Kesalahan dalam Salat Berjama’ah

Kajian Jumat Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

Assalamualaikum wr wb

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Bacaan Lainnya

Pembaca Topsumbar.co.id yang setia, dengan keimanan dan senantiasa merindukan kebenaran senantiasa tersampaikan ketika ada yang menggantinya dengan kesalahan dan menyembunyikan dibalik penampilan dan jabatan serta kepopuleran.

Pada kajian jumat ini, kita akan membahas tentang salat berjama’ah, kita tahu bahwa salat berjama’ah lebih utama dari salat sendiri, yaitu 27 derjat keutamaan, tentu keutamaan itu tidak didapat oleh semua orang yang salat berjama’ah, kenapa?

Jawabannya adalah karena salat berjama’ah tidak disertai dengan ilmu, tetapi berjama’ah dengan mengikuti kemauan semata tanpa mengetahui hal-hal yang mesti dilakukan dan dipenuhi untuk mendapatkan keutamaan salat berjama’ah.

SUATU KAUM/KAMPUNG TIDAK MENDIRIKAN SALAT BERJAMA’AH MAKA KAMPUNG TERSEBUT DIKUASAI OLEH SYETAN

Dari Abidzar Ra berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tiap-tiap ada tiga orang di suatu kampung yang tidak mau adzan dan tidak mau mengadakan salat (jama’ah), tentulah ketiganya dikuasai oleh syetan. Oleh karenanya hendaklah kamu berjama’ah sebab serigala hanya memakan kambing yang terpencil (sendirian)”. (Hadis ini Riwayat Ahmad ibn Hanbal, Nasa’iy dan Abu Dawud dari Abu Darda).

TIDAK MENDIRIKAN SALAT AKAN MENJADI PENDUDUK NERAKA SAQAR

Sebagaimana firman Alloh SWT:

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?”. Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat”(Qs Al-Mudatsir: 42-43).

MENDIRIKAN SALAT TETAPI LALAI
(lalai dari waktu, lalai dari bacaan, termasuk RIYA DALAM MENDIRIKAN SALAT) BAGINYA KECELAKAAN.

Contoh lalai dalam salat adalah: Ibnu Jarir rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau radhiyallahu ‘anhuma berkata, ”Mereka adalah orang-orang yang mengakhirkan salat dari waktunya”.

KESALAHAN DALAM MENDIRIKAN SALAT BERJAMA’AH

PERTAMA

HADIRNYA KAUM/JAMA’AH YANG MELALAIKAN SALAT BERJAMA’AH

Bentuk lalai salat berjama’ah ini, adalah dengan tidak salat berjama’ah dan berjama’ah tetapi melalaikan waktu salat. Seperti karena ada pengajian/ceramah atau sambutan pembesar yang hadir pada saat salat jumat, sehingga waktu salat sudah masuk, tetapi acara demi acara terus berlanjut, dan salat berjama’ah apabila acara mereka sudah selesai.

Hal ini adalah tanda tanda umat akhir zaman yang melalikan salat,karena melalaikan yang wajib demi melaksanakan yang sunnat.

“Kemudian datanglah setelah mereka pengganti yang mengabaikan/menyinyiakan salat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,.” (QS. Maryam : 59).

Pada ayat lain Alloh menegaskan hukuman bagi yang salat,tetapi lalai:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ؛ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ؛ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, dan orang-orang yang berbuat riya.” (QS. Al Maa’uun : 4-6).

KEDUA

MEMBACA “Sami’a Allah liman hamidah” dibelakang imam ketika salat berjemaah:

Bacaan  “Sami’a Allah liman hamidah” tidak boleh dibaca oleh makmum ketika salat berjemaah, tetapi bacalah sebagaimana dalam hadist.

Dari sahabat Abu Hurairah, ia berkata: “Dahulu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bila berdiri hendak menegakkan salat, beliau mengucapkan takbir, kemudian bertakbir lagi ketika ruku’, kemudian mengucapkan doa: Sami’allahu liman hamidah ketika beliau mengangkat punggung beliau dari ruku’, kemudian membaca -yaitu di saat beliau telah berdiri tegak- rabbanaa wa lakal hamdu.” (Bukhari dan Muslim).

KETIGA

TIDAK MENGIKUTI GERAKAN IMAM, TETAPI TERLAMBAT KARENA MEMBACA BACAAN SALAT.

