samarinda; dan Utara Irenza, penari dan aktor asal Agam. (Albert)

Pos terkait