Wako Riza Sasar Warga Komorbid Untuk Divaksin, Siapkan Dokter Spesialis Untuk Warga Tercinta

Wali Kota Riza Falepi mengatakan tidak semua orang yang komorbid atau mereka yang punya penyakit bawaan (penyerta) tidak layak untuk diberikan vaksin. Untuk itu, pihaknya melalui dinas kesehatan akan menyasar orang-orang komorbid ini untuk mengetahui mana yang layak divaksin, ditunda divaksin, dan tidak layak divaksin.

“Selama ini, orang-orang yang merasa komorbid takut mendapatkan vaksinasi Covid-19 karena belum memahami pengertian tentang ini, sehingga orang-orang yang komorbid pada umumnya langsung memvonis kalau diri mereka tidak layak untuk divaksin,” kata Wali Kota Riza Falepi kepada media, Selasa (4/1).

Padahal, kata wali kota dua periode itu menegaskan, mereka yang komorbid termasuk kedalam kelompok rentan atau resiko tinggi untuk terpapar Covid-19 dan mengalami gejala lanjutan pasca terinfeksi, apabila kelompok beresiko ini sudah terinfeksi, akan lebih memperberat penyakit komorbid yang dideritanya.

“Untuk itu masyarakat yang sudah terscreening namun tertunda divaksin karena menderita penyakit tertentu akan kita berikan pemeriksaan lanjut di Rumah Sakit Adnaan WD, kita sudah siapkan dokter spesialisnya untuk memberikan pelayanan terbaik,” kata Riza.

Secara data, di Kota Payakumbuh kelompok lansia yang cenderung mengalami komorbid ada sekitar 47,55 persen atau 5607 orang sudah mendapatkan vaksin Covid-19, sisanya 52,45 persen atau sekitar 6000an lansia belum mendapatkan vaksin dari total 11793 orang.

“Meski kita hanya mengejar sasaran 2000an lansia lagi agar 70 persen capaian di setiap kelompok untuk herd immunity, tapi semakin banyak yang tervaksin, maka semakin baik herd immunity yang kita dapatkan,” kata Riza.

Sementara itu, terkait teknis vaksinasi, Kabid Kesmas dan P3 Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh Fatmanelly menerangkan apakah seseorang dinyatakan layak divaksin, ditunda vaksin, atau tidak layak untuk divaksin baru bisa diketahui saat discreening di meja dua vaksinasi atau meja pemeriksaan.

Contohnya, ketika di meja dua ditemukan orang dengan tensi tinggi, maka mereka akan ditunda untuk mendapatkan vaksin dengan diberikan terapi lebih kurang 3 hari terlebih dahulu, kemudian setelah dilakukan follow up pemeriksaan ulang, apabila tensinya sudah stabil, maka boleh dilakukan suntik vaksinasi.

“Artinya, tidak semua yang komorbid tidak layak divaksin,” kata Fatmanelly.

Bahkan, kata Fatmanelly, bagi mereka yang komorbidnya terkontrol layak untuk divaksin. Masyarakat tidak perlu khawatir karena vaksinasi diberikan setelah melalui proses screening.

“Kebanyakan kita menemukan orang bukan takut sama vaksinnya, tapi takut dengan jarum suntik. Bahkan, ada yang mengaku ngilu baru melihat jarum suntik, padahal tidak ada terasa apa-apa karena petugas vaksinator kita terlatih dan profesional,” kata Fatmanelly.

“Umumnya, masyarakat kita yang punya komorbid seperti tensi tinggi, stroke, asma, penyakit jantung, auto immune, penyakit ginjal, dan lain-lain,” pungkas kabid yang akrab disapa Buk Nen itu. (Ton)

Pos terkait