Besok Siang Duo Mantan Gubernur Sumbar Jadi Pembicara Dialog Internasional Perantau Minang Dunia, Halal Bi Halal dan Tausiyah UAS

Siang besok pukul 13:00 WIB atau bertepatan Kamis, 25 Juni 2020, bakal berlangsung dialog internasional masyarakat Minang dunia melalui Zoom.

Sejumlah tokoh Minang, sebut saja misalnya dua mantan Gubernur Sumbar, H. Azwar Anas dan H. Gamawan Fauzi, serta tokoh Minang lainnya, baik dari tanah air maupun mancanegara (lihat gambar -red) bakal jadi pembicara dalam dialog internasional masyarakat Minang yang akan dimoderatori Prof. dr. Fasli Jalal, Sp.GK, Ph.D (Pembina MDN-G).

Selain dialog dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Minang Saiyo Sydney, Surau Sydney Australia dan bekerja sama dengan Universitas YARSI, Minang Diaspora Network-Global, ACT (Aksi Cepat Tanggap) dan PDA Travel, juga sekaligus digelar halal bi halal dan tausiyah oleh Ustadz Abdul Somad atau populer disingkat UAS.

Bacaan Lainnya

Direktur Eksekutif Minang Diaspora Network Global (MDN-G), Burmalis Ilyas, S.Ag, S.IP, MA, M.Si, mewakili panitia kegiatan dalam undangan yang ia share dijejaring WAG MDN-G juga diterima Topsumbar.co.id, menerangkan dialog internasional besok siang itu mengangkat tema ‘Budaya Merantau Masyarakat Minang dan Pelestarian Adat, Budaya dan Bahasa Minang Dirantau’.

Sebelumnya pada tanggal 20 Mei 2020 lalu, sebut Burmalis, Minang Saiyo Sydney dan Surau Sydney Australia bekerja sama dengan Minang Diaspora Network-Global, ACT (Aksi Cepat Tanggap) dan PDA Travel telah pula menggelar dialog internasional tokoh dan masyarakat Minang se-dunia dengan mengangkat tema, ‘Surau Sydney Australia dan Masa Depan Generasi Muda Minang di Rantau’.

“Alhamdulillah antusias peserta dan kehadiran tokoh-tokoh minang nasional dalam video conference via aplikasi Zoom yang berlangsung selama dua jam lebih waktu itu mendapat sambutan luar biasa dari netizen,” sebut Burmalis.

Berikutnya terang Burmalis, di bawah ini kerangka acuan atau ToR (term of reference)
*Dialog Internasional dengan tema : *Budaya Merantau Masyarakat Minang dan Pelestarian Adat, Budaya dan Bahasa Minang di Rantau*

Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat matrilineal tapi terkenal dengan budaya merantau sekaligus budaya bisnisnya (budaya berdagang / entrepreneur). Hampir di setiap kota besar Indonesia dan beberapa kota besar dunia pasti kita jumpai Perantau Minang yang sudah beranak pinak di rantau orang.

Kita paham akan perkembangan budaya merantau yang telah dilakukan sejak turun temurun. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang merantau, diantaranya karena faktor ekonomi, faktor alam, faktor pendidikan, bahkan ada juga karena faktor tradisi atau budaya.

Merantau, istilah yang sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita, merupakan salah satu tradisi yang sudah melekat pada beberapa suku di Indonesia, termasuk Suku Minangkabau.

Tradisi merantau ini sendiri dapat diartikan perginya seseorang dari tempat asal untuk mencari kehidupan baru.

Merantau di Minangkabau merupakan suatu budaya yang telah terjadi sejak lama, dan dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Minangkabau. Merantau merupakan kewajiban kultural bagi laki-laki di Minangkabau, agar dapat sukses sehingga mampu memajukan kampung halaman berbekal pengalaman yg didapat di rantau tersebut.

Ada pepatah” karatau madang dihulu babuah babungo balun, marantau lah bujang dahulu di rumah paguno balun” yang menggambarkan betapa besarnya peran mengalaman merantau ini bagi pemuda Minang sebelum mereka diakui sebagai orang yang berguna bagi kampung halamannya.

Sesuai dengan perkembangan zaman maka merantau saat ini juga dilakukan oleh perempuan. Keikutsertaan perempuan Minang ini tentu memiliki motif dan makna tersendiri yang kemudian menjadikan mereka mampu melakukan hal-hal yang dilakukan oleh laki-laki di Minang.

Di perantauan orang Minangkabau memerankan berbagai bentuk pekerjaan, mulai dari berdagang di kaki lima, pedagang eceran dan pemilik toko sampai menjadi pengusaha.

Banyak juga diantara mereka yang menjadi guru dan pengelola pendidikan serta petugas kesehatan, ada yang menjadi pendakwah agama Islam sampai menjadi ulama, dan sebagian bergerak di bidang kesenian dan industri kreatif, serta sebagian lagi bekerja sebagai pegawai negeri sipil.

Disektor keamanan dan pertahanan negara (TNI/Polri) sampai ada yang menjadi konglomerat atau pejabat terkemuka bahkan menjadi diplomat yang disegani.

Sejarah Indonesia menunjukkan betapa besarnya pengaruh tokoh-tokoh politik asal Minangkabau dalam pergerakan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa masyarakat Minang yang merantau selama ini ikut berpartisipasi membantu pembangunan di kampung halaman sendiri.

Membantu masyarakat dalam memajukan pembangunan fisik dan non-fisik antara lain seperti membangun infrastruktur serta membantu meringankan biaya pendidikan anak nagarinya.