Padahal imam itu untuk diikuti, sesuai komando dalam salat, dan yang paling utama yang segera mengikuti gerakan imam, yang lalai termasuk lalai dalam berimam.

Dari sahabat Anas bin Malik rodhiallohu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang imam dijadikan untuk diikuti, bila ia telah bertakbir, maka hendaknya kamu bertakbir, bila ia telah sujud, maka hendaknya kamu sujud, bila ia telah ruku’ maka hendaknya kamu ruku’ dan bila ia telah mengucapkan “Sami’allahu liman hamidahu” hendaknya kamu mengucapkan: Rabbanaa walakal hamdu.” (Bukhari, dan Muslim).

KEEMPAT

MEMBACA ‘AAMIIN’ MENDAHULUI IMAM ATAU LEBIH KERAS SUARANYA DARI IMAM

Berdasarkan hadist riwayat Bukhari dari Sahabat Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW Bersabda :

Jika Imam membaca “Ghairil Maghdluubi Alaihim Wa la dldlaalliin” maka ucapkanlah “Aamiin” karena siapa yang ucapan aminnya bersamaan dengan aamiinnya Malaikat maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.

Semestinya bacaan “aamiin” makmum menunggu komando bacaan dari imam, dan ikuti bacaan imam, dan jangan mendahului imam.

KELIMA

MEMBACA BACAAN DIBELAKANG IMAM KETIKA SALAT BERJAMA’AH

Jika salat berjemaah,maka IKUTILAH GERAKAN IMAM, jangan menyelisihi atau membaca bacaan dibelakang imam,apalagi mengeraskan bacaan tertentu dibelakang imam.

Hal ini sebagaimana larangan dari Rasulullah SAW: Suatu ketika ada sahabat mengeraskan bacaan dibelakang Rasulullah SAW ketika salat berjemaah, maka Rasulullah SAW bersabda: “Siapakah di antara kalian yang membaca Sabbihisma Rabbikal A’la di belakangku?
‘ Maka seorang laki-laki berkata, ‘Saya (yang membaca), & saya tak menginginkannya melainkan kebaikan.

’ Beliau bersabda, ‘Sungguh aku telah mengetahui bahwa sebagian kalian menyelisihiku padanya’. [HR. Muslim ].

Dari ‘Ubadah (diriwayatkan) ia berkata, pernah Rasulullah SAW salat subuh, beliau merasa terganggu dengan bacaan (nyaring) makmum. Setelah selesai salat lalu beliau menegur, aku kira kalian membaca yang sama di belakang imam kalian?

‘Ubadah berkata, kita sama-sama menjawab, ya Rasulullah, demi Allah benar begitu. Lalu Nabi SAW bersabda, janganlah kalian melakukan demikian kecuali bacaan ummul-Qur’an (al-Fatihah). Sesungguhnya tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah [HR. at-Tirmidzi No. 311].

Dari Anas (diriwayatkan) ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, apakah dalam salat kalian membaca (dengan nyaring) ketika berada di belakang imam, padahal imam itu membaca (dengan nyaring)? Janganlah kalian melakukannya. Hendaklah seseorang dari kalian membaca Fatihatul-Kitab (al-Fatihah) pada dirinya (dengan suara rendah yang hanya didengar sendiri) [HR. Ibnu Hibban].

Dari Anas (diriwayatkan), “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, dijadikannya imam itu untuk diikuti. Jika imam bertakbir maka takbirlah kalian, jika rukuk maka rukuklah kalian, dan jika sujud maka sujudlah kalian.” [HR. al-Bukhari].

KEENAM

SALAT TANPA TUMAKNINAH ( SALAT CEPAT, TANPA TENANG PERSENDIRIANNYA KETIKA MELAKUKAN GERAKAN SALAT)

Suatu hadist dari “Amar bin ‘Ash dan Khalid bin Walid, Syarhabil bin Hasanah dan Yazid bin Abu Sufyan riwayat Al-Baihaqi:

“Rasulullah SAW melihat seorang laki-laki tidak mnyempurna–kan ruku’nya dan hanya mengangguk-angguk dalam sujudnya (cepat sekali  rukuk /sujudnya). Maka sabda beliau, seandainya orang ini mati dalam keadaan shalatnya seperti itu maka ia mati bukan dalam agama Muhammad”.

