Kematian Adalah Sebab Ajal Bukan Sebab Musibah

Kajian Jumat Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

Pengantar Redaksi:

Ada banyak pesan masuk dari pembaca ke redaksi Topsumbar.co.id berupa usul saran. Bagaimana jika setiap hari Jumat ditampilkan tulisan berisi kajian agama Islam.

Bacaan Lainnya

“Ditengah pandemi COVID-19 yang entah kapan berakhirnya. Alangkah baiknya juga media online Topsumbar.co.id menyajikan tulisan tentang kajian agama islam. Agar tetap terisi juga rohani ini,” bunyi satu pesan masuk ke ruang redaksi.

Begitupun beberapa pesan masuk lainnya dengan narasi yang tidak jauh berbeda.

Akan halnya usul dan saran dari pembaca dimaksud, tentulah kami ucapkan terima kasih mendalam.

Dan pada hari ini, Jumat, 6 Agustus 2021 kami memulai dengan menyajikan ke ruang pembaca pada kolom Opini, sebuah tulisan bertema Kajian Jumat, berjudul : Kematian Adalah Sebab Ajal Bukan Sebab Musibah.

Kajian ini ditulis oleh Amri Zakar Mangkuto Malin, SH. M. Kn. Ia adalah urang awak Minang yang bermukim dan bekerja di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Ia seorang pendakwah, dosen, penulis dan praktisi hukum.

Selamat membaca
Terima kasih

—————————————————————————–

Assalamualaikum wr wb

Ada yang beranggapan bahwa virus coronalah (COVID-19) penyebab kematian, sehingga setiap yang beraktivitas dilanda ketakutan akan terdampak, dan yang teringat adalah KEMATIAN.

Padahal jika kita beriman kepada Alloh SWT, kematian itu tidak tergantung kepada musibah atau sebab tertentu, bahkan ada yang meninggal ditempat tidur dalam keadaan sehat, ada juga sambil beraktivitas lantas meninggal.

Keadaan ini bisa menjadi pengingat bahwa KEMATIAN itu akan hadir pada setip orang, bukan hanya karena adanya musibah virus.

Akan tetapi persoalannya adalah bagaimana menyikapi virus corona yang banyak merenggut nyawa manusia ini? Tentunya sikap orang beriman adalah jelas, Siapa yang akan terpapar dan meninggal sudah ditentukan oleh Alloh SWT.

Sebab kematian tidak mengenal sakt, tidak mengenal sehat, tidak mengenal tua, muda bahkan bayi dalam kandunganpun jika ajalnya tiba akan meninggal, sehingganya agama perlu dipegang teguh ketika musibah agar tentram pemikiran dalam menjalani musibah.

Sebagaimana Alloh SWT mengingatkan manusia:
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu hindari itu, maka sesungguhnya kematian itu pasti akan menemui kamu. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang maha mengetahui perkara yang ghaib dan yang nyata. Lalu Dia akan memberitahukan segala apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Al-Jumuah: 8).

Dengan demikian, hadirnya musibah COVID-19 adalah peringatan dari Alloh tentang sakaratul maut. JIKA WAKTU KEMATIAN DATANG, tidak bisa ditangguhkan walau dengan pertolongan OKSiGEN, dan tindakan medis modern, TAK DAPAT MENOLONG JIKA SAKARATUL MAUT DATANG.

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS An Nisa’ 78).

Sehingga setiap upaya yang dilakukan manusia untuk MENCEGAH KEMATIAN, adalah menentang takdir Alloh, ketika dijadikan alasan untuk suatu hal dengan maskud menyelamatkan dari kematian.

Namun tindakan menjaga kesehatan dan melakukan pengobatan atas suatu penyakit adalah perbuatan yang dianjurkan untuk mencegah datangnya penyakit.

Dan jangan pula manusia menentukan bahwa jika terdampak COVID-19 akan mati, dan tidak tertolong, karena tidak seorangpun tahu kalau seseorang akan mati, dengan sebab apapun dalihnya.

Inilah nasehat agama, agar setiap orang yakin pada Alloh SWT dan berserah diri pada Alloh SWT ketika mengalami suatu gejala COVID-19, dekatkan diri kepada Alloh SWT, basuh diri dengan air wudhuk dan isi tubuh dengan bacaan alquran dan dzikir.

Karena Alloh SWT berfirman:
“Tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengetahui dengan detail” (QS. Luqman ayat 34 ).

“Dan Allah sekali-kali tidak akan pernah menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah tiba waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Munafiqun: 11).