Masyarakat Minang di perantauan juga mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai adat istiadat yang mereka anut di kampung halamannya.

Maka dari itu, sangat banyak sekali perkumpulan perantau minang yang ada di Indonesia, bahkan sampai ke mancanegara.

“Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat Perantau yg sangat sadar akan pentingnya menyiapkan generasi mudanya utk menjadi masyarakat perantau, yang mampu bersaing dan menjadi pemenang (winner), dan bukan orang yang kalah (looser), di rantaunya, baik di luar nagari atau kabupatennya maupun di luar Minangkabau sendiri sampai mancanegara.

Ada tiga modal dasar yang dipersiapkan bagi calon perantau tangguh ini:

  1. Akhlak yang baik dan karakter yang kokoh serta pengetahuan dan keterampilan beragama (Islam) yang cukup.
  2. Kemampuan berfikir kritis, kreatif, inovatif dan komunikatif yang berorientasi pada pemecahan masalah atau sering disebut dengan tingkat keterampilan berfikir aras tinggi (higher order thinking skills).
  3. Pengetahuan, sikap dan keterampilan kewirausahaan yang baik (entrepreneurial spirit and skills).

Agar memperoleh ketiga modal dasar tersebut generasi Minangkabau ditempa di berbagai wahana pendidikan dimulai dari pendidikan keluarga (parenting), pendidikan di rumah gadang (extended family), di surau, di lapau, di sasaran silek, yang tidak jarang adalah pusat pendidikan seni yang melahirkan kreatifitas dan inovasi, dan event-event adat serta budaya, di samping di sekolah-sekolah formal seperti sekolah umum maupun madrasah atau pesantren.

Proses inilah yang berhasil melahirkan tokoh-tokoh nasional dan internasional, di dalam berbagai bidang kehidupan, yang berasal dari Minangkabau.

Yang menjadi dasar kenapa orang Minang merantau adalah:
1) Mencari ilmu melalui pendidikan.
2) Membangun usaha sebagai saudagar/entrepreneur, dan
3) Untuk mencari lapangan pekerjaan di sektor formal.

“Untuk itu mari kita dengar diskusi bagaimana peran surau dalam menfasilitasi anak muda Minang untuk merantau dilihat dilihat dari ketiga tujuan merantau tersebut. Selain tentu saja disamping peran surau untuk meminangkan anak muda Minang di rantau dan memperkuat aqidah Islam mereka.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah tempat-tempat formal maupun informal seperti surau, lapau, dangau yang kita miliki di ranah juga kita temui di rantau?

Pertanyaan berikutnya adalah jika surau, lapau, dangau dan lain sebagainya tidak dijumpai oleh perantau Minang di rantau orang apalagi di luar negeri, apakah mereka masih bisa mempertahankan nilai-nilai adat, budaya dan bahasa di rantau orang?

Untuk di Indonesia kita lihat banyak kita jumpai rumah gadang di berbagai ibukota provinsi yang ada di Indonesia yang juga diarea tersebut kita jumpai mushalla yang fungsinya hampir sama dengan surau.

Namun sampai saat ini kita belum pernah mendengar ada surau di luar provinsi Sumatera Barat.

Saat ini ada usaha dunsanak kito untuk membeli sebuah gedung untuk dijadikan surau.

Bagi perantau Minang Sydney, Surau Sydney Australia merupakan salah satu wadah yang diharapkan oleh Masyarakat Minang Sydney agar generasi mudanya bisa melestarikan adat budaya, Bahasa Minang dan mempertahakankan nilai-nilai Agama Islam yang Kaffah setelah lebih kurang generasi pertama merantau 50 tahun yang lalu.

Mengingat perubahan yang dahsyat yang terjadi di tingkat lokal, nasional maupun global karena revolusi 4.0 dan dampak jangka menengah dan jangka panjang dari Covid-19 maka diperlukan sebuah dialog untuk membahas pembelajaran (lessons learned) dari Budaya Merantau Masyarakat Minang dan tantangan dalam mempertahankan identitas jati diri, adat, budaya dan bahasa Minang di rantau.

Untuk itu diadakan dialog internasional bertema ‘Budaya Merantau dan Pelestarian Adat, Budaya dan Bahasa Minang di Rantau Orang’.

Adapun pertanyaan yang mungkin akan dijawab dalam dialog ini adalah :

  1. Bagaimana perantau Minang di rantau mempertahankan nilai-nilai adat, budaya dan bahasa di rantau
  2. Apakah surau merupakan jawaban dari semua tantangan perantau Minang di rantau dalam mempertahankan adat, budaya dan bahasa Minang di rantau?
  3. Bagaimana peran surau dalam menciptakan perantau-perantau Minang handal dan quo vadis surau?
  4. Bagaimana peran pemerintah daerah/provinsi Sumbar dalam membantu perantau Minang melestarikan nilai-nilai adat, budaya dan bahasa minang di rantau orang?

Untuk mendiskusikan hal-hal diatas maka akan diadakan video conference melalui Zoom pada Kamis, tgl 25 Mei 2020 mulai jam 13.00 sampai jam 16.00 WIB yang kemudian dilanjutkan dengan Tausiyah Ustaz Abdul Somad dari jam 16.00 WIB sampai jam 17.00.

“Acara ini akan dimulai dengan pengantar dari panitia dan pembuka dari moderator yang dilanjutkan dengan paparan singkat dari tokoh-tokoh diaspora Minang dan praktisi dan pengamat sosial budaya, antropolog dan sosiolog di Ranah dan di rantau. Setelah itu diikuti dengan diskusi bebas dengan peserta,” tutup Burmalis.

(AL)

Pos terkait