Auman Puti Maua Agam Harimau Sumatera di PRHSD ARSARI

Harimau Sumatera Betina Puti Maua Agam (Dok. PRHSD ARSARI) Mitra Yuyanti.

“Dari kerasnya auman harimau tersebut, kita paham bahwa mereka memiliki dunia sendiri yang patut kita jaga dan lestarikan”

Dharmasraya | Topsumbar – Memastikan kondisi Harimau Sumatera betina (Panthera Tigris Sumaterae) yang ditangkap BKSDA Provinsi Sumatera Barat beberapa waktu lalu di Kabupaten Agam, tim liputan Tupsumbar melihat langsung kondisi Harimau Sumatera yang diberi nama Puti Maua Agam di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) ARSARI, Kamis (27/01/2022) lalu.

Diperjalanan, tak jauh dari gerbang Pusat Rehabilitasi tim liputan sudah dibuat merinding oleh suara sahut-sahutan auman harimau yang sedang dikarantina oleh petugas PRHSD ARSARI. Membuat rasa penasaran kian memuncak dan segera ingin bertemu petugas PRHSD ARSARI yang didampingi oleh Sustainability Manager PT Tadar Kurinci Agung.

Bacaan Lainnya

PRHSD ini berada di wilayah dua kabupaten yang berdekatan, yakni Kabupaten Dharmasraya dan Solok Selatan. Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera ini dibangun mirip habitat aslinya, dimana harimau yang dikarantina dalam kandang yang berkeamanan tinggi bisa bercengkrama dengan sesamanya di alam liar.

Kandang harimau langsung berbatas dengan hutan lindung, si raja hutan itu bisa saling bertemu. Begitu juga dengan kedatangan Puti Maua Agam, ia disambut bak ratu hutan oleh harimau jantan yang datang dari hutan lindung di pusat rehabilitasi. Sahut-sahutan pun terjadi, raja hutan saling mengaum, saking kerasnya, suara auman harimau bisa terdengar dari jarak 2 mil.

Dari jarak yang cukup jauh, tim Topsumbar bisa mendengar auman si raja hutan secara langsung. Suara saja sudah membuktikan betapa sangar nya binatang buas yang digelari raja hutan ini, memang jauh dari bentuk harimau di Kebun Binatang yang terkesan jinak dan pendiam, oleh karena itu Tim Topsumbar tidak memiliki nyali untuk mendekati secara langsung. Intinya, dari kerasnya auman harimau tersebut, kita paham bahwa mereka memiliki dunia sendiri yang patut kita jaga dan lestarikan.

Di pusat rehabilitasi yang berkeamanan tinggi itu, terlihat berbagai pajangan figura foto Harimau Sumatera yang pernah direhabilitasi hingga dilepasliarkan kembali. Namun, ada juga harimau yang umurnya pendek dan dikuburkan disana. Kuburan harimau yang dinyatakan musnah tersebut dibeton agar tidak disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

Jika kuburan tidak dibeton, PRHSD ARSARI takut kuburan harimau tersebut digali oleh oknum lalu taring, tulang belulang, atapun kulit harimau disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Setelah bertemu Drh. Patrick Flagellata yang menangani Puti Maua Agam, dirinya menjelaskan kepada Topsumbar bahwa saat kedatangan Puti Maua Agam ke pusat rehabilitasi diistirahakan dulu selama lima hari penuh dan baru dilakukan medikal ceck-up pertama.

“Puti Maua Agam begitu sampai kita biarkan istirahat dulu, baru di tanggal 18 Januari kita lakukan medikal ceck-up pertama. Kita memperoleh data berat badan kurang lebih 65,5 kilogram berkategori defisiensi nutrisi atau kurus selain itu kita juga menemukan bekas luka yang sangat banyak satu diantaranya luka aktif atau luka cukup dalam, kita sudah serahkan hasil medical check up ke BKSDA provinsi, untuk saat ini kita sudah merekomendasikan Puti Maua Agam sudah bisa dilepas ke alam liar,” ucap Drh. Patrick Flagellata.

Di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, selain Puti Maua Agam, sudah ada empat ekor harimau penghuni PRHSD berikut beberapa jenis hewan lain yang dianggap punah.

Drh. Patrick Flagellata dibantu Drh. Daniel serta dua orang tenaga perawat di PRHSD menyatakan keprihatinan nya terhadap kondisi yang dialami satwa-satwa liar yang terancam punah karena mulai mengecilnya hutan akibat pembalakan hutan secara liar, ilegal logging, bahkan pembakaran hutan secara sengaja untuk dijadikan lahan pertanian, mengakibatkan satwa liar di hutan sulit mendapatkan makanan dan tempat tinggal yang aman. inilah yang mengakibatkan kepunahan.

“Mari jaga hutan kita agar satwa liar di hutan bisa hidup dengan nyaman, sebagaimana manusia butuh hidup mereka di hutan juga butuh hidup. Jaga hutan karena hutanlah tempat hidup mereka,” tegas Drh. Patrick Flagellata.

Penulis: Mitra Yuyanti
Editor: Hanny Tanjung

 

Pos terkait