Wagub Sumbar Nasrul Abit Buka Minangkabau Begawai 2018

Wagub Sumbar Nasrul Abit saat pembukaan Minangkabau Begawai 2018

LAMPUNG, TOP SUMBAR — Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit membuka Minangkabau Begawai 2018, yang juga acara Silaturrahmi Pemerintahan Sumatera Barat dengan Perantau Minang Provinsi Lampung, dalam Rangka Peningkatan Kerjasama  di bidang sosial, budaya dan ekonomi,  Bandar Lampung, Kamis (26/7). Wakil Gubernur dalam kesempatan itu menyampaikan, pembangunan Sumatera Barat tidak terlepas dari peran perantau dalam memajukan nagari.

“Memaksimalkan peran perantau, inilah menjadi inspirasi bagi Pemerintah Sumatera Barat. Membangun kerjasama dengan potensi daerah perantau, dengan potensi ranah  sehingga senegritas ini mampu menumbuh perkembangan yang saling menguntungkan satu sama lainnya,” kata Nasrul Abit.

Hadir dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur Lampung Bahtiar Basri, Wakil Ketua Gebu Minang Pusat Irjen Pol. Marwan Paris, Datuak Ketemangguan Pengurus Makamah Adat  Alam Minangkabau, Ketua Gebu Minang Provinsi Lampung Ginta Wiryasenjaya serta pengurus Ikatan Keluarga Besar Sumatera Barat (IKSB) dan tokoh-tokoh minang yang ada dalam jurai-jurai di Provinsi Lampung.

“Masyarakat Minangkabau dengan filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) tentu “indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan”. Ini yang perlu kita pahami bersama,” ujarnya.

Dimana adat dan budaya Minangkabau, jelasnya, sesuatu yang seyogyanya selalu dalam kepribadian setiap masyarakat Minang itu sendiri dalam kesehariannya. Dengan diadakannya pertemuan hari ini, semoga kerjasama dan sinergitas adat dan budaya juga menjadi sesuatu keakraban dan silaturrahmi yang lebih baik lagi di masa-masa mendatang.

“Saat ini, kalau kita bicara ekonomi Sumatera Barat pertumbuhan 5,6 persen. Angka kemiskinan 6,72 persen, ekspor 120,2 juta, import 37 juta pertahun dan inflasi tahun 2017 2,83 persen termasuk terendah di Indonesia yang baru saja dapat perhargaan dari presiden RI kemaren,” ujarnya.

Menurutnya, Sumatera Barat memiliki kawasan hutan lindung dan taman nasional 6,7 persen, ada tambang dan emas yang tidak bisa diekploitasi. Kawasan hutan ini merupakan tumpuan penyanggah Pulau Sumatera dan juga sebagai paru-paru dunia. Karena ini memang wajib dijaga bersama.

“Oleh karena itu sektor yang bisa dikembangkan hanyalah sektor pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan yang pada dasarnya dapat kita bangun kerjasama dengan pemerintah Provinsi Lampung yang telah maju dalam sektor tersebut,” jelasnya.

Disebutkan Nasrul abit, kita juga ada tuna di Mentawai yang juga telah dibangun Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT)  di Sikakap. Soal pariwisata tahun 2018 ada kenaikan kunjungan wisata sebesar 18,8 persen. Kemarena kunjungan hari lebaran ada 140 ribu ke Sumatera Barat, dan saat ini ada 30 ribu belum kembali yang menyebabkan tiket pesawat termahal adalah ke Padang, dengan nilai target 1,9 juta dan kenyataan hari ini 2,4 juta melalui Garuda.

“Selain itu, juga ada Pantai Padang dan pelabuhan Muaro Padang yang juga sedang dikembangkan. Pelabuhan Marina dan pengembangan kawasan wisata yang juga tersedia lahan untuk membangun hotel dan penginapan. Dan juga ada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)  Mandeh yang tahun 2019 akan dimulai pembangunannya, dan banyak lagi termasuk pelabuhan Ketapang Pasaman Barat dan produksi dan pabrik sawit yang telah mencapai 120,2 juta ton CPO pertahun,” ungkapnya.

“Jika ada para pengusaha dan perantau minang Lampung yang ingin berinvestasi kita akan akan sambut dengan tangan terbuka,” seru Nasrul Abit ceria.

Sementara Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri mengatakan, bahwa Lampung juga bagian dari Minangkabau. Karena itu, ia sangat berterima kasih atas kehadiran pucuk adat Minangkabau yang dipertemukan dengan tokoh adat utusan dari kerajaan-kerajaan Lampung.

“Budaya Lampung sangat menghormati siapapun yang datang ke Lampung, bahkan rela berhutang untuk memuliakan tamu,” ujar Bachtiar Basri.

Ketua DPW Gebu Minang Provinsi Lampung, Ginta Wirya Sanjaya bersyukur dengan kehadiran pucuk adat Minangkabau. “Selama adanya Gebu Minang, baru kali ini dihadiri oleh para pemangku adat dan pembesar kerajaan Lampung,” ungkap Ginta Wirya Sanjaya. (Syafri)

Pos terkait