Maka jika orang yang salatnya tidak tumakninah jika meningal,dia meninggal bukan dalam agama nabi Muhammad SAW.

KETUJUH

TIDAK MELURUSKAN DAN TIDAK MERAPATKAN SHAF SALAT BERJAMA’AH

Banyak kita lihat, orang salat berjama’ah, tetapi berdiri berjarak, atau tidak lurus atau tidak rapat, padahal kualitas salat berjama’ah akan ditentukan dari rapat dan lurusnya shaf salat berjama’ah, sebagaimana hadist;

Hadits Nu’man bin Basyir: Dan aku melihat semua laki-laki yang salat saling mendekatkan antara pundak dengan pundak lainnya dan mata kaki dengan mata kaki lainnya (HR Bukhari).

“Luruskanlah shaf kalian. Sejajarkanlah pundak-pundak kalian. Tutuplah celah. Janganlah kalian membiarkan ada celah untuk syaitan. Barangsiapa yang menyambung shaf, maka Allâh k akan menyambung hubungan dengannya dan barang siapa memutus shaf maka Allâh akan memutuskan hubungan dengannya.”(HR. Abu Dawud ).

Anas r.a. berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan salat.” (HR. Bukhari dan Muslim].

KEDELAPAN

LARANGAN MENDAHULUI IMAM

Dari Abu Hurairah, HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda yang artinya:

“Tidakkah salah seorang dari kalian takut atau hendaklah salah seorang dari kalian apabila ia mengangkat kepalanya mendahului imam. Bahwa Allah SWT akan mengubah kepalanya menjadi kepala keledai atau Allah SWT akan mengubah rupanya menjadi rupa keledai”.

Riwayat laih yakni HR. Ibnu Hibbah bahkan disebutkan: “Allah akan merubah kepalanya menjadi kepala anjing”.

Ketegasan larangan mendahului imam juga diriwayatkan dari Anas bin Malik, artinya: “Pada suatu hari Rasulullah SAW mengimami kami salat. Selesai salat beliau menghadap kepada kami dan berkata,”
“Wahai sekalian manusia, aku adalah imam kalian. Janganlah kalian mendahului aku ketika ruku’, sujud, berdiri dan salam. Karena aku dapat melihat kalian, di hadapanku maupun di belakangku” (HR. Muslim).

Hadis dari sahabat Al-Barra’ bin ‘Azib Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata:
“Jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengucapkan “sami’allahu liman hamidah”, tidak ada seorang pun dari kami yang membungkukkan punggungnya sebelum Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam benar-benar (meletakkan kepalanya) bersimpuh dalam sujud, barulah setelah itu kami bersujud.” (HR. Bukhari dan Muslim).

KESEMBILAN

SIAPA YANG BERHAK MENJADI IMAM SALAT BERJAMA’AH?

Berikut urutan siapa yang berhak menjadi imam salat, terkadang suatu jama’ah tidak memperhatikan siapa yang lebih utama menjadi imam.

Dari Al Badri Radhiyallahu ‘anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Yang (berhak) menjadi imam (suatu) kaum, ialah yang paling pandai membaca Kitabullah. Jika mereka dalam bacaan sama, maka yang lebih mengetahui tentang sunnah. Jika mereka dalam sunnah sama, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dahulu masuk Islam (dalam riwayat lain: umur). Dan janganlah seseorang menjadi imam terhadap yang lain di tempat kekuasaannya (dalam riwayat lain: di rumahnya). Dan janganlah duduk di tempat duduknya, kecuali seizinnya”.

MAKA AGAR IBADAH BERKUALITAS, INGATLAH:

“Barang siapa yang mengada-ada suatu perkara dalam agama ini yang tidak ada landasan dalam agama ini, maka amalannya tertolak” (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka perbaikilah ibadah salat berjama’ah sesuai dengan tuntunan sunnah Rasulullah, jangan hanya sesuai dengan apa yang dilihat kebiasaan orang salat, karena belum tentu kebiasaan itu, itu yang lebih sempurna.

Note:
sa-lat : rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah SWT., wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam; 2 doa kepada Allah;

NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Sukabumi, Jumat, 26 November 2021)

Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum

Pos terkait