Eksistensi dan Kontribusi Perhimpunan Pelajar Indonesia di Polandia : Tinjauan Sejarah dan Kekinian

Oleh: Taufiq Lamsuhur

Tidak terdapat catatan sejarah yang memadai mengenai sisi sejarah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Polandia.

Namun demikian, setidaknya telah terdapat cikal PPI Polandia sejak tahun 1957 di saat untuk pertama kalinya terdapat 10 orang mahasiswa Indonesia yang dikirim oleh Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan studi S1 mereka di Polandia.

Bacaan Lainnya

Beberapa anggota PPI generasi pertama ini masih hidup hingga saat ini dan diantara mereka ada yang memilih menetap di Polandia, antara lain Bapak Soegijanto Darmonegoro (85 tahun, Jurusan Teknik Mesin pada Universitas Teknik Warsawa) dan Bapak Situmorang (85 tahun).

Keberadaan mahasiswa Indonesia semakin meningkat di Polandia, terutama sejak adanya skema beasiswa Ignacy Łukasiewicz yang ditawarkan oleh Pemerintah Polandia sejak tahun 2015, dengan kuota sekitar 20-25 beasiswa setiap tahunnya.

Melalui skema ini, para mahasiswa Indonesia dapat menempuh pendidikan S2 dan S3 mereka setelah melewati proses pendidikan bahasa Polandia, 3-6 bulan di beberapa pusat studi Bahasa Polandia di Lodz, Krakow dan Wroclaw.

Milestones berikutnya dari keberadaan para mahasiswa Indonesia di Polandia adalah adanya program pengiriman mahasiswa-mahasiswa NTB ke Eropa yang diinisiasi oleh Gubernur NTB Bapak Zulfiklimansyah sejak tahun 2017.

Diawali dengan pengiriman batch pertama pada Oktober 2018 (19 orang), gelombang berikutnya adalah Februari 2019 (27 orang), September 2019 (26 orang) dan 2020 (22 orang).

Kerja sama pengiriman mahasiswa ini dilakukan dengan beberapa universitas di Polandia, antara lain: Vistula University, Collegium University, Copernicus University dan Warsawa University of Life Sciences.

Seiring dengan kemajuan dan keterbukaan sistem pendidikan Polandia, termasuk ramifikasi (dampak mengarah ke yang positif -red) dari efek bergabungnya Polandia ke dalam UE (2004), Polandia juga menjadi tujuan dari penerima beasiswa Erasmus dalam bentuk program “Sandwich Course” yang juga dimanfaatkan oleh para mahasiswa Indonesia yang awalnya studi di negara-negara Uni Eropa lainnya.

Di samping itu juga terdapat program pertukaran mahasiswa atau magang dalam kerangka AIESEC yang diikuti oleh para mahasiswa Indonesia di Polandia.

Beberapa mahasiswa Indonesia juga ada yang kuliah dengan biaya mandiri di Polandia.

Hal ini menjadi pilihan karena sistem kuliah yang berbahasa Inggris dan biaya kuliah serta akomodasi yang relatif murah di Polandia apabila dibandingkan dengan negara-negara di Eropa lainnya.

Saat ini untuk tuition fee atau uang kuliah, berkisar antara 2.000-2.500 Euro per-semester atau sekitar 32-40 juta rupiah. Sementara untuk akomodasi dan biaya hidup berkisar antara USD 600-800 setiap bulannya.

Sebagai organisasi dan sebagai individu anggota, PPI saat ini telah menjadi “duta-duta” yang mempromosikan Indonesia dalam berbagai hal di Polandia.

Mulai dari promosi produk Indonesia, promosi budaya Indonesia, promosi pariwisata Indonesia hingga promosi Indonesia dalam bentuk yang tidak langsung melalui pemikiran-pemikiran mereka yang dimunculkan dalam diskusi dan tulisan di perkuliahan dan interaksi yang dilakukan dengan berbagai komunitas di Polandia termasuk mahasiswa asing yang sama-sama menuntut ilmu di Polandia dengan mereka.

