Hijrah Akhlak Menyelamatkan Bangsa dari Kehancuran

Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

Kajian Jumat Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Pembaca Topsumbar yang setia, dengan keimanan dan senantiasa merindukan kebenaran senantiasa tersampaikan ketika ada yang menggantinya dengan kesalahan dan menyembunyikan dibalik penampilan dan jabatan serta kepopuleran.

Bacaan Lainnya

Kaum muslimin yang dirahmati Alloh SWT.

Menurut penanggalan masehi, bahwa 1 Muharam 1444 H jatuh pada hari Sabtu tanggal 30 Juli 2022, kalau ada perbedaan penanggalan jangan menjadi suatu hal yang menjadikan kita berbeda-beda, sebab putaran waktu dan hitungan penanggalan yang ada semua BUATAN MANUSIA, tetapi silh bergantinya waktu adalah ciptaan Alloh yang harus kita imani, sehingga hadirnya hari demi hari. Sehingga peringatan tahun hijrah jangan diisi dengan kegiatan yang melahirkan tradisi jahilyah modern tetapi isilah dengan kegiatan yang mendekatkan anak didik kepada Rasulullah dan ajaran Agama yang benar.

Perbedaan terbesar dari sejarah manusia adalah PERBEDAAN AKHLAK MANUSIA, yang dapat juga disebut sebagai perbedaan budaya dan karakter manusia sebagai SEJARAH PERADAPAN.

Sehingga Rasulullah SAW di utus khusus untuk memperbaiki perbedaan akhlak manusia tersebut, sebagaimaa disebut dalam hadist: Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu)

Dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang baik. Akhlak Nabi SAW adalah Alquran” (HR Muslim).

PERILAKU MENDEWAKAN NENEK MOYANG ADALAH WARISAN AKHLAK JAHILYAH

Sikap taklid dan mewarisi akhlak nenek moyang dalam beribadah kepada Alloh SWT adalah sikap kaum jahiyah yang diperangi oleh Rasulullah SAW waktu sebelum hijrah, dimana kaum jahilyah suka menyembah patung dan berhala serta membangga bagakan nasab dan keturunannya satu sama lain

Larangan mendewakan dan membangakan nenek moyang ada dalam alquran dan kisahnya sebagai berikut:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (QS. Al-Baqarah: 170).

Dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar khutbah Rasulullah SAW ditengah-tengah hari tasyriq, beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu (maksudnya Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?” mereka menjawab: Iya, benar Rasulullah SAW telah menyampaikan.” (HR Ahmad).

Dalam khutbah di Haji Wada, Rasulullah SAW berpesan tak ada kelebihan orang Arab dari orang ajam (bukan Arab). Rasulullah SAW bersabda: “Laa fadhla li-arabiyyin ala ajamiyyin wa laa li-ajamiyyin ala arabiyyin wa laa li-ahmara ala aswada wa laa aswada ala ahmara illa bi-ttaqwa,”. Yang artinya: “Tak ada kelebihan orang Arab dari yang bukan Arab (ajam), yang bukan Arab dari orang Arab, yang berkulit merah dari yang berkulit hitam, dan yang berkulit hitam dari yang berkulit merah, selain dari ketakwaannya,”.

RASULULLAH SAW SATU SATUNYA YANG BOLEH DICONTOH DAN DITAULADANI AKHLAKNYA.

Perintah ini datang dari Aloh SWT kepada seluruh manusia termasuk bagi ulama contohnya adalah Rasulullah SAW bukan nenek moyang atau gurunya atau tempat menuntut ilmu. Sebagaimana Alloh firmankan:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21). Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”. (Al-Qalam: 4).
Sehingga seorang murid jika menuntut ilmu jangan mencontoh gurunya, tetapi contohlah rasulullah sebagai akhlaknya diamalkan oleh gurunya, ketika akhlak gurunya berbeda dengan rasulullah wajib untuk diingatkan karena peringatan Alloh wajib ketika ada kemungkaran siapapun pelakunya.

Karena pesan Ali bin Abithalib “ PERHATIKANLAH APA APA YANG DISAMPAIKAN,JANGAN DIPERHATIKAN SIAPA YANG MENYAMPAIKAN”

Artinya jika penyampai kebenaran perhatikan ISI PENYAMPAIANNYA jangan dibanggakan yang menyang menyampaikan ustad terkenal lulusan kampus ini, mahir kitab, hafidz dll….karena semua itu belum jaminan seseorang berakhlak mulia dan benar penyampaian dan perilakunya.

RASULULLAH SAW HIRAH KARENA AKHLAK JAHILIYAH SUDAH MENDURHAKAI ALLOH DAN RASUL

Kita tahu pindahnya Rasulullah dari mekah ke madinah tersebab sudah didzolimi oleh kaum jahiliyah, dan terancam jiwa serta agama islam tidak bisa berkembang di Mekah, aka ketika itu nabi diperintahkan hijrah ke Madinah, sehingga sejarah kelam kaum jahiliyah ini perlu menjadi catatan sejarah untuk tidak saling membanggakan nasab,keturunan dna bangsa dalam beribadah kepada Alloh SWT. Sehingga Alloh mengingatkan:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah mereka mau mencari hukum Jahiliyah. Siapa yang lebih baik hukumya bagi orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50).

