Dede Raih Gelar Doktor Bidang Pendidikan Teknologi dan Kejuruan pada UPI Bandung

Dede, ya namanya hanya terdiri dari empat huruf. Tergolong nama cukup pendek. Tapi mudah diingat. Namun juga siapa sangka di belakang namanya terpajang sejumlah gelar akademis. Antara lain, S. Kom dan M. Kom.

Dede, S. Kom. M. Kom adalah putra Sukabumi Jawa Barat yang lahir di Sukabumi pada tanggal 10 Mei 1976. Saat ini Dede, S. Kom. M. Kom menjadi dosen di salah satu Perguruan tinggi swasta di Sukabumi, Jawa Barat.

Tamat DIII PTP tahun 1999. Kemudian bekerja di perbankan, di Bank BNI. Pada tahun 2007 memutuskan pulang ke Sukabumi dan mengajar di perguruan tinggi.

Selanjutnya tahun 2009 melanjutkan S1 pada STMIK Jawa Barat dan lulus tahun 2011.
Berlanjut tahun 2013 mengambil S2 di Universitas Budi Luhur hingga tamat tahun 2015 dengan gelar M. Kom. Selain itu juga mengambil D3 komputer, S1 komputer, S2 komputer.

“Pada jenjang S3 saya mengambil jurusan yang berkaitan dengan teknologi IT pada Universitas Pendidikan indonesia (UPI), Bandung,” ujar Dede, S. Kom. M. Kom dalam keterangan tertulis diterima Topsumbar.co.id, Selasa, (24/08/2021).

Dikatakan Dede, S. Kom. M. Kom, pada Jumat, 20 Agustus 2021 lalu, melalui online zoom meeting ia telah sah dan resmi menyandang gelar Doktor bidang Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

Gelar tersebut diraihnya pada pasca sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan waktu masa study 4 tahun.

Pada sidang promosi doktornya ia berhasil mempertahankan disertasi berjudul :*Desain dan implementasi laboratorium virtual 3D di Pendidikan Vokasi*

Disertasi tersebut dipertahankan Dede, S. Kom. M. Kom dihadapan dua orang penguji yaitu Prof. Dr. Enjang Ahmad Juanda, M.Pd, Mt. T dan Prof . Ir. Atep Arist Nu’man, MT. PhD,. IPM.

Keberhasilan Dede, S. Kom. M. Kom meraih gelar doktor tak terlepas dari arahan dan bimbingan dari promotor Dr. Dedi Rohendi, MT, Prof. Dr. Ade Gaffar Abdullah, MSi dan Prof. Dr. Budi Mulyanti, MSi serta didukung semangat dan kerja keras Dr Dede yang gigih dan optimis menyelesaikan study.

Pada disertasinya Dede, S. Kom. M. Kom menyebut bahwa media mobile/hp adalah salah satu media pilihan yang efektif untuk media pembelajaran disamping komputer dan laptop.

Sebab Hp dapat diakses dimana saja dan dibawa kemanapun beraktivitas sehingga tidak mengenal ruang dan waktu.

Tetapi masih belum maksimal digunakan untuk pembelajaran sehingga menyebabkan pendidikan di Indonesia dibanding dengan negara tetangga kita masih perlu berbenah dan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas mutu pendidikan terutama dalam pemanfaatan laboratorium virtual 3D di pendidikan Vokasi.

Selesai sidang terbuka melalui sambungan telephon Dr. Dede, M. Kom mengungkap rasa suka cita dan puji syukur kepada Alloh SWT dan terimakasih kepada isteri tercinta yang telah menemani dalam suka duka

Rasa suka cita tersebut juga dirasakan oleh salah satu teman dan sahabat terbaik Dr Dede yaitu Amrizakar, SH, M. Kn yang juga sedang menyelesaikan study S3 di salah satu perguruan tinggi terbaik di Malaysia yaitu pada Almadinah Internasional University Malaysia.

Melalui sambungan telephon, sesuai pengakuan Amrizakar, SH. M. Kn kepada Topsumbar.co.id , ia mennyampaikan ucapan selamat dan sukses kepada Dr Dede, M. Kom.

“Saya ikut merasa termotivasi untuk segera menyelesaikan S3 tersebut,” ucap Buya Amri, sapaan akrab Amrizakar, SH. M. Kn.

Lebih lanjut, Dr. Dede, M. Kom dalam keterangan tertulisnya menyebutkan topik riset desertasinya berkaitan dengan pendidikan tinggi avokasi di Indonesia.

Melatarbelakangi riset ini adalah Perguruan tinggi sepenuhnya belum maksimal melaksanakan standar dari pemerintah. Yaitu Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Disana dicantumkan bahwa penyelenggara pendidikan tinggi avokasi harus menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan memiliki daya saing global.

Nah, sementara data yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan angka pengangguran terbuka lulusan Diploma III (D3) menyumbang sebesar 5,59 persen.

Kemudian data World Economic Forum di Asia Tenggara dan data dari Ritney Network Indeks (RNI) di Asia Tenggara, Indonesia berada pada urutan 65 dari 130 negara.

Sementara negara-negara yang sejajar dengan Indonesia berada dibawahnya. Seperti Malaysia urutan 31, kemudian Thailand dan Vietnam itu berada dibawah Indonesia. Pada hal potensi SDM Indonesia cukup untuk dipenuhi.

“Berdasarkan hal di atas, maka dari tahun 2017 saya melakukan riset atau penelitian di pendidikan avokasi. Studi kasusnya di perguruan tinggi avokasi di Jawa Barat. Diantaranya, Politeknik, Universitas dan Akademi yang menyelenggarakan program DIII,” sebut Dr. Dede, M. Kom.

Terakhir, disebutkan Dr. Dede, M. Kom, terkait hasil riser yang dilakukannya, antara lain, menghasilkan disain laboratorium Virtual 3D yang bisa digunakan oleh pendidikan tinggi avokasi, khususnya jurusan teknik mesin otomotif.

Kemudian tentang pendidikan avokasi di Indonesia, kenapa SDM orang Indonesia bisa lemah dati negara lain?

“Karena memang dukungan SDM dan sarana prasarana yang dimiliki oleh perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi swasta yang masih kesulitan dalam pengadaan alat, karena cukup mahal, apalagi variannya. Seperti mobil, misalnya,” Pungkas Dr. Dede, M. Kom.

(AL)

Pos terkait