Kontribusi PPI juga dapat dirasakan dari kegiatan-kegiatan berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan para mahasiswa Indonesia yang berada di tanah air.

Kegiatan-kegiatan terkait yang dilakukan antara lain: mengisi acara di radio, membuat video singkat di youtube, webinar atau melalui tulisan di berbagai platform media sosial yang ada.

Yang paling menarik dari sesi berbagi pengetahuan dan pengalaman ini adalah karya tulis atau tulisan para PPI Polandia yang diwujudkan dalam bentuk buku dan artikel-artikel di media massa di Indonesia.

Selama periode 2018-2021, terdapat setidaknya 8 (delapan) buku yang telah dihasilkan oleh PPI Polandia, baik karya sendiri maupun karya bersama.

Buku-buku tersebut adalah :

  1. Lihatlah Lebih Dekat (Altifani Rizky Hayyu: 2018)
  2. 5 Negara: Ratusan Beasiswa, Ribuan Cerita (Altifani Rizky Hayyu dkk, 2020).
  3. A Note from 6920 Miles: Kesaksian Langit di Belahan Bumi Warsawa (Mohamad Tamrin: 2020)
  4. Dzien Dobry Polandia (Raji Ansyah: 2020)
  5. Jejak Alumni di Polandia (PPI: 2020).
  6. Baterei pada Sistem Tenaga Listrik: Penggunaan Baterei untuk Kestabilan Frekuensi (Candra Saigustia: 2020)
  7. Konspirasi Rasa (Kurniawan Taufik: 2020).
  8. Re-imagining Education: Expanding Our Definition of Intelligence (Fitria Anis Kurly: 2021)

Dalam kesempatan wawancara dengan Altifani Rizky Hayyu, yang saat ini menjadi Ketua PPI Polandia (2020-2021), terungkap bahwa suasana di Polandia dan juga dampak dari pandemi Covid-19 memberikan inspirasi dan waktu yang lebih kondusif bagi para mahasiswa untuk mengembangkan bakat menulis mereka dan ini telah terbukti dengan hasil karya para PPI Polandia.

Altifani Rizky Hayyu atau sering dipanggil Tifani ini, adalah seorang “diaspora” Minang, keturunan Minang-Jawa yang saat ini tengah melanjutkan studi S3 di Universitas Jagiellonian, Krakow di bidang ilmu Fisika, sejak tahun 2019 lalu.

Tifani adalah mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan di kampus dan ekstra-kurikuler (youtuber, blogger, penulis, dll) sehingga teman-temannya mempercayakan Tifani sebagai Ketua PPI Chapter Polandia untuk periode 2020-2021.

Tifani menamatkan studi S1-nya di Universitas Indonesia dan kemudian mendapatkan beasiswa Ignacy Łukasiewicz untuk tingkat S2 di AGH University of Science and Technology, Krakow.

Bercerita mengenai PPI tidak lengkap apabila tidak dikaitkan dengan sejarah perkumpulan atau perhimpunan pelajar Indonesia di Indonesia maupun di luar negeri pada awal-awal berdirinya negara Indonesia.

PPI atau Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia dalam sejarahnya dibentuk pada tahun 1926 oleh para pelajar-pelajar Indonesia yang saat itu bersekolah di berbagai lembaga studi Hindia Belanda, antara lain: THS (Technische Hoogeschool te Bandoeng, cikal bakal ITB Bandung), STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen, menjadi cikal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesua) dan RHS (Rechtshoogeschool te Batavia, Sekolah Tinggi Hukum Jakarta).

Sementara itu di luar negeri, PPI pertama kali dibentuk di Belanda dengan cikal organisasi yang bernama Perhimpoenan Indonesia (PI) yang diinisiasi oleh para mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Belanda, antara lain: Mohammad Hatta, Soetomo, Sutan Sjahrir dan Achmad Soebardjo pada tahun 1926.

Penulis:
Taufiq Lamsuhur
Counsellor Ekonomi pada KBRI Warsawa, Polandia
Pengamat Isu-isu Sosial

Pos terkait