COTOH KEBIASAAN JAHILIYAH YANG HARUS DIAMBIL KEPUTUSAN HIJRAH OLEH ORANG BERIMAN

Pertama
TURUN KE JALAN DAN BERGEMUL BERSAMA KAUM LAKI-LAKI DALAM AKTIVITAS DUNIAWI

Sebagai contoh peringatan Alloh kepada kaum perempuan, di zaman jahilyah:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ
“Hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan tegakkanlah shalat.” (QS. Al-Ahzab: 33).

Peringatan ini tentunya berlaku sampai hari kiamat, bukan hanya di zaman jahiliyah, sehingga ketika kaum wanita sudah terjun ke jalan dan membaur dengan kaum laki-laki untuk melakukan aktivitas duniawi, ketika itulah ALLOH MENSELEKSI SIAPA YANG BERIMAN dan SIAPA YANG MENGKUTI HUKUM JAHILIYAH.

Kedua
PAMER PERHIASAN DI DEPAN UMUM

Bahkan Alloh peringatkan dalam alquran:
وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nuur: 31).

Artinya seorang wanita ketika tampil dihadapan umum, ada syarat, yaitu jangan menampakkan perhiasan, tentu perhiasan tersebut dimiliki untuk dipamerkan agar lebih indah dll.

Ketiga
KESOMBONGAN SESAMA MANUSIA ADALAH SIKAP JAHILYAH

“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya.” (QS. Al-Fath: 26).

Kesombongan manusia atas manusia lain, tentu tidak perlu disebutkan semua ornag tahu bagaimana sikap sombong diperankan oleh orang lain.

Keempat
MEMBANGGAKAN NENEK MOYANG DAN MENERUSKAN RADISI NENEK MOYANG YANG MENYIMPANG DARI ISLAM

Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَرْبَعٌ فِى أُمَّتِى مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِى الأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِى الأَنْسَابِ وَالاِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ ». وَقَالَ النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ
“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan kebesaran leluhur, (2) mencela keturunan, (3) mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan (4) meratapi mayit (niyahah)”.
Lalu beliau bersabda, “Orang yang melakukan niyahah bila mati sebelum ia bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (HR. Muslim).

Kelima
MENYEKUTUKAN ALLOH/BERBUAT SYIRIK SECARA TERANG TERANGAN DENGAN MEMOLESNYA SEBAGAI TRADISI DAN BUDAYA.

Sebagaimana firman Alloh SWT:

“Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya adalah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.” (QS Al-Maidah: 72).“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)” (Yusuf: 106).

Keenam
DOSA SYIRIK TIDAK DIAMPUNI ALLOH DAN MELENYAPKAN AMALAN BAIK SESEORANG
Sering manusia berlaku satu sisi ber amal baik, disisi lain ber amal kesyirikan, maka bagi orang sedemikian ingatlah:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang dibawahnya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (An-Nisaa`: 48).”

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” (QS. Az-Zumar [39]: 65).

Bahkan dengan keras Alloh peringatkan:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am [6]: 88).

Ketujuh
MARAKNYA PERBUATAN KEJI, MUNGKAR DAN MEMBUNUH SESAMA MANUSIA SEBAGAI TANDA KEHANCURAN AKAN DATANG….

Sebagaimana firman Alloh SWT:
Katakanlah: “…., dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (Al Quran surat Al Anam 151).

Kedelapan
KEPUTUSAN HAKIM YANG TIDAK MEMENUHI RASA KEADILAN

Keputusan hakim menentukan nasib bangsa dan negaranya, karena jika keputusannya menyalahi kebenaran maka itu mengundang kehancuran bagi bangsanya, sebagaimana firman Alloh SWT:

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka.
Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah : 49-50).

Orang fasik pada ayat tersebut, salah satunya adalah orang pintar, berilmu bahkan alim, tetapi tidak memutuskan sebagaimana keilmuan dan keahliannya dalam perkara yang dimintakan keadilan padanya.

Dengan hijrah perilaku ini, tentunya momen peringatan tahun baru hijriyah jangan sampai diisi oleh acara-acara yang merupakan budaya zaman jahiliyah sehingga maksud merayakan tahun hijriyah malah membudayakan tradisi jahiliyah atau dibuat acara yang tidak membawa perbaikan kepada Akhlak dan perilaku tetapi justru membudayakan tradisi jahiliyah dan menciptakan ikutan perilaku kemaksiatan dan kekejian yang merusak moral dan akhlak anak anak yang seharusnya mereka diajari dengan akhlak Rasulullah SAW:
“JADILAH TAULADAN PERILAKU JANGAN HANYA TAULADAN DIMULUT”.

NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Sukabumi, Jumat, 29 Juli 2022)

Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum.

Pos terkait