“Di mana saja kamu berada, kematian pasti akan mendapatkanmu, meskipun kamu berlindung di dalam benteng yang tinggi nan kokoh” (QS. An-Nisa: 78).

Akan tetapi ketika ditimpa musibah COVID-19 menjauh dari Alloh SWT, maka ingatlah nasehat agama:
“Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik” (QS Al-Maidah 49).

Ketika menjalani musibah dan menjauhi Alloh SWT maka akan ditambah tambah musibah tersebut yang membuat rasa takut kepada hati yang jauh dari Alloh SWT. Sebagaimana nasehat agama:

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy Syura [42] : 30).

Sehingga ketika ditimpa musibah, itu KARENA ULAH TANGAN-TANGAN MANUSIA SATU SAMA LAIN DIDUNIA,….KARENANYA nasehat agama telah menjelaskan:

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan” (Q.S. al-An’am [6]: 129).

Setiap yang berencana zholim pada manusia, mereka akan saling tolong menolong satu sama lain.

Oleh karena itu perlu melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu MENGAJAK BERBUAT BAIK DAN MELARANG BERBUAT MUNGKAR, JANGAN HANYA MENGAJAK KEPADA YANG BAIK, TETAPI KEMUNGKARAN DIBIARKAN, ITU PERBUATAN YANG MENJALANKAN NASEHAT SETENGAH SETENGAH.

“Hendaklah kamu beramar makruf (menyuruh berbuat baik) dan benahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka)” (HR. Abu Dzar).

Jika sudah dilakukan amar ma’ruf nahi mungkar, datang jua musibah, maka nasehat agama adalah itu sudah takdir dari Alloh SWT atas manusia, maka perbanyak membaca:
“INNALILLAHI WAINNA ILAIHI ROJIUN”

Sebagaimana nasehat agama:
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (Qs. al-Baqarah/2: 155).

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguh-nya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)” (Qs. al-Baqarah/2: 156).

Sebagaimana hadist Rasulullah SAW
“Barangsiapa membaca kalimat istirja’ (INNALILAHI WA INNA ILAIHI RAJI’UN, kita adalah milik Allah dan semuanya akan kembali kepada Allah) maka Allah akan menutupi dosa kesalahannya, Allah jadikan akhir yang baik baginya dan Allah memberi ganti yang baik baginya dan diridhai-Nya” (HR Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman).

“Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al-Baqarah Ayat 157).

WABAH DAN MUSIBAH ADALAH UJIAN DARI ALLOH UNTUK SELEKSI ALAM SIAPA YANG BENAR-BENAR BERJIHAD KARENA ALLOH SWT’

“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu” (QS. Muhammad : 31).

ALLOH SWT JUGA TIDAK MEMBEBANI UMAT INI DAN BANGSA INI DENGAN MUSIBAH YANG TAK TERUKUR, TETAPI MUSIBAH ITU SUDAH TERUKUR, HANYA SAJA CARA MENYIKAPI OLEH MANUSIA YANG MENENTUKAN APAKAH ALLOH SWT AKAN MEMBEIRKAN RAHMAT ATAS MUSIBAH ATAU MENAMBAH JADI BENCANA?

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya” (QS Al-Baqarah: 286).

KARENA ITU MINTALAH PERTOLONGAN KEPADA ALLOH SWT ATAS MUSIBAH COVID-19 INI AGAR ALLOH SWT GANTI DENGAN RAHMAT DAN PETUNJUKNYA.

“Wahai orang-orang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Q.S. al-Baqarah: 153).

Sebagaimana firman Alloh SWT pada surat Al-Kahfi (18) ayat 103-105:

”Katakanlah: Maukah kamu, Kami beritahukan tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka telah berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu adalah orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan-Nya, maka terhapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan penimbangan amal bagi mereka pada hari kiamat.”

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya” (QS Al-Anfal Ayat 30).

Sebagaimana pembalasan itu PASTI dalam quran surat Ali ‘Imran Ayat 54.

“Dan mereka membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.

Rasulullah ` bersabda, “Tidak ada kewajiban ta’at dalam rangka bermaksiat (kepada Allah). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).” (HR. Bukhari ).

Rasulullah ` juga bersabda, “Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari).

ALLOH SWT HENDAK MENIMPAKAN MUSIBAH. MAKA JIKA ADA MUSIBAH, PERBANYAK BERTAUBAT DAN MENJALANI IBADAH DIMASJID SEBAGAI TEMPAT MENYEMBAH DAN MENYEBUT NAMA ALLOH SWT.

“Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS Al-Maidah 49).

NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Sukabumi, Jumat, 6 Agustus 2021)

Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis dan praktisi hukum.

Pos terkait